• Nusa Tenggara Timur

Kisah Inspiratif, Bhabinkamtibmas di Kupang Bina Warga dengan Garap Lahan Losong jadi Lahan Produkti

Imanuel Lodja | Rabu, 10/08/2022 10:01 WIB
Kisah Inspiratif, Bhabinkamtibmas di Kupang Bina Warga dengan Garap Lahan Losong jadi Lahan Produkti Nusrianto Klakik, anggota Bhabinkamtibmas Kelurahan Oebufu, Kota Kupang mengolah lahan kosang menjadi lahan produktif saat panen sayur.

KATANTT.COM--Pengalaman hidup sering menjadi pemacu orang untuk berbuat yang terbaik terutama meraih sukses. Banyak pula orang yang menjadikan pengalaman hidup menjadi alasan untuk merubah kehidupannya.

Aipda Nusrianto Klakik, anggota Bhabinkamtibmas Kelurahan Oebufu, Kota Kupang merupakan salah satu orang yang menjadikan pengalaman masa lalu sebagai motivasi hidupnya.

Lahir dan dibesarkan dari keluarga petani, sulung dari 7 bersaudara ini bertekad menjadi contoh dalam keluarga. Salah satunya dengan mencari pekerjaan yang layak guna membantu perekonomian keluarga.

Sejak kecil Nusrianto Klakik sudah ditempa dengan kehidupan yang keras. Ia harus membantu ayahnya almarhum Darius Klakik dan ibunya Mariana Nganggoek untuk bertani guna memenuhi kehidupan sehari-hari.

Kesibukan berkebun menjadikan masa-masa sekolah Nusrianto menjadi terbengkalai. Nusrianto beberapa kali tertinggal kelas karena jarang masuk sekolah. Ia pun harus berpindah-pindah sekolah karena harus putus sekolah ditengah jalan.

Bahkan untuk menyelesaikan pendidikan SMA, Nusrianto pun harus mengenyam pendidikan di 3 sekolah. Walau sibuk berkebun bersama orang tua, ia tetap mengutamakan pendidikan formalnya.

Nusrianto mengaku sudah terbiasa dengan berkebun bahkan saat masih sekolah, ia berjualan keliling Kota Kupang dengan memikul sayur untuk dijual. Nusrianto pun berterus terang kalau ia menjadi polisi juga dari hasil jualan sayur.

Ia mengakui kalau ayah di PHK dari karyawan sehingga selama 3 tahun ayahnya stres dan hanya mengandalkan tabungan saat masih aktif menjadi karyawan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Nusrianto masih ingat kalau ibu-nya yang tekun menggarap lahan. Nusrianto pun putus sekolah karena ketiadaan biaya pendidikan.

Ia pun harus bolos ke sekolah karena harus berkebun membantu ibunya untuk menggali sumur, menanam sayur dan menjual sayur.

Karena kesibukannya berkebun dan menjual sayur keliling kota Kupang maka sekolah nya pun terbengkalai. Biasanya orang menempuh pendidikan SMA selama tiga tahun di satu sekolah.

Namun tidak demikian dengan Nusrisnto. Ia harus putus sekolah dan tahan kelas karena ketiadaan biaya dan kesibukan berkebun.

Ia awalnya sekolah di SMA swasta perikanan namun putus sekolah sehingga mengulang di beberapa sekolah dan ia bisa menamatkan pendidikan SMA di SMA Negeri 3 Kupang. Itu pun bersyukur karena saat sekolah ia harus berjualan sayur sehingga pendidikan pun terganggu.

Satu pengalaman yang menjadi motivasi kuat hingga Nusrianto bertekad harus sekolah karena sakit hati dengan kata buta huruf. Sekali waktu, rekannya mengolok Nusrianto kalau Nusrianto buta huruf. Kata buta huruf ini membuatnya marah.

Bahkan ia melampiaskan kemarahannya dengan menebang semua pohon pisang sambil meminta ayahnya menyekolahkan dirinya agar tidak ada lagi yang mengoloknya sebagai pribadi yang buta huruf.

Walau harus pindah-pindah sekolah, pria kelahiran tahun 1981 ini akhirnya lulus SMA dan mendaftar menjadi anggota Polri.

Karena masa sekokahnya yang terbilang lama maka Nusrianto menjadi anggota Polri tertua di angkatannya. Ia diterima menjadi anggota Polri pada tahun 2003 saat usianya sudah batas maksimal untuk penerimaan sebagai bintara Polri.

Ia juga menjalani tugas sebagai anggota Polri namun tetap berkebun membantu orang tua dan adik-adiknya.

