• Nusa Tenggara Timur

Pemkot Kupang Siapkan Lima Indikator Dalam Mengatasi Kemiskinan Ekstrem di Kota Kupang

Reli Hendrikus | Senin, 02/12/2024 15:34 WIB
Pemkot Kupang Siapkan Lima Indikator Dalam Mengatasi Kemiskinan Ekstrem di Kota Kupang Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi

KATANTT.COM--Pemerintah Kota Kupang telah menyiapkan lima indokator dalam mengatasi masalah kemiskinan ekstrem yang terjadi di Kota Kupang, sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Pasalnya, kemiskinan ekstrem di Kota Kupang, seperti di banyak wilayah lainnya, adalah kondisi di mana individu atau keluarga hidup dengan pendapatan yang sangat minim, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, dan layanan kesehatan.

"Pemkot Kupang telah menargetkan angka kemiskinan ekstrem menjadi nol pada tahun 2026. Saat ini, angka kemiskinan umum di Kota Kupang berada pada 8,61 persen, sedangkan kemiskinan ekstrem tercatat sebesar 3,7 persen," jelasnya pada Senin, (2/12/2024).

Linus Lusi menjelaskan ada lima indikator sebuah daerah dinilai mengalami kemiskinan ekstrim. Hal pertama yang dilihat adalah kondisi tempat tinggal masyarakat. Untuk itu Pemerintah Kota selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan warga sehingga angka kemiskinan ekstrim bisa diturunkan atau ditiadakan.

"Banyak keluarga yang tinggal di rumah semi-permanen atau gubuk yang terbuat dari bahan seadanya seperti seng bekas, papan kayu, atau terpal. Akses ke air bersih sering kali terbatas, dengan banyak rumah tangga bergantung pada sumur bersama atau pembelian air dari penjual keliling. Sanitasi yang buruk, dengan tidak adanya toilet atau saluran pembuangan yang memadai.

Hal kedua yang dilihat dalam kriteria kemiskinan ekstrim jelas Linus Lusi adalah pendapatan dan pekerjaan masyarakat. Sebagian besar penduduk miskin ekstrem bekerja di sektor informal, seperti buruh harian, pedagang kecil, atau pemulung, dengan pendapatan tidak tetap.Ketergantungan pada pekerjaan musiman, seperti nelayan atau petani kecil, yang hasilnya sangat dipengaruhi oleh cuaca atau musim.

"Hal ketiga yang dilihat terkait penilaian kemiskinan ekstrim tu adalah akses terhadap pendidikan. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali tidak dapat melanjutkan pendidikan karena biaya sekolah, seragam, atau buku yang tidak terjangkau. Banyak anak terpaksa bekerja sejak usia dini untuk membantu ekonomi keluarga, sehingga putus sekolah menjadi hal yang umum.

Masalah Kesehatan lanjut Linus Lusi adalah hal keempat yang menjadi indikator dari kemiskinan ekstrim di sebuah wilayah. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, termasuk minimnya fasilitas medis atau biaya pengobatan yang terlalu tinggi. Malnutrisi sering menjadi masalah, terutama pada anak-anak, akibat asupan makanan yang tidak cukup atau tidak bergizi.

Hal terakhir atau yang kelima ungkap Linus Lusi adalah Kerentanan terhadap Krisis. Keluarga miskin ekstrem sangat rentan terhadap perubahan ekonomi, bencana alam, atau pandemi. Kota Kupang yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur sering menghadapi cuaca ekstrem seperti kekeringan, yang memperburuk kondisi masyarakat miskin.

Untuk mengatasi kemiskinan ekstrim di Kota Kupang, berbagai upaya upaya penanggulangan telah diupayakan seperti Program bantuan sosial (Bansos) berupa uang tunai atau sembako. Penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi.Pelatihan keterampilan untuk menciptakan peluang kerja yang lebih baik.

"Pemberian akses pendidikan gratis atau subsidi biaya sekolah. Meski berbagai program telah dilakukan, tantangan besar tetap ada, terutama dalam menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Penguatan ekonomi lokal, peningkatan akses pendidikan, dan pengembangan infrastruktur menjadi kunci untuk mengatasi kemiskinan ekstrem di Kota Kupang," pungkas Linus Lusi. (joey)

FOLLOW US