• Nusa Tenggara Timur

Generasi Milenial di Kota Kupang Dibekali Pemahaman Terkait Pencegahan Radikalisme

Imanuel Lodja | Jum'at, 08/12/2023 09:18 WIB
Generasi Milenial di Kota Kupang Dibekali Pemahaman Terkait Pencegahan Radikalisme Narasumber dan moderator FGD mengusung tema Optimalisasi Peran Milenial NTT guna Memahami Kontra Radikalisme yang Bertentangan dengan Pancasila dalam rangka Terpeliharanya Sitkamtibmas yang Kondusif Menjelang Pemilu tahun 2024 di wilayah Provinsi NTT, Kamis (7/12/2023) di Hotel Silvia Kupang.

KATANTT.COM--Puluhan kaum milenial termasuk jurnalis di Kota Kupang,Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dibekali pemahaman soal pencegahan radikalisme. Hal ini dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD), Kamis (7/12/2023) di Hotel Silvia Kupang.

FGD mengusung tema `Optimalisasi peran milenial NTT guna memahami kontra radikalisme yang bertentangan dengan Pancasila dalam rangka terpeliharanya Sitkamtibmas yang kondusif menjelang Pemilu tahun 2024 di wilayah provinsi NTT`.

FGD mengikutsertakan peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, OKP Kelompok Cipayung, jurnalis dan komunitas pemuda lintas agama.

FGD yang dipandu Amir Kiwang dari Universitas Muhammadyah Kupang menghadirkan 3 pemateri yakni Dr Ahmad Atang, Ketua Program Studi Magister Sosiologi Pasca Sarjana Universitas Muhammadyah Kupang, Ir Yohanes Octavianus, MM, kepala Badan Kesbangpol NTT yang juga ketua FKPT NTT serta AKBP Purnawirawan I Ketut Suwijana, pengamat intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Wadir Intelkam, AKBP Agustinus Christmas, SIK, ketika membuka kegiatan ini menyebutkan kalau FGD dilakukan guna mengoptimalkan peran kaum milenial soal radikalisme dan terorisme sehingga keamanan di NTT tetap terjaga.

Diharapkan peserta paham soal radikalisme dan bisa menjaga keutuhan NKRI sehingga antisipasi radikalisme dilakukan sejak dini. Selain berdiskusi, peserta FGD juga berdiskusi secara berkelompok untuk memahami kontra radikalisme yang bertentangan dengan Pancasila.

Radikalisme, tandas mantan Kapolres Alor ini memiliki plus dan minus nya. "(Radikalisme) yang dilarang adalah yang bertentangan dengan Pancasila namun dirusak dengan paham yang bertentangan dengan pancasila," ujarnya.

Diharapkan FGD menghasilkan konsep gagasan untuk NTT bagaimana menentang paham demokrasi yang bertentangan dengan Pancasila. Peserta juga mendeklarasikan pernyataan sikap untuk mencegah paham radikalisme di NTT.

Cegah Radikalisme

Yohanis Octavianus, Kepala Badan Kesbangpol NTT yang juga Ketua FKPT NTT menegaskan bahwa radikalisme harus dicegah. Radikalisme sebut Octavianus adalah pemahaman dan perilaku yang menggambarkan kekerasan.

"Orang yang radikal cenderung menyendiri dan eksklusif serta cenderung menggunakan kekerasan dalam bertindak dan mau menang sendiri," ujarnya.

Diingatkan bahwa radikalis jika tidak dicegah akan menjadi teroris. Kaum muda diajak terlibat dalam upaya pencegahan melalui kemitraan dan mencintai Pancasila.

"Perlu advokasi dan penyadaran. Pemuda harus memberi penyadaran soal bela negara serta OKP berperan memberikan kenyamanan dalam kehidupan sosial. (Ormas) yang meresahkan harus dibubarkan," tegasnya.

Dalam upaya itu masih ada sejumlah tantangan yakni masih ada prasangka buruk sehingga semua pihak bertanggungjawab menanamkan nilai patriotisme kebangsaan.

Perlu kerjasama seluruh unsur menjaga perdamaian. AKBP I Ketut Suwijana menyebutkan kalau tantangan saat ini sangat berat terutama mempertahankan NKRI di era globalisasi.

"Jadikan perbedaan sebagai kekayaan bukan sumber perpecahan. Jangan pernah meninggalkan Pancasila," tandasnya.

"Agar tidak terpengaruh maka harus pahami dulu, perkuat imunitas dan jati diri karena demokrasi Pancasila adalah demokrasi jalan tengah," tambahnya.

Dr Ahmad Atang pada sesi FGD mengemukakan bahwa radikalisme adalah ancaman di semua negara.

"Radikalisme membawa virus baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk," ujarnya.

NTT memiliki toleransi yang kuat karena orang NTT bersaudara bukan karena agama tetapi karena budaya. "Kekuatan kohesi sosial di NTT tidak perlu diragukan," tambahnya serta menambahkan radikalisme sering menggunakan aksi kekerasan sehingga terjadi terorisme.

FOLLOW US