• Nusa Tenggara Timur

Siswa SMA di Malaka Ikut Ujian Akhir di Tengah Banjir

Imanuel Lodja | Kamis, 20/04/2023 11:12 WIB
Siswa SMA di Malaka Ikut Ujian Akhir di Tengah Banjir Belasan siswa kelas XII SMA Swasta Sinter Claus Sion Sukabilulik, di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka harus mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di tengah banjir yang merendam sekolah tersebut, Senin (17/4/2023).

KATANTT.COM--Belasan siswa kelas XII SMA Swasta Sinter Claus Sion Sukabilulik, di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) ditengah banjir yang merendam sekolah tersebut.

Meskipun tanpa alas kaki, para siswa-siswi ini semangat mengikuti ujian di dalam kelas dengan air setinggi mata kaki orang dewasa. Sekolah mereka masih darurat, dindingnya menggunakan kayu papan dan berlantai semen kasar.

Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik, Yulius Bria Koe mengatakan, hujan selama tujuh jam tanpa henti pada Minggu (16/4/2023), membuat banjir di wilayah Kecamatan Malaka Barat. Luapan air tersebut akhirnya merendam pemukiman termasuk sekolah yang dia pimpin.

"Ia benar, hari Senin kemarin anak-anak ujian akhir sekolah dengan kondisi sekolah dan ruangan terendam banjir. Tapi saya perhatikan, anak-anak sangat semangat datang untuk ujian walaupun tanpa alas kaki," ungkapnya melalui telepon, Kamis (20/4/2023).

Menurutnya, banjir tersebut merupakan kiriman dari sungai Benenain yang setiap tahun meluap hingga ke kecamatan Malaka Barat. "Ia walaupun sekolah kebanjiran tapi kami tetap mewajibkan siswa untuk mengikuti ujian," ujar Yulius Bria Koen.

Ia menambahkan, hingga hari ini air masih menggenangi halaman sekolah maupun dalam kelas dan perlahan mulai surut. Kondisi ini tidak bisa dihindari. "Kalau di halaman sekolah airnya setinggi betis orang dewasa, kalau di dalam kelas itu tingginya di mata kaki orang dewasa," ungkap Yulius Bria Koen.

KBM di Gedung Darurat

Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik, Yulius Bria Koe menambahkan, anak-anak awalnya ke sekolah harus menempuh jarak puluhan kilometer dan harus menyeberangi sungai. Sehingga untuk mendekatkan pelayanan pendidikan, gedung darurat pun dibangun.

Awalnya ini merupakan sekolah jarak jauh atau titipan SMA Fajar Haitimuk Malaka pada 2013, yang telah memiliki izin operasional pada 2019 lalu dengan akreditasi C. "Kami punya tiga ruang kelas yang masih dikatakan jauh dari kata layak. Sedangkan ruang guru dan kepala sekolah, kami pakai rumah warga," jelas Yulius Bria Koen.

Masih dia, pihaknya memiliki lahan seluas satu hektar yang dipersiapkan untuk membangun gedung sekolah jika sudah mendapatkan bantuan pemerintah, atau donasi dari para pemerhati pendidikan.

"Ke depan kalau ada bantuan pemerintah atau donasi pendidikan, kami akan bangun gedung yang lebih layak. Kami sudah ada lahan dan material seperti batu dan pasir sudah terkumpul oleh orang tua siswa. Kami harap ada yang membantu kami," ujarnya.

FOLLOW US