• Nusa Tenggara Timur

Berkah Seleksi Polri di Polda NTT Bagi Pelaku UMKM di Kota Kupang

Imanuel Lodja | Rabu, 14/06/2023 16:56 WIB
Berkah Seleksi Polri di Polda NTT Bagi Pelaku UMKM di Kota Kupang Ia sibukPedagang eceran, Lisdawati yang menjual makanan ringan sangat cekatan melayani ratusan calon siswa penerimaan terpadu Polri Panda Polda NTT TA 2023 yang mengikuti seleksi.

KATANTT.COM--Gerakan dan tangan Lisdawati (36), pedagang eceran yang menjual makanan ringan sangat cekatan melayani pembeli. Ia sibuk melayani ratusan calon siswa penerimaan terpadu Polri Panda Polda NTT TA 2023 yang mengikuti seleksi.

Kemana pun lokasi seleksi digelar, Lisdawati dan suaminya terus menggotong barang dagangan dan makanan siap saji yang dijajakan. Ibu satu orang anak ini dibantu sang suami, Ridwan (37) yang juga setia menyiapkan segala kebutuhan untuk berjualan makanan.

Tahapan seleksi penerimaan terpadu Polri lingkup Polda NTT membawa berkah tersendiri bagi Lisdawati dan suaminya.
Ia menyediakan berbagai makanan yang dijajakan. Dengan modal kompor gas kecil, termos air dan termos makanan, Lisdawati membawa sejumlah menu untuk dijual.

Ia berburu waktu dan sigap menyiapkan aneka hidangan bagi casis Polri. Lisdawati rajin mendatangi lokasi tes guna menyiapkan berbagai makanan. Keuntungannya juga cukup fantastis. Dalam sehari ia bisa meraih untung hingga Rp 5 juta.

"Anak mau masuk sekolah dan kebutuhan cukup banyak sehingga kita harus giat mencari tambahan biaya pendidikan dan biaya kebutuhan hidup sehari-hari," ujar wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur ini saat ditemui di sela-sela menjajakan dagangannya di auditorium Undana Kupang, akhir pekan lalu.

Lisdawati menyiapkan nasi dengan lauk mie serta telur yang dijual Rp 10.000 per bungkus. "Saya juga tidak tega menjual makanan mahal-mahal. Tidak saja mencari untung tapi saya juga kasihan melihat Casis yang datang daerah yang mungkin kekurangan biaya. untung sedikit tapi sudah bisa membantu pendapatan," ujarnya.

Selain makanan, ia juga menyiapkan minuman panas dan minuman dingin. Juga menjual aneka minuman dan makanan ringan. Para Casis pun sangat terbantu dengan keberadaan warung dadakan ini karena minimnya warung di lingkungan kampus.

Para casis sudah berkumpul sejak pagi hari hingga malam menunggu pengumuman perangkingan sementara untuk mengikuti tahapan pemeriksaan kesehatan tahap II. Warung dadakan juga disiapkan Ny Aisyah (50). Ia memanfaatkan mobilnya menyiapkan makanan dengan menu nasi putih, tempe orek dan ikan suwir yang dijual Rp 15.000 per bungkus.

"Alhamdulilah, pendapatan saya hari ini 10 kali lipat dari jualan sehari-hari. Saya kewalahan menyiapkan makanan karena harus melayani ribuan casis," ujarnya.

Hal yang sama dialami Musrin (34), penjual makanan dan minuman keliling. Begitu mendapat kabar kalau para casis dikumpulkan di lingkungan Undana Kupang, ia dan istrinya langsung menjajakan minuman ringan es kelapa muda dan minuman ringan lainnya. Ia harus beberapa kali mendrop stok minuman dan makanan ringan karena dagangannya ludes dalam waktu sekejap.

Maria Tenda (32), penjual makanan ringan juga mengalami hal yang sama. walau harus mengurus anak Balita nya, namun Maria dibantu suami dan kerabatnya menjual aneka makanan ringan yang laris manis.

"Pendapatan cukup membantu saya karena empat anak saya akan masuk tahun ajaran baru dan butuh biaya yang tidak sedikit. Begini lah pejuang rupiah mencari kesempatan mendapatkan untung guna memenuhi kebutuhan hidup kami," ujar ibu 5 orang anak ini yang juga warga Kelurahan Oesapa, Kota Kupang ini.

Sejumlah warung dadakan dan usaha kecil mulai bermunculan di lokasi keramaian. Lokasi pelaksanaan ujian penerimaan terpadu Polri pun menjadi sasaran para pelaku usaha kecil.

