• Nusa Tenggara Timur

Berkunjung ke Besipae-TTS, Gubernur NTT Tekankan Pentingnya Kerja Kolaboratif

Semy Andy Pah | Sabtu, 29/10/2022 16:19 WIB
Berkunjung ke Besipae-TTS, Gubernur NTT Tekankan Pentingnya Kerja Kolaboratif Gubernur NTT, Viktor Laikodat bersama Prof Fred Benu dan Bupati TTS, Egusem Tahun melihat langsung uji coba mesin pencacah sumbangan Gubernur NTT saat kunker ke Besipae, Kamis (27/10/2022).


KATANTT.COM--Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengingatkat semua pihak bahwa untuk menuju kesuksesan pembangunan dan kemajuan daerah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat maka kunci utamanya adalah kerja kolaboratif.

Demikian diungkapkannya pada saat memberikan sambutan dalam Launching Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Integrasi Pengembangan Hutan Energi dan Peternakan Rakyat" di Kawasan Besipae Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan pada Kamis 27 Oktober 2022.

"Untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan maka harus hadirkan kerja kolaborasi. Tidak akan ada keberhasilan kalau kerja sendiri-sendiri," tegas Viktor Bungtilu Laiskodat saat Launching Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Integrasi Pengembangan Hutan Energi dan Peternakan Rakyat" di Kawasan Besipae Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kamis (27/10/2022).

"Segala bentuk kemajuan dunia ini adalah hasil dari kerja kolaboratif. Dan saya harapkan untuk juga kerja dengan melakukan hal-hal besar pada bidang pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, energi dan industri," kata Viktor lagi.

Orang nomor satu di NTT ini sangat mengapresiasi Program Kosabangsa ini karena mendorong pengembangan potensi di wilayah Besipae. Program ini melibatkan pemerintah, masyarakat, PLN, dan para akademisi melalui analisis dan riset ilmu pengetahuan dengan penanaman lamtoro ini membantu suplai energi biomasa dan juga mendukung peternakan.

Viktor mengutip pesan Presiden Joko Widodo terkait dengan kesiapksiagaan negara dalam menghadapi krisis pangan global yang diprediksi akan terjadi pada 2023 mendatang. Dunia sedang mengalami ancaman kirisi pangan dan energi.

"Kita harus siapkan dengan baik peningkatan produksi pangan kita. Mari kita terus kerja untuk pengembangan kelor, jagung, sorgum dan hortiluktura serta tanaman komoditi lainnya untuk pendukung kebutuhan pangan kita," katanya.

Ia menyebut beberapa program yang telah dilakukan pemerintah bersama masyarakat dengan sinergitas melibatkan pihak pendukung lainnya seperti perbankan telah menunjukkan hasil positif.

"Diantaranya kelor dan jagung. Kini banyak masyarakat yang ekonomi rumah tangganya sudah berumbuh baik melalui program pengembangan kelor dan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Di Sumba itu ada anggota masyarakat yang dapat membeli mobil dari pendapatannya melalui Program TJPS ini," ungkapnya.

Ia memberi contoh Sumba Barat Daya yang mampu panen jagung program TJPS dari lahan seluas 36.000 hektare. Dan kini mereka menuju pada 50.000 hektare. Ini bukti kerja dengan visi dan misi yang besar bukan kerja kecil-kecilan.

"Itu sangat luar biasa dan saya minta para Bupati dan masyarakat di NTT untuk meniru semangat kerja program TJPS dari Sumba Barat Daya. Nanti kita akan rayakan HUT Provinsi NTT tahun 2022 ini di Sumba Barat Daya," jelas Gubernur.

Gubernur NTT VBL juga menegaskan bahwa perhatian Pemerintah sangat berkontribusi bagi pembangunan. Sebab di mana pun pemerintah berada maka harus ada kesejahteraan. Karena itu, Bupati, Camat dan Kepala Deaa harus kontrol dengan baik segala bentuk pembangunan yang ada.

Misalnya untuk sektor pertanian itu mulai dari tahapan menanam, hingga panen serta pemasaran harus terus dikontrol," katanya.

Dibutuhkan juga partisipasi aktif dari masyarakat. Masyarakat jangan hanya berdiam diri atau bahkan melakukan aksi-aksi provokatif dan protes serta drama yang tidak penting untuk menyudutkan pemerintah, padahal pemerintah sudah memberikan program pemberdayaan masyarakat untuk dikerjakan guna menumbuhkan ekonomi masyarakat. "Jadi saya minta agar masyarakat juga harus aktif terlibat dalam pembangunan," katanya.

Ia juga mengatakan Pemerintah Provinsi NTT terus bekerja dengan pengembangan program untuk energi baru terbarukan diantaranya pemanfaatan energi panas matahari, angin dan arus laut. Serta desain model kawasan perdagangan bebas di area perbatasan negara RI (Wini) - Timor Leste (Oekusi).

Sementara itu, Ketua Tim Program Kosabangsa Prof Fredrik L. Benu menjelaskan, program ini sebagai bentuk kolaboratif antara Universitas Nusa Cendana, Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten TTS dan juga PLN.

"Tujuannya adalah pemanfaatan sumber daya hutan yang ada di Besipae dan kawasan sekitarnya termasuk Kecamatan Amanuban Selatan dan Kot`olin dengan pengembangan hutan energi sekaligus untuk menghasilkan wood chips bagi substitusi batubara yang kita sebut co-firing sekaligus pengembangan peternakan rakyat disini," jelas Fredrik.

Juga bantuan 40.000 anakan lamtoro bantuan sapi dan juga mesin copper (bantuan dari PLN) dan mesin ini sudah di set up di Desa Oetuke Kecamatan Kot`olin," tambahnya.

Wakil Rektor IV Universitas Nusa Cendana Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Sistem Informasi Dr. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, menjelaskan Program Kosabangsa ini pilot project tahun 2022 dari Kemendibud Ristek untuk pengembangan universitas dan program prioritas pemerintah daerah.

Menurutnya, yang dilaksanakan melalui pogram ini (disini) juga untuk peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan lahan untuk penanaman lamtoro dan kaliandra merah untuk menghasilkan material biomasa pengganti batubara untuk proses co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap di PLTU Bolok.

"Kapasitas yang dibutuhkan PLTU Bolok itu sekitar 600 ton per hari. Ini sangat membuka peluang yang besar kepada masyarakat untuk peningkatan ekonomi," ungkap Jefri.

Untuk diketahui dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan penanaman lamtoro oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat secara simbolis. Bantuan tersebut berupa 25 ekor sapi masing-masing untuk Desa Oetuke sebanyak 7 ekor, Desa Kot`olin sebanyak 3 ekor, Desa Panite sebanyak 5 ekor, Desa Oebeti sebanyak 5 ekor dan Desa Oeleu sebanyak 5 ekor serta 1 mesin pencacah untuk Desa Oetuke.

FOLLOW US