KATANTT.COM---Warga di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang masih kesulitan mengakses air bersih guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kondisi tersebut dialami warga meski telah dibangun sebuah waduk besar atau bendungan Raknamo yang direkomendasikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2018 silam.
Elisabeth Selan (33) warga Dusun I, Desa Raknamo mengisahkan, kendala warga selama ini hanya air bersih. Air bersih di wilayah sini terbilang langka bahkan Pustu dekat rumah saya tapi kurang air bersih.
Dikatakan bahwa, efek dari tidak ada air sehari-hari, kadang kamar mandi tidak digunakan karena air tidak ada. Setiap hari dua kali harus meminta ke tetangga yang jaraknya cukup jauh untuk kebutuhan keluarga.
"Kita ambil sehari dua kali, kalau pagi ambil siang hari sudah habis terpakai jadi sore lagi ambil. Saya sendiri yang pikul airnya untuk mandi dan kebutuhan lainnya. Saya sudah menikah tinggal disini 8 tahun, kalau untuk cuci pakaian kita ke kali atau air hujan," beber Salan ketika diwawancarai awak media, Rabu (20/11/2024).
Senada, kesulitan terhadap salah satu sumber utama kehidupan yaitu air bersih diungkapkan salah seorang ibu rumah tangga, Fransiska Dina Fernandez (28) warga Dusun III Desa Raknamo.
Menurut dia, sejak tahun 2015 di Dusun 3 airnya ada dan lancar. Tapi semenjak pembangunan bendungan ini baru mulai macet, karena kerja jalan raya gali kembali pipa air yang ada dan sejak itu airnya tidak ada sampai sekarang.
"Jadi, kami di Dusun 3 selama ini pakai air tangki denga biayanya Rp 120 untuk pakai satu minggu dan itupun kami irit airnya," terang dia.
Tapi kata Fernandez, belum lama ini dari dana Desa sudah mengadakan pembangunan bak air bersih. Airnya sudah keluar, tapi ada sedikit kendala kerusakan mesinnya, sementara di beli ganti.
"Kalau air untuk mandi, cuci pakaian kadang kita ambil di kali kurang lebih 100 meter. Kadang kita disini patungan dengan tetangga lain untuk bayar tangki air," terang dia
Lanjut Fernandez, dulu sebelum ada bendungan Raknamo airnya lancar dari sumber mata air sulfat ada sambungan pipa. Tapi saat bangun bendungan, ada pengerjaan jalan raya, pipanya dibongkar tapi tidak dipasang kembali dan airnya macet sampai saat ini.
Sementara itu, Kepala Desa Raknamo, Agusto Fernandes membenarkan bahwa, bendungan Raknamo masih di tangan pihak Balai dan belum diserahkan ke pihak Kabupaten.
"Jadi masih ditangan Balai. Terkait dengan dampak yang dirasakan oleh bendungan ini memang belum maksimal. Salah satunya, air irigasi dibuka setahun sekali, air bersih setelah reservoir baru dibangun belum selesai," terang dia.
Ditekankan bahwa, untuk masalah konflik sosial akibat masalah lahan atau lainnya tidak. Tapi yang menjadi keluhan warga setempat soal air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari karena Raknamo susah air bersih.
"Kita disini ada 701 KK atau 2.761 jiwa. Dari V dusun yang paling parah itu dusun III dan V mereka ambil airnya di kali perbatasan Raknamo dan Manusak. Kalau kekeringan seperti susah air bersih tidak kenal musim, apalagi kalau musim hujan banjir dan warga gali kubangan," sebut Agusto.
Dijelaskan, melalui dana desa pada Tahun 2018 pemerintah desa sudah mengalokasikan untuk penanganan masalah air namun hal itu tidak bertahan lama setelah adanya bada siklon tropis seroja.
“Kita tarik air bersih dari sulfat berukuran lebih 36 kilo dari sini, 2019 terjadi badai seroja dampaknya di Raknamo dan pipa banjir bawa semua. Di Tahun 2020 kita coba masukan proposal untuk pompa hidram tapi tidak berjalan maksimal. Tahun 2024 sekarang kita ada sambungan bak hidram cuman satu bulan terakhir airnya macet karena mesin rusak,” ungkap Agusto.
Diketahui, bendungan Raknamo adalah sebuah bendungan yang terletak di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang dibangun pada Desember 2014 habiskan biaya sekitar Rp.760 miliar dan diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Selasa 9 Januari 2018 silam.
"Setelah pembangunan bendungan, ada monitoring-monitoring ke Desa Raknamo, dan kita sampaikan hal keluhan warga akan air bersih tapi kita tidak tahu tindaklanjuti kita tidak tahu kendalanya seperti apa," ucap Agusto.
Tambah dia, untuk keterlibatan perempuan sendiri dalam kegiatan Pemerintah di Desa Raknamo, khusus proses pembangunan kita selalu libatkan keterwakilan perempuan dalam musyawarah dan kita berikan ruang untuk sampaikan aspirasi didalam pengambilan keputusan.
"Yang dilakukan oleh Desa terkait dengan libatkan perempuan di tahun ini yaitu, pemberdayaan kelompok perempuan lewat pangan lokal dan pemberdayaan pertanian menanam bawang," terang Agusto.
"Kita disini ada tiga Suku besar, Suku Rote, Timor Barat dan Timor Timur. Sejauh ini untuk libatkan atau perlakuan dibeberapa bidang kita sama putusan dalam musyawarah bersama jadi tdk ada konflik yang terjadi disini," sambung dia.
Agusto berharap, lewat beberapa instansi dan stakeholder atau unsur elemen lainnya dengan kekurangan yang kita alami ini bisa membantu warga keluar dari kendala yang dialami seperti salah satunya air bersih bisa teratasi.