• Nasional

GPM terus mendukung upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, khususnya di sek

Asrul | Kamis, 10/12/2020 11:40 WIB
GPM terus mendukung upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, khususnya di sek Sigit Pramono dalam acara webinar

Jakarta, katantt.com - Sigit Pramono, Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM) mengatakan bahwa GPM terus mendukung upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, khususnya di sekolah.

Menurutnya, fakta mengenai pandemi akan terjadi lebih lama terjadi dari waktu yang telah kita perkirakan, serta tingginya tingkat kematian anak Indonesia akibat pandemi COVID-19, menjadikan perubahan pola perilaku baru yang lebih sehat harus dijalankan secara berkelanjutan.

“Pembentukan perubahan pola perilaku yang lebih sehat pada anak, harus dimulai dari rumah maupun lingkungan sekolah, dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan,” ujar Sigit Pramono dalam acara webinar "Diseminasi Protokol Kebiasaan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah di Masa Pandemi”, yang diadakan pada Selasa (24/11) lalu.

Webinar ini merupakan langkah awal GPM untuk memulai program kampanye publik Penyuluh untuk Penyuluh (PuP) klaster anak dan keluarga. Kegiatan ini akan dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19.

Sigit melihat, peran strategis dari bapak ibu guru serta orangtua dalam pembentukan pola hidup baru yang lebih sehat sangat dibutuhkan. Orangtua dan guru dapat menjadi agen perubahan perilaku kebiasaan hidup baru, maupun contoh dan teladan yang baik bagi anak usia sekolah.

Sejalan dengan Sigit, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Nadiem Makarim mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkup pendidikan pertama dalam pembentukan karakter dan perilaku anak. 
Lingkungan yang sehat dimulai dari keluarga yang sehat.

"Oleh karena itu, langkah yang tepat untuk mengenalkan protokol kesehatan dimulai dari keluarga, sehingga hal tersebut dapat langsung diterapkan dan menjadi kebiasaan sehari-hari," ujar Nadiem.

Ia menambahkan, Kemendikbud mendorong sosialisasi serta edukasi mengenai perubahan perilaku hidup sehat sesuai dengan protokol kesehatan saat ini, yakni 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

"Selama pandemi, disiplin kesehatan telah dijalankan oleh Kemendikbud bersama berbagai pihak. Bentuknya misalnya: adanya duta perubahan perilaku yang berasal dari kalangan mahasiswa. Selain itu, dengan melibatkan perguruan tinggi, Kemendikbud melakukan sosialisasi mengenai isu-isu kesehatan, pengendalian penyakit, khususnya edukasi kepada masyarakat mengenai perubahan perilaku," ujarnya.

Nadiem mengatakan optimis dengan kerjasama yang dilakukan bersama berbagai pihak ini. Gotong royong kita dalam pencegahan dan penanggulangan pencegahan COVID-19 dapat menjadi semakin solid.

“Mari kita gencarkan sosialisasi supaya kita semua dapat menjaga kesehatan, agar Indonesia segera pulih dan bangkit dari pandemi,” kata Nadiem.

Pentingnya perubahan kebiasan baru seperti memakai masker, juga diungkapkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Aman B. Pulungan Sp.A(K). Apalagi, angka kasus terkonfirmasi virus ini semakin naik dari waktu-ke-waktu. Saat ini berdasarkan data resmi pemerintah sudah ada 512 anak yang meninggal akibat virus COVID-19. Angka ini merupakan angka yang tertinggi dibandingkan negara-negara Asia Pasifik lainnya.

Dr. dr. Aman B. Pulungan Sp.A(K) mengatakan, perubahan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) haruslah ditanamkan sejak dini. Latih anak untuk menerapkan PHBS dan protokol kesehatan secara konsisten. Mulai ajarkan anak menggunakan masker sejak usia di atas 2 tahun sesuai dengan saran dari IDAI.

Masker dapat melindungi pemakai dan orang lain dari penyebaran virus COVID-19. Sebuah studi menemukan pada suatu perjalanan pesawat, terdapat 1 orang yang menderita COVID-19. Namun, tidak ada orang lain yang tertular karena orang tersebut memakai masker sepanjang waktu.

Ajarkan kebiasaan cuci tangan sejak anak usia MPASI (anak mulai dikenalkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu) serta ajarkan anak dengan sabar mengenai kebiasaan menjaga jarak. Mengajarkan protokol kesehatan pada anak sejak dini dapat menjadi bagian dari stimulasi perkembangan personal sosial anak.

Orangtua harus menjadi contoh perilaku memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan agar anak dapat meniru kebiasaan baik ini. Luangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak usia sekolah & remaja, serta tetap tinggal di rumah saja untuk mencegah penularan di dalam keluarga.

Sementara itu, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo menjelaskan, sekolah mempunyai peran penting untuk melindungi warga sekolahnya. Hal ini sejalan dengan amanat undang-undang guru dosen pada pasal 39 ayat 1, yang menyebutkan bahwa pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, satuan pendidikan wajib melakukan perlindungan dalam kegiatan pembelajaran.

Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang matang sebelum kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dilaksanakan. Persiapan yang dilakukan bukan hanya persiapan fisik saja, namun juga persiapan secara psikis.

Persiapan psikis ini, misalnya, berupa aturan yang mengatur sikap, maupun perilaku guru, serta sikap perilaku warga sekolah. Hal ini dilakukan untuk membangun kesadaran akan perlunya protokol kesehatan guna memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 di lingkungan sekolah.

“Ketika daftar periksa secara fisik dan psikis menjadi ukuran dan syarat utama, dan ketika syarat utama sudah terlaksana dengan baik, artinya kita sudah menjalankan langkah-langkah utama untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19,” ungkap Heru.

FOLLOW US