KATANTT.COM---Sebuah pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh juru bicara aksi demo warga Poco Leok, Kecamatan Satar Mese di kantor Bupati Manggarai pada Kamis, 5 Juni 2025, memicu reaksi keras dari keluarga besar Todo Pongkor. Pernyataan tersebut dinilai merendahkan martabat keluarga Todo Pongkor.
Perwakilan keluarga Todo Pongkor, Marsel Sudirman, menyatakan bahwa awalnya mereka tidak mempermasalahkan aspirasi yang disampaikan dalam aksi demo. Namun, situasi berubah ketika juru bicara aksi menyebut "Weang Damit Mucu Poco Leok (Sampah orang Mucu Poco Leok)" terhadap salah satu anggota keluarga Todo Pongkor, "Kraeng Hery Nabit."
Marsel menekankan bahwa hubungan antara Mucu Poco Leok dan Todo Pongkor memiliki sejarah dan ikatan yang kuat.
Dia menjelaskan bahwa pernyataan tersebut dianggap tidak pantas karena diucapkan di tempat umum.
Sebagai respons, lanjut Marsel, keluarga besar Todo Pongkor berkumpul dan memutuskan untuk "ngo sili" (mencari tahu) ke Mucu Poco Leok.
Dua misi utama mereka adalah menanyakan apakah pernyataan tersebut merupakan representasi resmi dari Mucu Poco Leok dan memastikan apakah individu yang berbicara tersebut adalah bagian dari keluarga besar Mucu Poco Leok.
Pada tanggal 17 Juni, perwakilan keluarga Todo Pongkor berangkat ke Mucu Poco Leok. Mereka diterima oleh tetua adat (empat Panga).
Dalam pertemuan tersebut, tetua adat Mucu Poco Leok, yang diwakili oleh Kerang Petrus Jebaru, menyatakan bahwa mereka tidak mengutus individu tersebut untuk berdemo dan tidak bertanggung jawab atas pernyataan yang diucapkan.
Keluarga Todo Pongkor kemudian meminta bantuan untuk mencari individu yang mengeluarkan pernyataan kontroversial tersebut, bukan untuk tindakan kekerasan, tetapi untuk mengetahui maksud di balik ucapan tersebut.
Tetua adat Mucu Poco Leok menegaskan bahwa jika terjadi sesuatu di kemudian hari, itu adalah tanggung jawab pribadi individu yang bersangkutan, bukan tanggung jawab Gendang Mucu Poco Leok.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan permintaan maaf dan mereka meminta kepada Kraeng Heri dan istrinya untuk menemui mereka di Gendang Mucu Poco Leok. Permintaan ini merupakan bagian dari hubungan kekeluargaan (Woe Nelu) dan bukan polemik seperti yang terjadi.