KATANTT.COM--Sebanyak 11 orang yang terdiri dari enam orang Warga Negara Asing (WNA) asal Cina dan lima orang Warga Negara Indonesia (WNI) asal Sulawesi diamankan Polres Rote Ndao pada Minggu (4/5/2025).
Salah satu dari WNA asal Cina ini merupakan seorang wanita. Sementara seluruh WNI adalah pria. Mereka diamankan diatas sebuah kapal fiber warna putih tanpa identitas yang berlayar menuju pelabuhan Batutua, Kabupaten Rote Ndao.
Keberadaan kapal tanpa nama ini diketahui Bhabinkamtibmas Desa Batutua, Aipda Edy Suryadi. Saat dilakukan pengecekan ternyata kapal tersebut memuat 11 orang penumpang yang terdiri dari enam orang WNA asal Cina dan lima orang WNI asal Propinsi Sulawesi Tenggara.
Kapal tersebut tidak bisa berlabuh di pelabuhan Batutua karena kondisi gelombang yang cukup besar dan sangat berbahaya bagi keselamatan penumpang maupun kapal.
Kapolres Rote Ndao, AKBP Mardiono yang mendapatkan laporan terkait keberadaan tersebut langsung ke Pelabuhan Batutua. Atas pertimbangan keselamatan kemanusian, lapal tersebut dikawal ke pelabuhan rakyat Oebou, Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao.
Dari enam orang WNA asal Cina ini hanya satu orang yang fasih berbahasa Inggris sehingga memudahkan proses pemeriksaan. Sain (57), salah satu Anak Buah Kapal (ABK) mengaku kalau pada Rabu, 30 April 2025, mereka berlayar dari Sulawesi Tenggara menggunakan Kapal Sirisi-Pasra 007.
Mereka berlayar dari Sulawesi Tenggara dengan tujuan negara
Australia. Pada Jumat, 2 Mei 2025, kapal tersebut riba diperairan
Australia. Namun, polisi Perbatasan
Australia-Indonesia menemukan mereka dan mengusir mereka agar tidak masuk wilayah perairan
Australia.
Seluruh penumpang (6 WNA dan 5 WNI) ditahan kemudian dilakukan pemeriksaan oleh polisi Perbatasan Australi. Kapal Sirisi-Pasra 007 kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar oleh polisi perbatasan perairan
Australia.
Polisi perbatasan
Australia kemudian memberikan satu kapal fiber tanpa identitas dan bendera untuk ditumpangi oleh ke-11 penumpang agar kembali ke Indonesia.
Kapal fiber pemberian polisi perbatasan
Australia kemudian berlayar hingga tiba di pelabuhan Batutua, Kabupaten Rote Ndao pada Minggu pagi. "Sebanyak 11 penumpang ini menggunakan kapal fiber yang merupakan kapal pemberian polisi perbatasan
Australia," ujar Kapolres Rote Ndao pada Minggu (4/5/2025) malam.
Selain memberikan kapal, polisi perbatasan
Australia juga membekali mereka dengan makanan dan minuman serta bahan bakar minyak (BBM) yang hanya cukup untuk tiba di wilayah laut Indonesia.
Saat tiba di Rote Ndao, kapal gagal berlabuh di pelabuhan Batutua karena kondisi laut yang sangat ekstrim di Pelabuhan Batutua. "Kami putuskan kapal diarahkan untuk berlabuh di pelabuhan Oebou setelah dilakukan pengisian BBM untuk tiba di pelabuhan Oebou," tambah Mardiono.
Begitu tiba di pelabuhan Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya, 11 orang penumpang langsung dievakuasi ke
Polres Rote Ndao."Kita juga amankan kapal yang merupakan barang bukti saat proses penyidikan nanti," tandas Mardiono.
Sejak Minggu malam, ke-11 penumpang berada di Mapolres Rote Ndao untuk dilakukan pemeriksaan secara intensif oleh penyidik Satuan Reskrim
Polres Rote Ndao.
"Dari enam orang WNA Cina, terdapat salah satu yang bisa berbahasa inggris sehingga menjadi translator bagi personel kami saat melakukan pengumpulan bahan dan keteramgan. Untuk lima orang WNI, semuanya bisa berbahasa indonesia," ujar Mardiono.
Enam WNA asal China:
1. You Zhang
2. Shangeo Li
3. Yu Zhang
4. Jun Li
5. Yan Ma (Wanita)
6. Yu Si Fu
Lima WNI asal Sulawesi Tenggara:
1. Karno (35)
2. Yosep (45)
3. Terling (31)
4. Sarisi (47)
5. Sain (57)