• Nusa Tenggara Timur

Survei Tunjukkan Terumbu Karang di Taman Nasional Laut Sawu Rusak Akibat Badai Seroja

Djemi Amnifu | Kamis, 27/05/2021 19:33 WIB
 Survei Tunjukkan Terumbu Karang di Taman Nasional Laut Sawu Rusak Akibat Badai Seroja Ilustrasi pemandangan bawah laut. (foto: Shutterstock)

katantt.com--Sebagian terumbu karang di Taman Nasional Perairan Laut Sawu mengalami kerusakan akibat dampak badai Seroja pada tanggal 3 April 2021 yang melanda 21 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi (BMKG), kecepatan badai siklon Seroja ini mencapai 75 km/jam.

Badai ini memicu terjadinya banjir bandang, tanah longsor, serta angin kencang yang menyebabkan rusaknya berbagai sarana dan parasarana.

Selain kerugian material, badai ini juga berdampak pada kondisi terumbu karang di wilayah ini, sehingga dapat merusak fungsi ekologis.

Danpak lainnya adalah mengancam fungsi ekonomi yang akan merugikan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani rumput laut.

Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN) Kupang pun melakukan survei guna memantau kondisi terumbu karang pasca bencana.

Survei ini didukung Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) pada tanggal 22–29 April 2021 di wilayah Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

Selain survei juga mengidentifikasi kerusakan dan perubahan sebaran terumbu karang dari data awal yang dimiliki.

“Survei kondisi terumbu karang pasca bencana ini penting untuk dilakukan karena wilayah dampaknya mencakup kawasan konservasi laut yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi," papar Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Tebe Haeru Rahayu kepada wartawan, Kamis (27/5/2021).

"Hasilnya akan memberikan gambaran langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan agar kondisi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dapat pulih kembali dengan cepat,” tambah Tebe Haeru Rahayu.

Sementara itu Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi menjelaskan bahwa survei cepat dilakukan di 19 titik lokasi di sekitar perairan Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Rote Ndao.

"Survei dilakukan dengan metode pemetaan menggunaan drone untuk memantau secara cepat kerusakan terumbu karang dengan cakupan yang luas secara spasial dan metode transek sabuk pada tubir terumbu dan rataan karang melalui pengamatan langsung dengan snorkeling untuk mendapat informasi kerusakan karang," jelas Imam di Kupang.

Hasil survei menunjukkan indikasi kuat bahwa siklon Seroja menyebabkan kerusakan cukup besar pada terumbu karang meskipun tidak merata di semua tempat.

Dari 7 lokasi terumbu karang di Teluk Kupang dan perairan sekitarnya menunjukkan pada perairan sekitar Kuanheum dan Lifuleo tidak terdampak oleh siklon Seroja.

Sekitar perairan Alak dan Nitneo terdampak sedang dan di wilayah Kelapa Lima, Pasir Panjang, serta Namosain kondisi terumbu karangnya sangat terdampak.

Sementara hasil dari survei di 12 lokasi pada Kabupaten Rote Ndao, di perairan wilayah Sedeoen, Mbueain, Pulau Nuse, Faifua, Papela, dan Tesabela tidak terdampak.

Perairan Maubesi, Sotimori, dan Siomeda terdampak sedang, dan dampak badai Seroja sangat besar pada perairan Tolama, Dengka, serta Tua Natuk.

Mengenai hasil kajian cepat tersebut, Rusydi, pakar kelautan dari Universitas Muhammadiyah Kupang menjelaskan bahwa kerusakan berat ditandai oleh banyaknya karang masif, bercabang, dan karang foliose yang berserakan dan menumpuk membentuk gundukan memanjang sejajar garis pantai dengan luas tertentu.

Sebagai contoh pada wilayah perairan Tolama sampai dengan Tuanatuk panjang gundukan sekitar 8 kilometer dan tinggi gundukan berkisar 1-3 meter dari dasar laut.

Pada area yang sangat terdampak nyaris tidak ada karang hidup pada radius sekitar 10 meter dari gundukan koral.

“Tindak lanjut dari survei ini akan dilakukan analisis data untuk mendukung kajian lebih rinci dampak badai Seroja terhadap ekosistem terumbu karang. Sebagai negara kepulauan dengan ancaman bencana yang tinggi, kajian ini sangat dibutuhkan dalam merancang langkah-langkah penanganan ekosistem terumbu karang pasca bencana secara nasional,” pungkas Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman.

FOLLOW US