Sejumlah tugas dipercayakan pimpinan kepadanya mulai dari tugas penjagaan di SPKT Polsek Oebobo hingga menjadi Kapospol Oebufu dan sejak April 2022 lalu dipercayakan menjadi Bhabinkamtibmas Kelurahan Oebufu.

Kebetulan ia pernah tinggal di Kelurahan Oebufu sehingga Nusrianto pun mudah beradaptasi dengan warga binaannya.

Tugas menjadi Bhabinkamtibmas pun dijalani dengan selalu terlibat dalam kegiatan masyarakat dan selalu menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Ia pun melakukan pola pendekatan humanis saat ada acara pesta yang dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan Kamtibmas dan masalah Prokes.

Namun disela-sela tugas hariannya, ayah dua orang anak ini mengolah 3.000 meter lahan kosong bersama ibunya.
Saat musim hujan, ia menanami lahannya dengan tanaman jagung dan kangkung.

Sementara pada musim kemarau aneka tanam sayuran seperti kangkung, vitsai, brokoli, koll dan pisang ditanam di seluruh lahan kebun.

Bersama ibu dan pamannya, Nusrianto mengolah lahan tersebut menjadi lahan produktif. "Sejak kelas IV sekolah dasar saya sudah terbiasa dengan berkebun sehingga saat ini walaupun sudah jadi polisi, saya tetap bertani bersama ibu dan om saya," ujar Nusrianto saat ditemui di lahan pertaniannya yang cukup luas di Jalan Mangga RT 05/RW 02, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

Kesempatan bertani dan mengolah lahan juga dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan Kamtibmas kepada warga yang juga mengolah lahan yang berdekatan dengan lahan miliknya.

Selain itu, Nusrianto memotivasi anak-anak muda di lingkungannya untuk menjaga kesehatan dan belajar guna mengikuti tes polisi.

Lahan kosong tersebut dikelola setiap saat baik saat musim kemarau maupun musim hujan. Saat musim hujan, Nusrianto fokus pada tanaman jagung dan ubi.

Seluruh bibit tananam dibeli dari uang sendiri. Nusrianto pun melibatkan warga sekitar dalam kelompok tani mengolah lahan tersebut dan hasil dibagi kepada anggota kelompok tani binaan.

Usai mengolah lahan, mereka biasanya berkumpul dengan warga lain dibawah pohon asam. Kesempatan tersebut dimanfaatkan Nusrianto menyampaikan pesan kamtibmas dan prokes.

Dalam pengelolaan lahan, mereka membuat sejumlah beden tanaman. Hasilnya mereka jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sekali panen, per beden bisa menghasilkan keuntungan Rp 300.000. Rata-rata per bulan mereka mendapatkan penghasilan diatas Rp 2 juta.

Untuk pemasaran hasil kebun, Nusrianto memiliki pelanggan dari rekan-rekan polisi dan warga sipil lainnya.
Bahkan ada pedagang di pasar yang langsung datang ke kebun memborong sayur dari lahan mereka.

Hotel Romita Kota Kupang menjadi salah satu pelanggan yang rutin memasok sayuran dari Nusrianto untuk memenuhi kebutuhan di Hotel Romita. Sisa sayur hasil panen tidak dibuang, namun diberikan kepada temannya untuk budidaya jangkrik.

Nusrianto bahkan merekrut mantan narapidana menjadi anggota kelompok tani hingga menjadi mandiri. karena sudah bisa mandiri maka mantan narapidana sudah berusaha sendiri.

Sebagai anak sulung, Nusrianto menyadari kalau ia tidak bisa membantu seluruh kebutuhan keluarga. Ia pun membantu orang tuanya dengan sama-sama mengolah lahan, membeli bibit sayuran dan membantu alat pertanian.

"Saya hanya bisa bantu orang tua melalui tenaga saya dan saya sisihkan gaji untuk pengadaan bibit tanaman dan alat pertanian," ujarnya.

Nusrianto juga pernah beternak babi namun saat ini lebih fokus pada bidang pertanian. Guna mengurangi angka kriminalitas di kalangan generasi muda, Nusrianto juga membentuk klub bola kaki di lingkungan guna membina dan membantu adik-adik serta memotivasi agar menjadi anggota Polri.

"Saya dididik dengan karakter keluarga miskin maka saya tidak ingin kita miskin terus. Saya ingin anak-anak muda di lingkungan saya bisa bermanfaat bagi lingkungan dan sesama," ujarnya.

FOLLOW US