• Nusa Tenggara Timur

Gubernur NTT Minta Gereja dan Pemerintah Kolaborasi Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Semy Andy Pah | Senin, 01/11/2021 07:37 WIB
 Gubernur NTT Minta Gereja dan Pemerintah Kolaborasi Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Ketua Sinode GMIT, Pdt Merry Kolimon saat Penahbisan dan Peresmian Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Imanuel Oepura Kupang, Minggu (31/10/2021).

katantt.com--Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat meminta agar gereja dan pemerintah terus bahu-membahu bersama pihak lainnya dan kolaborasi membangun program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Dalam pembangunan gedung gereja yang megah maka harus ada gerakan-gerakan kemanusiaan. Harus ada penggerak-penggerak dan program di dalamnya yang bisa mensejahterakan jemaat dan masyarakatnya," kata Viktor Laiskodat saat Penahbisan dan Peresmian Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Imanuel Oepura Kupang, Minggu (31/10/2021).

Menurut Viktor, gereja dan pemerintah wajib untuk kerja secara kolaborasi karena pemerintah dan gereja harus dalam kesatuan gerak.

"Diantaranya ikut dalam desain pembangunan pada pertanian, peternakan, perikanan, pendidikan, pariwisata dan bidang-bidang lainnya. Ini juga manfaat besar untuk kita semua," ungkap Viktor.

Ia menjelaskan, salah satu upaya dalam mensejahterakan masyarakat NTT saat ini adalah penanganan stunting dan kemiskinan sehingga perlu kerja sama dengan gereja.

"Gereja harus bisa membangun jemaat dan umatnya. Gereja dan Pemerintah harus dengan pola kerja dan strategi menyelamatkan masalah stunting dan kemiskinan di NTT. Kita mau generasi kita dan anak-anak kita bebas dari stunting. Generasi kita harus jadi orang-orang sehat, cerdas, hebat dan bisa membangun daerah ini," kata Viktor.

Sementara itu Ketua Sinode GMIT Pdt. Dr. Mery Kolimon, M.Th, mengatakan, gereja yang bertumbuh dan berbuah adalah gereja yang anggotanya saling peduli dan turut memperhatikan pendidikan dan pembangunan bangsa.

"Kita bersyukur Jemaat GMIT Imanuel Oepura tetap konsisten memperhatikan Sekolah GMIT yang ada di sini. Terima kasih untuk hal itu. Kalau kita lihat sejarah GMIT, sebelum gereja berdiri pun sekolah sudah lebih dulu ada," katanya.

Ia mengisahkan bahwa sebelum ada pendeta, pun guru injil sudah ada. Hari Senin sampai Sabtu mereka mengajar dan hari Minggu berkhotbah serta mengajarkan firman Tuhan. Jadi harapan kita jangan sampai gereja hanya gedung megah tanpa perhatikan pendidikan dan sekolah.

"Hendaknya anggota gereja saling terikat pada persaudaraan dan punya rasa peduli satu sama lain. Di GMIT Imanuel Oepura jemaatnya dari berbagai suku ada dari Timor, Alor, Sabu Rote, Jawa, Kalimantan dan suku lainnya. Kita dipanggil menjadi saudara satu dengan yang lain. Apapun perbedaan kita hendaknya kita satukan untuk saling melayani sesama dan melayani Tuhan," jelas Merry Kolimon. (sp/biroadpim/setdantt)

FOLLOW US