• Nusa Tenggara Timur

Perjuangan Bhabinkamtibmas di Kupang Berdayakan Warga Manfaatkan Lahan Tidur

Imanuel Lodja | Senin, 29/01/2024 22:19 WIB
Perjuangan Bhabinkamtibmas di Kupang Berdayakan Warga Manfaatkan Lahan Tidur Bhabinkamtibmas di Polres Kupang, Bripka I Gde Suta Perdana bersama salah satu warga sementara menanam memanfaatkan lahan tidur di Desa Benu Kecamatan Takari Kabupaten Kupang.

KATANTT.COM--Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memiliki slogan Polri `Presisi` yang merupakan akronim dari prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan.

Kata responsibilitas dan transparansi berkeadilan yang menyertai pendekatan pemolisian prediktif ditekankan agar setiap anggota Polri mampu melaksanakan tugasnya secara cepat dan tepat, responsif, humanis, transparan, bertanggung jawab, serta berkeadilan.
Konsep Presisi diharapkan tidak hanya sekadar menjadi jargon namun juga benar-benar diterapkan dalam bertugas.

Bripka I Gde Suta Perdana, Bhabinkamtibmas di Polres Kupang ini pun menjabarkan kebijakan pimpinan Polri melalui pemberdayaan masyarakat guna membantu ekonomi masyarakat.

Sejak tahun 2019 yang lalu, ia menjalankan tugas di Polsek Takari dan menjadi Bhabinkamtibnas untuk Desa Benu dan Desa Noelmina, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.

Dua desa ini memiliki wilayah yang sangat luas namun Bripka I Gde Suta Perdana sedapat mungkin bisa berkunjung ke masyarakat setiap hari. Tahun 2020, covid-19 dan badai Seroja melanda wilayah Kabupaten Kupang.

Dalam pengamatannya, ternyata banyak lahan yang belum diberdayakan. Masalah utamanya adalah minimnya ketersediaan air untuk mengelola lahan pertanian.

Salah satu lahan tidur yang dinilai potensial ada di wilayah RT 13/RW 06, Desa Benu, Kecamatan Takari. Lahan tersebut berdekatan dengan danau dadakan yang muncul pasca tambang batu marmer.

Lahan tersebut merupakan tanah yang cepat menyerap air dan tidak cocok dengan pertanian. Bripka I Gde Suta Perdana kemudian mengajak kelompok ibu rumah tangga membersihkan lahan kosong ini.

Bersama kaum ibu, ia mencari akal agar lahan yang `biasa` menjadi lahan `luar biasa`. Di sore hari usai menjalankan tugas utama, Bripka I Gde dan warga menggembur tanah tersebut. Tanah bagian atas dikikis dan kaum ibu mengumpulkan daun kering dan kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk buatan.

Mereka kemudian menggali 1.000 lubang dan menempatkan pupuk buatan tersebut kemudian ditanami lombok dan bawang merah serta bawang putih. Kendala pertama bisa diatasi. Namun rupanya banyak ternak yang lalu lalang di lahan tersebut sehingga Bripka I Gde Suta Perdana dan kaum ibu membuat pagar alami dari kayu.

Kendala lain muncul yakni masalah air. Danau dadakan yang diharapkan bisa menjadi sumber air untuk menanami tanaman rupanya kering. Ikan yang dilepas dalam danau pun mati dan sumber air mulai susah.

Mereka mencari akal dengan membeli fiber ukuran 1.250 liter. Kelompok warga ini harus membeli air Rp 40.000 per fiber. Air itu pun hanya cukup untuk sekali penyiraman ribuan anakan di area seluas hampir satu hektar.

Bripka I Gde Suta Perdana dan warga binaan kemudian putar otak mencari dana untuk membeli air. Kebetulan banyak pohon tuak di sekitar mereka sehingga beberapa kaum pria mengiris tuak dan airnya dimasak menjadi gula air dan gula lempeng.

Satu jerigen gula air dijual dengan harga antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000. Uang hasil jualan gula air dan gula lempeng tersebut dimanfaatkan untuk membeli air untuk menyiram tanaman.

Kerja keras rupanya membuahkan hasil. Lahan yang semula tandus dan tidak produktif akhirnya bisa menghasilkan produk bawang dan lombok.

Harlince Mariana Adu (56), warga Dusun Pantuantoni, RT 13/RW 06, Desa Benu, Kecamatan Takari yang menjadi salah satu warga binaan pun bisa terbantu.

Harlince, wanita asal Rote Ndao ini harus menjadi tulang punggung bagi keluarga. Pasca suaminya, Imanuel Messah (58) lumpuh karena sakit, praktis seluruh tanggungjawab diambil alih oleh Harlince.

