• Nusa Tenggara Timur

SIEJ Gelar Workshop Memperkuat Narasi Lingkungan di Tahun Politik

Imanuel Lodja | Selasa, 01/08/2023 18:12 WIB
SIEJ Gelar Workshop Memperkuat Narasi Lingkungan di Tahun Politik Peserta pelatihan jurnalis dan jurnalis warga serta rapat dengar pendapat antara jurnalis, jurnalis warga bersama penyelenggara pemilu, politisi muda dan pengamat politik yang digelar The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia di Hotel Sotis-Kupang, Selasa (1/8/2023).

KATANTT.COM--The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia menggelar pelatihan jurnalis dan jurnalis warga serta rapat dengar pendapat antara jurnalis, jurnalis warga bersama penyelenggara pemilu, politisi muda dan pengamat politik.

Workshop Jurnalis digelar selama dua hari mulai Selasa (1/8/2023) hingga Rabu (2/8/2023) di Hotel Sotis Kupang. Kegiatan ini mengusung tema memperkuat narasi lingkungan di tahun politik. Workshop hari pertama dilakukan dengan pelatihan menghadirkan ketua dan pengurus SIEJ serta pengamat lingkungan dari Undana Kupang.

Joni Aswira, Ketua SIEJ saat pembukaan kegiatan ini, Selasa (1/8/2023) menyebutkan kalau SIEJ sesuai mandat kongres mengutamakan isu lingkungan di tahun politik dan mendorong masyarakat aktivis dan jurnalis untuk mengawal isu lingkungan.

Joni menggambarkan kalau Kementerian Keuangan RI menyebut Indonesia berpotensi mengalami kerugian hingga Rp 112,2 triliun akibat krisis iklim sepanjang 2023. Perubahan iklim yang menyebabkan banjir dan berbagai bencana lainnya mengganggu rantai pasok hingga menyebabkan tekanan pada inflasi. Ini belum termasuk biaya sosial dan kesehatan yang harus ditanggung masyarakat.

Menurut survei yang dilakukan YouGov, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan penduduk terbanyak yang tidak percaya pada pemanasan global. Fakta ini ditemukan dalam survei yang digelar dari 30 Juli hingga 24 Agustus 2020 terhadap 26.000 responden dari 25 negara.

Para generasi muda ini termasuk milenial dan Gen Z berpeluang besar menjadi penentu masa depan politik di Indonesia termasuk isu perubahan iklim. Dari berbagai kajian, diprediksi pemilih dari generasi milenial dan Z akan mendominasi perolehan suara di Pilkada Pemilu 2024.

Dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Serentak 2019, ada 17.501.278 pemilih berusia 20 tahun, sedangkan yang berusia 21-30 tahun sebanyak 42.843.792 orang. Untuk pemilu 2024, jumlah pemilih milenial dan generasi Z diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 60% dari total suara.

Bertolak dari kondisi tersebut, tahun politik menjadi momentum penting untuk menguatkan isu lingkungan di kalangan generasi muda dan masyarakat pada umumnya. “Harapannya, isu lingkungan dan perubahan iklim menjadi perhatian bersama dan bisa menjadi perbincangan serta agenda yang diusung oleh para kandidat capres, pilkada maupun pileg yang akan bertarung di Pemilu 2024,” jelasnya.

Salah satu upaya menguatkan isu lingkungan bisa dilakukan dengan memperkuat literasi media mengenai masalah iklim dan lingkungan di berbagai daerah yang melibatkan media arus utama, media komunitas maupun para pemuda pegiat konservasi di daerah. Kemampuan menggunakan platform media baru untuk mengangkat masalah iklim dan lingkungan di wilayah mereka menjadi penting dilakukan.

Media dan jurnalis harus menjadi mitra kolaboratif pemuda untuk aksi iklim. “Penting untuk memberi lebih banyak ruang untuk suara pemuda di media. Mereka harus didorong untuk menjadi pemimpin opini, mewakili berbagai komunitas untuk bersuara dan menuntut komitmen iklim dari politisi di wilayahnya masing-masing,” ujarnya.

Workshop sendiri digelar di lima kota yang mengalami kerusakan lingkungan, kawasan investasi sumber daya alam, dan daerah dengan kasus pelanggaran HAM, bencana dan kesenjangan sosial. “Harapannya, jurnalis dan jurnalis warga mendorong komitmen dari penyelenggara Pemilu dan politisi lokal untuk membawa isu-isu lokal yang berkaitan dengan lingkungan ke dalam agenda politik,” tandasnya.

Workshop ini digelar untuk mendorong narasi perubahan iklim dan isu yang berkaitan dengan lingkunganke dalam kampanye dan debat kandidat calon kepala daerah, membangun sebanyak-banyaknya narasi perubahan iklim dan masalah lingkungan di antara politisi serta membangun kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara wartawan dan komunitas dari aktivis lingkungan.

Selama dua hari, peserta akan mengikuti pelatihan jurnalisme warga berbasis media baru serta rapat dengar pendapat bersama jurnalis, anak muda, politisi dan penyelenggara Pemilu.

Arieshadella Irwantii, information assistant Humas konsulat jenderal Amerika di Surabaya pada kesempatan tersebut mengemukakan kalau Amerika dan Indonesia mempercayai nilai-nilai demokrasi yang sama. Hal tersebut termasuk juga dalam pemilu yang bebas dan adil. “Kami rasa dengan datangnya pemilu 2024 akan menjadi momentum yang sangat baik untuk menguatkan isu lingkungan di kalangan generasi muda dan masyarakat setempat,” ujarnya.

Pemerintah Amerika, ujarnya mendukung penuh segala kegiatan dan usaha Indonesia dalam menanggulangi perubahan iklim yang sedang terjadi di bumi kita saat ini. “Semoga dengan adanya program kali ini, bisa menjadikan semangat dan memacu teman-teman sekalian untuk dapat memperkuat pemahaman masyrakat setempat mengenai iklim dan pentingnya lingkungan hidup,” tandasnya.

Disebutkan pula kalau pmerintah Amerika di Indonesia mempunyai program pertukaran yang sangat banyak. “Jadi kami sering mengirimkan teman-teman media kami ke Amerika untuk melakukan program atau seminar. Semoga kedepannya kami bisa mengirimkan teman-teman yang ada di Kupang untuk ke Amerika untuk program-program tersebut,” tambahnya.

Workshop hari pertama digelar dalam dua kelas berbeda yakni kelas jurnalis dan kelas jurnalis warga serta konten creator. Selama dua hari, peserta mendapatkan materi dari SIEJ dan juga pengamat lingkungan hidup, NGO lingkungan, partai politik, jurnalis senior, pengamat politik, Bawaslu dan KPU NTT selaku penyelenggara Pemilu.

FOLLOW US