• Nusa Tenggara Timur

Wagub NTT Minta Penanganan Stunting di NTT Harus Dibarengi Etos Kerja yang Tinggi

Semy Andy Pah | Jum'at, 09/06/2023 07:05 WIB
 Wagub NTT Minta Penanganan Stunting di NTT Harus Dibarengi Etos Kerja yang Tinggi Wagub NTT, Josef Nae Soi selaku Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting NTT bersama Bupati Rote Ndao, Paulina Haning Bulu saat Rakor Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur di Rote Ndao, Senin (5/6/2023).

KATANTT.COM--Demi meningkatkan sinergitas dalam mencegah stunting, Pemerintah Provinsi NTT kembali menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kali ini, rakor tersebut dilaksanakan di wilayah terselatan NKRI, Kabupaten Rote Ndao pada Senin (5/6/2023).

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi selaku Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting NTT mengungkapkan bahwa upaya penanganan stunting di NTT diperlukan etos kerja yang tinggi.

Karena itu, Josef Nae Soi yakin bahwa stunting di NTT bisa ditekan jika ada semangat kolaborasi juga etos kerja yang tinggi dalam memerangi stunting tersebut. “Kita memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi untuk memberantas stunting ini, maka saya sangat yakin bahwa kita pasti bisa,” ungkapnya.

Wagub NTT Josef Nae Soi mengajak semua pihak ini bersama-sama bergandengan tangan dalam menangani stunting sebagaimana Pancasila lahir dari bumi NTT maka upaya pemberantasan stunting juga dimulai dari NTT agar bisa diketahui dunia luar.

Ia juga mengungkapkan bahwa khusus untuk wilayah NTT, digunakan 3 dimensi dalam upaya memerangi stunting di provinsi ini. "Kita melangkah dari dimensi ideal dengan standar yang diterapkan WHO dan juga dimensi realistis terkait kondisi kita dilapangan dan kita mulai sesuaikan dengan kondisi kita disini yang masih kekurangan sarana air bersih, sanitasi hingga keterbatasana infrastruktur agar bisa menemukan langkah konkrit pemecahan masalah stunting. Itu yang disebut dengan dimensi fleksibilitas,” ungkap Josef.

Ia mengajak para peserta rakor agar tetap satu dalam tujuan yaitu menurunkan angka stunting sampai serendah-rendahnya dengan cara menyusun berbagai target yang realistis juga output dan outcome ke depan. “Kita semua sudah sepakat untuk satu hati, satu kata, satu tindakan agar mari setelah pulang dari sini, kita rumuskan bersama sehingga stunting ini bisa kita turunkan serendah mungkin bila perlu sampai zero atau nol,” jelasnya.
JNS.

Sementara Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat pada Kementerian Kesehatan, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH juga memaparkan kebijakan dalam penurunan Stunting di Provinsi NTT. Maria Endang mengungkapkan bahwa anak-anak akan tumbuh dengan kecepatan tumbuh yang sama jika kebutuhan kesehatan dan lingkungannya tercukupi.

“Anak-anak akan tumbuh dengan kecepatan tumbuh yang sama dimanapun dia lahir, dimanapun dia berada, kalau kebutuhan-kebutuhan kesehatannya dan lingkungan kebutuhannya tercukupi. Anak itu mau lahir dimanapun, dia tumbuh dengan kecepatan yang sama,” jelas Maria Endang.

Menurut Maria Endang, saat ini telah terjadi sebuah transformasi kesehatan dimana yang perlu dilakukan saat ini adalah upaya pencegahan daripada pengobatan termasuk upaya pengentasan stunting. “Salah satu bagian transformasi kesehatan adalah kita mau menggeser bukan pengobatan tetapi pencegahan yang diutamakan, jadi kita tidak menunggu stunting, karena kalau menunggu stunting maka pengobatannya akan lebih mahal,” paparnya.

