• Nusa Tenggara Timur

Gubernur NTT Tantang Mapala UCB Menjaga dan Merawat Pohon yang Ditanam

Semy Andy Pah | Rabu, 05/04/2023 06:56 WIB
Gubernur NTT Tantang Mapala UCB Menjaga dan Merawat Pohon yang Ditanam Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat audiensi pengurus Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Citra Bangsa (UCB) KupangĀ  di ruang kerja GubernurNTT, Senin (3/4/2023).

KATANTT.COM--Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menantang Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang untuk bisa menjaga dan merawat pohon yang ditanam sampai bisa tumbuh secara mandiri.

Tantangan tersebut disampaikan orang nomor satu di NTT ini saat audiensi pengurus Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang  di ruang kerja GubernurNTT, Senin (3/4/2023).

"Sudah banyak kelompok dan gerakan di NTT khususnya dan Indonesia pada umumnya yang lakukan gerakan tanam pohon untuk kembali lestarikan alam, namun lihatlah hasil dan dampaknya. Hanya sebagian kecil saja pohon yang ditanam ini yang jadi (tumbuh)," katanya.

"Saya berharap kelompok Mapala ini harus punya komitmen untuk tanam serta jaga sampai pohon tersebut mandiri. Pastikan pohon ini tumbuh. Harus mampu jadi ibu bagi pohon yang ditanam supaya pohon-pohon ini tumbuh," tegas Viktor Bungtilu Laiskodat.

Ia menegaskan bahwa, gerakan cinta alam bukan sekedar sebagai bagian dari tugas dan kegiatan ekstrakurikuler di  kampus tapi harus menjadi panggilan hati.

Dari pengalaman dan penelitian jelas VBL--demikian akrab disapa, rata-rata waktu yang dibutuhkan sebuah pohon agar bisa tumbuh mandiri adalah tiga tahun. Sebelum usia tersebut dia membutuhkan perawatan dan perhatian supaya bisa bertumbuh.

"Mengurus alam itu harus dengan cinta. Tidak boleh takut panas, hujan dan angin. Bangun jaringan supaya ada yang laporkan tentang pertumbuhan pohon yang ditanam," kata VBL.

Lebih lanjut mantan ketua Fraksi Nasdem DPR RI tersebut, mengajak anggota Mapala untuk memperluas pengetahuan. Menanam pohon bukan saja untuk atasi masalah lingkungan tapi juga harus mendatangkan nilai ekonomis untuk diri dan masyarakat.

"Sekarang ada istilah kredit karbon, silahkan pelajari tentang hal ini dari berbagai sumber sehingga gerakan  menanam pohon tidak hanya bertujuan untuk memulihkan lingkungan tapi juga memiliki manfaat ekonomis jadi perspektif harus banyak dalam gerakan cinta alam ini," jelas VBL.

Pada kesempatan, Gubernur NTT VBL mengajak kelompok Mapala UCB agar turut serta mengembangkan tanaman bambu untuk memulihkan lahan-lahan kritis sekaligus memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Menurut VBL, tanaman bambu ini mampu menampung dan menyimpan  5.000 liter air sehingga bisa menjadi ekositem untuk tanaman ekonomis lainnya seperti kelor, porang dan sorgum.

"Bambu adalah masa depan dunia karena manfaatnya sangat banyak seperti untuk buat  bangunan menjadi kokoh, untuk papan, untuk biomassa, arangnya juga bisa jadi pengganti batubara untuk pembangkit listrik, buat sepeda dan masih banyak manfaat lainnya," jelas VBL.

Ia menambahkan, tanam dan rawatnya juga tidak susah, Bambu Flores merupakan salah satu jenis bambu terbaik di Indonesia dan banyak dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur di calon ibu kota negara baru (IKN).

"Saat ini kita punya Kampus Bambu di Ngada , di bawah asuhan Yayasan Bambu Lestari serta sudah dikunjungi langsung oleh Presiden Jokowi. Di kampus ini akan dikenalkan secara komprehensif tentang bambu dari hulu sampai hilirnya," pungkas VBL.

Sementara itu Ketua Mapala UCB, Godelfridus Maulaku melaporkan kegiatan penghijauan yang telah dilakukan di Desa Uitiuhtuan, Kecamatan Semau Selatan pada 24-26 Maret lalu.

Ia menjelaskan bahwa dengan dukungan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benain Noelmina (BPDAS Benain Noelmina), Garda Maritim dan Pemerintah Provinsi NTT, Mapala UCB membawa 2000 bibit pohon dengan rincian 1000 bibit pohon bakau, 500 bibit pohon jambu kristal, 250 bibit pohon merbau dan 250 bibit pohon trambesi. 

"Agenda jangka panjang kami adalah sejuta pohon untuk NTT sebagai bentuk kepedulian kami untuk menyikapi isu perubahan iklim Kami akan memperluas kegiatan ini di wilayah Sabu, Rote, Sumba dan Flores," jelasnya.

"Kami punya komitmen untuk terus melakukan pengawasan dan perawatan agar pohon-pohon yang kami tanam itu dapat tumbuh. Kami membutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk pemerintah provinsi untuk berbagai kegiatan ini," tutup Godelfridus.

Turut mendampingi Godelfridus, dosen Pembina Mapala UCB, James Adam Seo, Sekretaris Mapala UCB, Ludofika Riwu dan pengurus lainnya Reynhard Tobias dan Ivan Warata. Turut hadir, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi dan pejabat dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTT.

FOLLOW US