KATANTT.COM--Jalan panjang perjuangan petaka kasus Montara yang mencemari Laut Timor sejak Oktober 2009 silam, belum banyak diketahui publik. Bagaimana suka, duka dan perjuangan yang penuh dengan air mata akan dikisahkan oleh Ketua Yayasan Peduli Timor Barat, Ferdi Tanoni secara berseri.
Pada akhir tahun 2019 Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) menunjuk pengacara di Inggris Monica Feria-Tinta untuk melakukan pengaduan kepada Komisi Hak Asasi Manusia. pengacara di Inggris Monica Feria-Tinta juga diminta menuntut Pemerintah Federal Australia untuk membayar kompensasi sebesar A$ 15 miliar (lima belas miliar dollar Australia) kepada masyarakat/rakyat Indonesia di Nusa Tenggara Timur yang terdampak petaka tumpahan minyak Montara di Laut Timor tahun 2009.
Kemudian, pada bulan Maret 2021 Perserikatan Bangsa Bangsa mengirimkan surat kepada masing-masing Pemerintah Federal Australa-Pemerintah Republik Indonesia-Pemerintah Thailand dan koorporasi PTTEP di Bangkok.
Perserikatan Bangsa Bangsa meminta agar suratnya ini harus dijawab pada bulan Mei tahin 2021, dan mereka semua telah menjawab surat tersebut pada minggu kedua bulan Mei 2021.
Di dalam surat jawaban-nya dari Pemerintah Federal Australia seolah menghindar dari Petaka Tumpahan Minyak Montara tersebut.
Kami tahu, Australia tahu dan semua orang tahu bahwa yang paling bertanggung jawab atas Petaka Tumpahan Minyak Montara ini adalah Pemerintah Federal Australia.
Karena itu, dalam waktu dekat dan tidak lama lagi kami akan segera menindaklanjuti kasus Montara ini di Denhaag-Belanda.
Saudara-saudari kami yang terdampak Petaka Minyak Montara di mana pun anda berada: Janganlah pernah bimbang dan ragu apalagi kuatir terhadap apa yang sedang dan telah kita semua hadapi selama 13 tahun dan 6 bulan lebih ini. Teruslah berdoa kepada Tuhan kita.
Panjatkanlah ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Pencipta Langit dan Bumi Atas Berkat dan Anugerah-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua. (bersambung)