Untuk intervensinya jelas dia, yang pertama untuk remaja putri. Pesannya adalah memastikan remaja putri kita tidak anemia dan sudah ada juga program minum tablet tambah darah di sekolah dan pastinya harus makan makanan yang bergizi. Karena masih ada malaria, maka dianjurkan untuk memakai kelambu. Siswi SMP - SMA sederajat juga harus melaksanakan kegiatan aksi bergizi yang sudah diluncurkan tahun lalu oleh Pak Menkes dan sudah berjalan.

Sasaran kedua adalah ibu hamil, di mana ibu hamil (bumil) tidak boleh mengalami anemia dan hemoglobinnya harus diatas 11, bumil harus mendapat makanan tambahan, ibu hamil harus periksa sebanyak 6x pada saat kehamilan dan karena masih ada malaria, maka dianjurkan untuk memakai kelambu. Semua ini dibungkus dalam gerakan Bumil Sehat yang diluncurkan oleh Menkes RI di Kota Kupang tahun 2022 lalu.

"Yang terakhir untuk balita terus diukur dan ditimbang setiap bulan dan harus kita pastikan berat badannya harus selalu naik, imunisasinya lengkap, minum obat cacing dan karena masih ada malaria, maka dianjurkan untuk memakai kelambu," jelasnya.

Sementara Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bulu mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan Pemerintah Provinsi NTT kepada Kabupaten Rote Ndao sebagai tuan rumah penyelenggaraan Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting di NTT.

“Kami merasa terhormat menjadi Tuan Rumah meskipun baru ditunjuk pada bulan April yang lalu, tetapi kami berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik dan benar,” ujar Paulina.

Karena itu, orang nomor satu di Rote Ndao ini berharap rakor stunting ini akan menjadi fondasi yang kuat dan yang terpenting untuk bertukar ide, memperluas wawasan dan membentuk kemitraan yang kokoh dalam upaya untuk mengurangi angka stunting.

"Setelah ini kita semua akan kembali ke kabupaten masing-masing dengan semangat baru, semoga terus menggelorakan energi yang tinggi dan komitmen yang kuat untuk melaksanakan tindakan nyata dalam upaya pemutusan mata rantai stunting," pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut Bupati Rote Ndao, Paulina Haning Bulu menganugerahkan gelar kehormatan kepada Wagub NTT, Josef Nae Soi sebagai Feto Dudu Fura yang berarti Penolong Yang Setia. Gelar kehormatan juga diberikan kepada Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Maria Endang Sumiwi sebagai Ina Soda Molek yang berarti Mama Pembawa Kesejahteraan. Juga kepada Wakil Pimpinan Momentum USAID Indonesia Dr. Esty Febriani, MKes, sebagai Feto Uda Anin yang berarti `Angin Yang Datang dan Membuat Bunga Berbuah.

Sedangkan Wagub NTT, Josef Nae Soi menyematkan Pin Bebas Stunting AKI AKB kepada Wakil Bupati Rote Ndao Stefanus M. Saek, SE, MSi sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Rote Ndao.

Turut hadir, Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo, SSos, MSi, Bupati Sabu Raijua, Drs. Nikodemus Nithanael Rihi Heke, MSi, Penjabat Bupati Flores Timur, Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si,  Penjabat Bupati Lembata, Drs. Matheos Tan, MM, Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja, Wakil Bupati Ende, Erikos Emanuel Rede dan Wakil Bupati Ngada, Raymundus Bena, SS, MHum.

Selain itu, hadir pula, Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut, SH, Wakil Bupati Sumba Barat, John Lado Bora Kabba, SPd, Wakil Bupati Sumba Tengah, Ir. Daniel Landa, Wakil Bupati Timor Tengah Selatan, Johny Army Konay, SH, Wakil Bupati Belu, Dr. Drs. Aloysius Haleserens, MM, Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe, Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Drs. Eusabius Binsasi, Wakil Bupati Sumba Barat Daya, Marthen Christian Taka, SIP dan Sekda Alor Drs. Soni O. Alelelang.

FOLLOW US