Mereka berbondong-bondong ke lokasi pelaksanaan tes. Polda NTT sendiri memanfaatkan sejumlah lembaga pendidikan dan lokasi sebagai tempat pelaksanaan tahapan seleksi. Tahapan ujian psikologi dan ujian akademik dengan sistem CAT misalnya memanfaatkan sejumlah sekolah di Kota Kupang.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan di gedung hemodialisa dan ujian kesamaptaan menggunakan sejumlah fasilitas di Kota Kupang. Di lokasi pelaksanaan tahapan seleksi, para pedagang selalu menjajakan dagangannya bagi para peserta dan panitia.

Saat pemeriksaan kesehatan di gedung Hemodialisa, sejumlah ibu rumah tangga diijinkan menjual aneka makanan dan minuman yang sangat membantu peserta saat membutuhkan makanan dan minuman.

Agar lebih tertib, panitia mengatur lokasi jualan dan mewajibkan mereka menggunakan tanda pengenal. Para penjual pun dibatasi tidak masuk ke area pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.

Peserta seleksi pun terbantu dengan keberadaan sejumlah lapak ini karena harus menunggu hasil pemeriksaan kesehatan hingga malam hari. Pemandangan yang sama nampak di sejumlah sekolah di Kota Kupang. Saat pelaksanaan ujian psikologi dan akademik, sejumlah pedagang pun bebas berjualan di sekitar lokasi tes.

Jumlah peserta seleksi yang cukup banyak juga menjadikan jajanan para pedagang laris manis, apalagi di setiap sekolah panitia menerapkan sistem ujian per gelombang sehingga dagangan pedagang pun laku terjual. Tantri D (48), pedagang di lokasi pemeriksaan kesehatan misalnya.

Ia mengaku harus bangun sejak subuh menyiapkan aneka makanan untuk dijual. Bersama rekan pedagang yang lain, mereka sepakat menjual nasi campur lauk tempe, telur, sayur, mie dan daging Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per porsi. "Kami siapkan makanan yang higienis dan harganya mudah dijangkau. kasihan juga kepada anak-anak kalau kita jual makanan dengan harga mahal," ujarnya.

Lapaknya ia buka sejak pukul 06.00 wita hingga pukul 23.00 wita atau menunggu hingga selesainya pengumuman kelulusan calon siswa. "Paling banyak yang laku adalah makanan, minuman dan makanan ringan," ujar warga Kelurahan Bakunase, Kota Kupang ini.

Dalam sehari, ia mengaku meraup keuntungan Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. Selama 10 hari pelaksanaan ujian kesehatan, ia bisa meraup untung yang sangat membantu untuk menyelesaikan cicilan dan kredit lainnya. "Selama hampir dua minggu tes kesehatan, saya sangat terbantu sehingga keuntungan yang ada saya pakai menutupi hutang dan cicilan lainnya,"tambah ibu tiga orang anak ini.

Lain lagi dengan Maria Kuna (46), penjual nasi di depan SMKN 6 Kupang. Setiap hari ia menyiapkan ratusan nasi bungkus dan aneka gorengan. SMKN 6 Kupang menjadi salah satu lokasi pelaksanaan ujian akademik. Ujian akademik penerimaan Polri dilakukan selama 4 hari sejak 29 Mei hingga 1 Juni 2023.

Ia juga harus bangun pagi menyiapkan dagangannya sehingga ia mulai berjualan sejak pukul 07.00 wita. harga makanan pun dijual Rp 10.000 per bungkus. Setiap hari ia mengaku mendapatkan keuntungan yang cukup. "Per hari bisa dapat (untung) dua juta," ujarnya.

Ia harus memberdayakan anak dan suaminya menyiapkan stok makanan saat ia sibuk melayani pembeli di gerobak jualannya. "Puji Tuhan kami sangat terbantu dengan Polda NTT yang sudah menggunakan sekolah-sekolah sehingga jualan kami bisa laku," ujarnya.

Setiap hari, Maria memang berjualan di depan SMKN 6 Kota Kupang. Namun ia hanya bisa menyiapkan kue karena didalam lingkungan sekolah pun sudah ada sejumlah kantin sekolah. Hal yang sama disampaikan Agnes Botha (35), penjual makanan di lingkungan SMPN 3 Kota Kupang.

Ia juga kreatif menyiapkan aneka jajanan dan makanan saat peserta seleksi menunggu waktu ujian. "Setiap hari memang jualan disini dengan keuntungan Rp 200.000. tapi dengan adanya ujian di sekolah ini, kami sangat terbantu. Dalam beberapa hari ini saya bisa dapat untung Rp 1 juta. ini benar-benar membantu kami," ujar ibu lima orang anak ini.

