KATANTT.COM--Hari ini, 25 September 2024, di Sonaf (istana) Kuatae-Bakunase, Kota Kupang, Keluarga besar Nisnoni, Koroh, Nope, dan keluarga yang terkait di dalamnya berduka. Putra sulung pewaris tahta Kerajaan Kupang Leopold Nicolaas Nisnoni (88) telah berpulang.
Leopold Nicolaas Nisnoni yang akrab dipanggil Om Leo sangat familiar bagi masyarakat Kota Kupang. Nama ini sangat melegenda di cabang olahraga Basket dan Tenis Lapangan sejak 1952-2015.
Dia juga anggota dan Pengurus Perkumpulan Bola Basket di Negeri Belanda, Bandung dan Kupang yaitu THOR,VEDO, CHUNG HWA CHUNG Hui (CHCH), Naga Timur, Bintang Timor, Indonesia Muda, Kupang All Stars (KAS), Perkumpulan Tenis Melati dan Perkumpulan Tenis Bogenville.
Ketika event PON IV di Bandung pada 1961 Leo Nisnoni ikut memperkuat regu basket putra NTT. Kecintaannya di Basket itulah yang mendorongnya mendirikan Persatuan Bola Basket NTT (Perbasi) pada 1985 dan menjabat sebagai Ketua I dan Ketua Umum.
Tidak berhenti di situ, tapi dia adalah pendiri Lions Club Komodo di Kupang pada 2006. Sementara di bidang grafika, Leopold Nisnoni sebagai Pendiri Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) di Kupang pada 1984 dan menjabat sebagai Ketua Umum.
Om Leo, putra sulung dari Raja Kupang Don Alfonsus Nisnoni, kelahiran Bakunase, 20 Maret 1936, adalah pribadi yang menarik, setidaknya bagi saya. Saya teringat pada Juli 2021, saya ke Kupang dan sore itu juga bersama dengan Bung Nicky Uly, kami bertemu Om Leo Nisnoni di Sonaf Kuatae-Bakunase.
Sore itu, sambil memandang panorama Teluk Kupang yang indah dari teras Sonaf Kuatae, kami berbincang panjang lebar seputar Kerajaan Kupang. Maklum beliau merupakan perpustakaan hidup yang menyimpan begitu banyak cerita dan data tentang sejarah Kerajaan Sonba’i Kecil, dan Kerajaan Kupang. Dan tentang sejarah kedatangan leluhur Nisnoni dan Oematan di Kupang hingga kemudian mendirikan Kerajaan Sonba’i Kecil yang berpusat di Bakunase lengkap dengan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sonba’i Kecil.
Pada suatu hari saya juga diberikan izin untuk memasuki sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan ribuan judul buku dari Bahasa Belanda, Inggris dan Indonesia, serta diizinkan pula untuk melihat arsip-arsip tua peninggalan bangsa penjajah Belanda di Timor.
Dan semua data informasi berharga itu saya rekam, mencatat dan menyimpannya dalam sebuah file pribadi tentang perjalanan sejarah Kerajaan Sonba’i Kecil, Kerajaan Kupang, dan sejarah dari istana Raja Don Alfonsus Nisnoni dan Permaisurinya Bertje Adelaida Nisnoni-Amalo Djawa yang terletak di Naikoten. Pendek kata, isi perut Kupang tempo dulu ada di tangan Leo Nisnoni.
Pada masa pendudukan Tentara Jepang pada 1942, Leo Nisnoni baru berusia 4 tahun harus diungsikan bersama kedua orangtuanya dari Bakunase ke Maunfon-Fatuoni wilayah kerajaan Fatuleu hingga 1945 baru kembali ke Kupang. Dalam situasi keamanan yang belum kondusif Raja Alfons Nisnoni dan keluarganya mesti berpindah-pindah tempat tinggal sampai akhirnya baru bisa mereka tempati Sonaf Naikoten.
Leo Nisnoni menghabiskan waktunya selama 8 tahun di Belanda (1948-1956). Kala itu, dia berteman baik dengan Frans Seda dan Umbu Haramburu Kapita di Belanda. Di kemudian hari kedua temannya itu menjadi orang-orang hebat. Sebagai anak raja, Leo Nisnoni melanjutkan Sekolah Dasar di Groningen Belanda setelah tamat STK di Kupang pada 1941.
Dia menyelesaikan SMP di Groningen Belanda dan masuk ke SMA di Groningen tetapi pada 1956 dia dipanggil pulang oleh ayahnya dan melanjutkan SMA Kristen di Bandung (1956-1957). Di Belanda sempat menjadi pegawai staf Kantor Pos Cek dan Giro Den Haag selama dua tahun (1955-1956). Selanjutnya, dia adalah Bendaharawan /Pembukuan PT ICAFF (Indonesian Canning and Freezing Factory) di Kupang pada 1958-1961.
Sedangkan pemilik perusaaan industri daging kaleng ini adalah Don Alfonsus Nisnoni—dia mendirikan perusahaan ini setelah mengajukan permohonan pengunduran diri dari jabatan Kepala Swapraja Kupang. Dalam pergolakan Timor Timur, Leo Nisnoni menjadi Anggota Tim Pendamping Gubernur NTT El Tari selama dua tahun (1976-1978).
Leopold Nisnoni menikah dengan Frederika Margareta Nisnoni-Lino (alm). Pasangan ini dikaruniai 6 orang anak: Angke Enggelina Connie Don Alfonso Wiegers, Donna Ester Carolina, Donna Adelaida Johana, Don Carlos Leopold Frederik, dan Devon Obe.
Saya teringat akan frasa yang diucapkan Om Leo dalam sebuah pertemuan wawancara di Bakunase tiga tahun silam mengatakan pada saya begini,” Manusia itu belajar untuk membuat dirinya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Sebab, kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai perepsi, baru sekadar mendengar, tetapi belum bijak menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya dalam tindakan yang produktif.
Dengan begitu, Om Leo teringat akan pesan Ayahnya: Anakku,.. Ayah berjuang demi menghidupimu, nanti setelah kamu sukses dan gagah, Ayah tidak mengharapkan hartamu, Ayah cuma ingin kamu tersenyum dan memeluk Ayah… Itu saja… (Oleh: Hans Itta)