• Nusa Tenggara Timur

Uskup Larantuka Ajak Masyarakat Sukseskan Semana Santa 2025

Imanuel Lodja | Kamis, 17/04/2025 11:57 WIB
Uskup Larantuka Ajak Masyarakat Sukseskan Semana Santa 2025 Uskup Mgr. Fransiskus Kopong Kung

KATANTT.COM--Uskup Mgr. Fransiskus Kopong Kung selaku Uskup Larantuka berharap kegiatan Semana Santa tahun 2025 diselenggarakan dengan aman dan kondusif di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

 Uskup Larantuka mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta dalam mensukseskan Semana Santa 2025. Dalam upaya ini, kerjasama dari semua pihak sangatlah penting untuk menjaga kelancaran dan keselamatan seluruh rangkaian kegiatan Semana Santa Tahun 2025.
 
Dengan kehadiran umat Katolik yang datang dari berbagai daerah, keamanan menjadi prioritas utama. Uskup Larantuka menekankan pentingnya kerjasama yang berkesinambungan dengan pihak keamanan untuk memastikan pelaksanaan Semana Santa berjalan lancar dan aman.
 
Uskup juga mengingatkan agar seluruh masyarakat tetap waspada menjelang dan selama pelaksanaan Semana Santa. Dengan nilai toleransi tinggi dan kerjasama antar-lapisan masyarakat, diharapkan tidak akan ada hambatan yang mengganggu jalannya kegiatan.
 
"Larantuka Kota Rehnya Rosari, Kota Toleransi, Mari Sukseskan Semana Santa Tahun 2025 Sehingga Dapat Berjalan Aman Dan Kondusif," ujar Uskup Larantuka pada Kamis (17/4/2025).
 
Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, diharapkan Semana Santa 2025 dapat menjadi momen yang sukses dan memberkati bagi semua umat Katolik serta bagi seluruh masyarakat Kota Larantuka.
 
Setiap Paskah terdapat tradisi unik di Larantuka, yakni perayaan Semana Santa. Semana Santa adalah salah satu prosesi ritual keagamaan yang masih dilaksanakan sampai sekarang. 
 
Ritual ini dianggap penting dan perlu bagi masyarakat Katolik Larantuka setiap menjelang paskah. Semana Santa ini berasal dari bahasa Portugis yang berarti Pekan Suci. 
 
Ritual ini melibatkan puasa selama 40 hari dengan doa bersama dimulai pada hari Rabu Abu. Selama masa puasa, umat melakukan persiapan batin melalui doa dan jalan salib, termasuk mengaji semana di Kapela Tuan Ma setiap Jumat dan Sabtu.
 
Prosesi ni dimulai pada Rabu Trewa. Trewa sendiri dalam tradisi Larantuka berarti bunyi-bunyian. Bunyi tersebut digunakan sebagai tanda masuk ke suasana sunyi yang mana terdapat beberapa larangan yang harus dipatuhi, diantaranya tidak berpesta, tidak mabuk-mabukan, tidak boleh ribut, tidak boleh bekerja berat dan tidak boleh melakukan perjalanan jauh. 
 
Pada saat itu kota Larantuka seketika menjadi kota berkabung, karena pada saat itu lah mereka mengenang akan kisah Yesus.
 
Dilanjutkan dengan Kamis Putih untuk merayakan malam perjamuan terakhir Yesus bersama 12 muridnya sebelum disalib. 
 
Pada siang harinya dilakukan upacara `Muda Tuan` dan pembersihan patung Bunda Maria yang kemudian dirias untuk diberikan kepada umat berupa kesempatan untuk berdoa.
 
Jumat Agung, dimulai dengan pengarakan Tuan Meninu pada sebuah sampan menuju Pantai Kuce. 
 
Dilanjutkan dengan Sabtu Santo yakni pengembalian patung-patung ke tempat semula. 
 
Diakhiri dengan minggu Alleluya, pada minggu dan Semana Santa ditutup dengan perayaan misa paskah bersama Patung Maria Alleluya.
 
Dikutip dari  berbagai sumber, sejarah Semana Santa di Larantuka dari cerita turun temurun mengisahkan bahwa seorang pemuda bernama Resiona menemukan Patung Tuan Ma di pesisir pantai Larantuka. 
 
Patung tersebut ditempatkan di korke (rumah adat) dan dihormati oleh penduduk setempat sebagai bagian dari upacara dan penyembahan. 
 
Kemudian, seorang misionaris tiba dan mengidentifikasi patung sebagai Santa Maria, Bunda Yesus.

FOLLOW US