Ia harus menghidupi 10 orang anaknya. Semula sang suami bekerja sebagai petani dan mengirs tuak dan Harlince yang memasak menjadi gula lempeng dan gula air. Kini, Harlince bisa terbantu karena kepedulian I Gde Suta Perdana yang membantu modal untuk membeli bibit tanaman bawang dan sayuran.

Mereka pun tidak menggunakan pupuk untuk menyuburkan tanaman. "Kami hanya pakai sisa daun dan sampah non plastik yang kami campur dengan kotoran ternak sapi dan kami masukkan dalam lubang tananam. Itu yang menbuat lombok lebih pedis dan bawang lebih besar," ujar Harlince saat ditemui di lahan pertaniannya, Minggu (28/1/2024).

Harlince pun sudah memanen ratusan kilogram bawang merah dan bawang putih serta saat ini mulai memanen lombok. Harlince dibantu Bhabinkamtibmas Bripka I Gde Suta Perdanajuga kembali mempersiapkan lahan untuk ditanami aneka sayuran.

Bhabinkamtibmas Bripka I Gde Suta Perdana tidak hanya membantu saat proses tanam dan pemeliharaan. Ia juga peduli pada proses pemasaran. Ia memanfaatkan media sosial mempromosikan hasil pertanian warga binaannya.

Harlince dan warga lain juga menjual langsung hasil pertanian ke pasar mingguan Takari setiap hari Selasa. Sebagian lagi dipasarkan di pasar Bena dan Batu Putih Kabupaten TTS. BhabinkamtibmasBripka I Gde mengakui kalau lahan tersebut diberdayakan sejak Juni 2023 lalu.

Banyak anggota kelompok yang memilih mundur karena lahan yang tidak produktif dan kesulitan air. Namun Bhabinkamtibmas Bripka I Gde masih meyakinkan Harlince dan beberapa warga untuk mengolah lahan yang ada dengan sampah dan kotoran ternak menjadi pupuk buatan dan ternyata membuahkan hasil yang membantu pendapatan masyarakat.

Kini, Bhabinkamtibmas Bripka I Gde membawa persoalan pertanian masyarakat dalam rapat desa. Jebolan SPN Singaraja-Bali tahun 2006 ini mengajukan bantuan motor air bagi warga.

Pria asal Kota Negara, Kabupaten Jembrana-Bali ini membina 4 kelompok masyarakat yakni kelompok Swabakase Noelmina untuk pertanian sayur, kelompok Tunbanat dan Mandiri untuk pertanian sayuran serta kelompok Dalek Esa Desa Benu yang diketuai Harlince untuk produk pertanian bawang dan sayuran

Ia juga membina dan mendampingi kelompok ibu pembuat gula lempeng dan gula air. Bripka I Gde mengaku kalau ia gencar memberdayakan warga untuk mengolah lahan tidur karena banyak warga yang tidak berminat menanam sayur karena berbagai kendala.

Ia juga rajin berkeliling ke lahan masyarakat untuk monitoring dan menyampaikan pesan Kamtibmas langsung di lahan pertanian masyarakat.

Ia juga rutin menyisihkan beras jatah untuk dibagikan kepada warga binaan dan membantu mengadakan bibit tanaman sayuran dan bawang.

"Ini menjawab kebutuhan masyarakat karena masyarakat banyak mengkonsumsi sayuran," ujar Bripka I Gde Suta Perdana, Minggu (28/1/2024) di lahan pertanian masyarakat di Desa Benu.

Ia juga mencoba mengurai persoalan warga dengan mengajukan bantuan pengadaan fiber bagi warga untuk menampung air demi kebutuhan pertanian.

Dari program pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan gula lempeng, sudah ada warga yang bisa merenovasi rumah dari rumah beratap daun ke rumah parmanen.

Ia bersyukur karena lahan tidur yang dulu nya tidak produktif sudah bisa diberdayakan dan menjadi lahan produktif yang menghasilkan produk pertanian dan bisa membantu perekonomian masyarakat.

"Saya senang karena banyak warga terbantu dari program pemberdayaan ini. Kita tetap berharap bantuan pemerintah terutama soal air guna membantu usaha pertanian masyarakat," tandasnya.

Ia juga puas karena yang awalnya usaha pertanian sayur hanya sebagai usaha rumahan karena warga hanya memanfaatkan lahan pekarangan rumah, namun saat ini sudah menjadi usaha utama penopang ekonomi dan pendapatan keluarga dan lahan tidur bisa dimanfaatkan menjadi lahan produktif.

FOLLOW US