Ia mengaku harus berjualan membantu suaminya yang hanya seorang tukang ojek guna membiayai kebutuhan hidup dan pendidikan lima orang anaknya. "Semoga Polda NTT pakai sekolah-sekolah lagi saat seleksi penerimaan sehingga kami juga bisa terbantu," tandasnya.

Andyos (18), salah satu peserta seleksi Bintara Polri mengaku sangat terbantu dengan adanya dagangan dari pedagang kecil ini. Ia mengaku tidak perlu membawa makanan dari rumah karena harus datang pagi hari sehingga ia cukup membawa uang untuk membeli makanan dengan lauk yang memadai.

Kabag Dalpers Biro SDM Polda NTT, AKBP Sajimin, SIK, MH, juga mengaku tidak menyangka kalau proses seleksi ini membawa berkah tersendiri bagi pedagang kecil. "Kita tidak melarang mereka berjualan asalkan mereka tertib dan menjaga kebersihan serta menyiapkan makanan yang higienis bagi peserta seleksi," ujarnya.

Para pedagang juga diberi keleluasaan menjajakan aneka makanan dengan harga terjangkau dan mengenyangkan. "Yang penting harganya terjangkau dan mereka melayani dengan baik," tambahnya. Ia juga bersyukur jika dari proses seleksi ini memberi banyak dampak terutama bagi pedagang UMKM. Ia berharap hal ini bisa membantu perekonomian masyarakat dan membantu warga dalam memenuhi kebutuhannya.

Di Kota Kupang sendiri jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 17.475. Sebanyak 17.240 diantaranya adalah usaha mikro yang didominasi usaha mikro sebanyak 17.240.

Di lihat dari data Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM), yang dikirimkan oleh Dinas Koperasi Kota Kupang 14.000 lebih usaha, sementara dari Dinas Koperasi Provinsi NTT sebanyak 27.000 usaha, yang kebanyakan atau sebagian besar dari Kota Kupang.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Kupang, Eben Ndapamerang mengatakan, Dinas Koperasi hanya membina usaha mikro yang total penjualannya per tahun Rp 300 juta, atau omzet harian rata-rata paling tinggi Rp 50 juta.

"Tetapi menurut saya kondisi UMKM saat ini yang ada di lapangan jumlahnya lebih dari data ini, hampir mencapai 20.000 sudah termasuk pengusaha online, karena mereka sulit didata," kata Eben saat diwawancarai di ruang kerjanya.

Namun, data Dinas Koperasi dan UKM Kota Kupang, menunjukan bahwa jumlah usaha mikro di Kota Kupang justru bertambah dibandingkan sebelum adanya masa pandemi. Hal ini bisa diakibatkan karena banyak perusahaan, toko dan restoran yang memberhentikan karyawannya, atau melakukan perampingan tenaga kerja, agar bisa mengurangi pengeluaran biaya gaji tenaga kerja, karena kurangnya pengunjung.

Para tenaga kerja yang diberhentikan ini memilih untuk membuka usaha sendiri sehingga jumlah usaha mikro meningkat dibandingkan Sebelum masa pandemi. Eben mengatakan, mayoritas usaha mikro yang ada di Kota Kupang bergerak di bidang kuliner.

"Kita bisa lihat di jalan utama di Kota Kupang banyak pelaku usaha yang bergerak di bidang kuliner, kita patut bersyukur atas kondisi ini, tetapi ada hal yang saya khawatirkan, karena normal baru itu sepertinya tidak dijalankan dengan baik, orang merasa seperti biasa-biasa saja," ujarnya.

Untuk Bantuan Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) dari pemerintah pusat, Dinas Koperasi Kota Kupang mengusulkan 14.000 lebih calon penerima, sementara Dinas Koperasi Provinsi mengusulkan 27.000 lebih dan usulan tersebut sebagian besar dari Kota Kupang.

Besaran bantuan BPUM ini tahun 2022 sebesar Rp 2,4 juta, tahun 2023 Rp 1,4 juta per orang atau usaha. Ia juga bersyukur karena di sisi lain UMKM di Kota Kupang mulai bergairah kembali. Dia mengaku, dengan kondisi kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas ini, berpengaruh pada program dan kegiatan yang ada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Sehingga, kata Eben, tahun ini anggaran untuk pendampingan dan bantuan usaha bagi para UMKM ini tidak dialokasikan karena anggaran untuk pendataan UMKM saja tidak ada. "Pelatihan dan bantuan alat untuk usaha diberikan oleh Dinas Koperasi kota Kupang tetapi sumber dananya dari pemerintah pusat," jelasnya.

FOLLOW US