• Nusa Tenggara Timur

Minimalisir Angka Bunuh Diri, NTT Butuh Psikolog di Setiap Puskesmas

Imanuel Lodja | Rabu, 08/11/2023 08:41 WIB
Minimalisir Angka Bunuh Diri, NTT Butuh Psikolog di Setiap Puskesmas Ilustrasi bunuh diri (Foto: Google)

KATANTT.COM--Sudah saatnya tenaga psikolog ada di setiap puskesmas di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melayani konseling kesehatan mental hingga akhirnya bisa meredam angka bunuh diri.

Gagasan ini disampaikan oleh Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana (FKM Undana), Indra Y. Kiling, di ruang kerjanya, Selasa (7/11/2023).

Layanan ini sudah bukan merupakan hal tabu, kata dia, justru perlu ada untuk mendampingi perkembangan peradaban manusia modern seperti saat ini.

Adanya psikolog di tiap-tiap puskesmas yang bisa dijangkau masyarakat memungkinkan untuk meredam tingkat stres atau depresi akibat permasalahan rumah tangga, ekonomi, maupun berbagai hal lainnya, hingga menekan keinginan untuk bunuh diri.

Badan Pusat Statistik (BPS) NTT sendiri sebelumnya pernah merangkum data desa menurut keberadaan korban bunuh diri. Pada 2018 lalu ada 158 desa di NTT yang memiliki kasus bunuh diri dan tertinggi di Flores Timur dengan 18 desa.

Nyaris seluruh kabupaten di NTT memiliki 1 hingga belasan desa dengan kasus bunuh diri terkecuali Sabu Raijua yang tanpa kasus sama sekali tahun itu. Pada 2021 lalu BPS NTT mencatat adanya 145 desa yang ada di kabupaten/kota di NTT dengan kasus bunuh diri.

Kabupaten terbanyak kasus bunuh diri adalah Flores Timur yaitu di 21 desa dan Sumba Barat Daya dengan 20 desa. Sepanjang 2021 itu hanya Lembata dengan 1 desa yang terjadi kasus bunuh diri. "Sorotannya sudah banyak sekali. Perlu ada psikolog di puskesmas, di pustu, saat ini kan di sini belum ada sama sekali," ujarnya.

Tak adanya psikolog di tengah masyarakat cenderung membuat kebanyakan orang menceritakan kondisinya kepada tokoh agama misalnya romo, pendeta atau ustadz.

Tidak salah memang, akan tetapi menurutnya tidak semua tokoh agama pun paham apalagi terlatih soal isu kesehatan mental apalagi dalam memberikan solusi psikologis.

"Karena kalau seseorang merasa semakin berdosa malah jadi semakin hilang semangat hidupnya. Jadi `meja` untuk konsultasi kesehatan mental itu tempatnya memang khusus," tambahnya.

Ia menyebut masalah sehari-hari bisa saja menjadi pemicu terganggunya mental seseorang dan sudah sangat wajar bila dikonsultasikan ke psikolog.

Kebiasaan ini yang diterapkan masyarakat di negara maju hingga menjadi kesetaraan dalam layanan kesehatan mental. Sayangnya masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang, masih minim kesadaran akan itu bahkan menganggap buruk kebutuhan tersebut.

Masih ada anggapan yang kuat di masyarakat bahwa orang yang menkonsultasikan diri ke psikolog adalah orang yang sangat buruk kesehatan jiwanya.

"Sehingga kasus-kasus yang ada tendensinya ke bunuh diri itu sebenarnya bisa dicegah tapi kalau di kita bila tendensi itu muncul justru berhadapan lagi dengan stigma yang hidup di masyarakat kalau ke psikolog itu berarti gila, sebenarnya tidak," jelasnya.

Ia mencontohkan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan korban butuh pendampingan psikolog untuk bisa menghindari risiko buruk yang tidak diinginkan terhadap kesehatan mental.

Sedangkan angka kekerasan terhadap perempuan cukup tinggi di NTT dan korban harusnya dalam keseharian bisa mendapati tempat konsultasi yang layak apabila ada psikolog di tiap-tiap puskesmas.

Begitu pula bagi para pelajar atau mahasiswa yang memiliki beban perkuliahan, masalah dalam pergaulan, atau persoalan lainnya.

Mereka sebenarnya membutuhkan tempat berbagi agar meredam berbagai risiko buruk yang mungkin berpotensi muncul apalagi ke arah bunuh diri.

Contoh potensi bunuh diri sendiri, kata dia, umumnya melukai diri sendiri atau bahkan hanya memiliki ide untuk mengakhiri hidup sendiri.

"Kalau seperti itu maka sudah red flag dan tidak bisa lagi dibiarkan sendiri karena itu bom waktu," tambah Indra.

Untuk di Indonesia layanan psikolog di puskesmas menurutnya sudah ada di Jakarta Raya dan Yogyakarta. Tenaga psikolog sudah ditempatkan di tiap-tiap puskesmas.

Layanan-layanan konsultasi online pun sudah banyak tersedia saat ini sehingga perlu lebih banyak lagi disosialisasikan untuk bisa lebih diketahui publik atau orang-orang dengan potensi ini.

Namun kendalanya, kata dia, ketersediaan tenaga psikolog di NTT pun selama ini hanya dari lulusan Undana di Kupang dan Universitas Nusa Nipa di Maumere, Kabupaten Sikka.

Masyarakat juga belum banyak yang terpapar informasi mengenai pentingnya kesehatan mental sehingga lulusan psikolog perlu berperan di tengah masyarakat.

FOLLOW US