Katantt.com - Volume penjualan BBM/BBK Pertamina anjlok hingga 26 persen pada April 2020. Penurunan penjualan tersebut menjadi pintu masuk kerugian perseroan hingga Rp11,13 triliun.
Direktur Keuangan PT
Pertamina (Persero) Emma Sri Martini menyatakan, turunnya permintaan masyarakat dalam menggunakan BBM menyebabkan
Pertamina kehilangan pendapatan (revenue).
"Pandemi COVID-19 sangat signifikan sekali terhadap penurunan permintaan ini, menyebabkan pendapatan kita sangat terdampak. Kita lihat di kuartal II bulan April ini adalah posisi terdalam," kata Emma dalam RDP bersama Komisi VII DPR di Jakarta, Senin (31/8/2020).
Emma menjelaskan, penjualan BBM mulai menunjukkan tren positif pada Juni yang meningkat sebesar 7 persen, dan Juli sebesar 5 persen, meski belum kembali pada "normal rate".
Turunnya permintaan pada BBM juga memberikan dampak pada inventarisasi atau bahan bakar yang tersimpan di kilang. Sebagai contoh, stok avtur pada April-Mei saja mencapai hingga 400 hari, namun di sisi lain biaya inventarisasi tetap berjalan.
"Avtur kita stoknya bisa sampai 400 hari, solar juga, semua terdampak dan itu memakan menjadi `inventory cost`, sementara `revenue` tidak ada," kata Emma.