• Nusa Tenggara Timur

Pemuda di Kupang Alami Jantung Bocor Sejak Umur 1 Bulan, Butuh Uluran Tangan

Imanuel Lodja | Senin, 05/12/2022 07:09 WIB
Pemuda di Kupang Alami Jantung Bocor Sejak Umur 1 Bulan, Butuh Uluran Tangan Defki Mboli alias Eky (22), pemuda asal Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT),

KATANTT.COM--Defki Mboli alias Eky (22), pemuda asal Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih bertahan hidup hingga saat ini. Padahal, sejak berusia satu bulan dia sudah mengidap penyakit jantung bocor.

Eky bahkan berhasil menamatkan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah atas (SMA). Tak mudah baginya untuk hidup berdampingan dengan penyakit itu, karena setiap saat harus berurusan dengan pihak rumah sakit, jika penyakitnya itu kambuh.

Eky lahir dari orangtua yang hidup dengan ekonomi pas-pasan. Rumah mereka berukuran 5×6 meter persegi, beratap dinding dan berlantai campuran semen. Kehidupan keluarga mereka jauh dari kata mewah.

Ayahnya Daniel Mboli (49) bekerja sebagai pedagang ikan mentah di Pasar Oesapa. Sedangkan sang ibu, hanya mengurus rumah tangga.

Hasil jualan ikan Daniel, tidak mampu membiayai Eky untuk menjalani operasi jantung bocor. Saat ditemui di kediamannya, akhir pekan kemarin, Eky yang duduk didampingi ayahnya tidak sanggup duduk berlama-lama dan banyak bicara.

Daniel Mboli (49) menuturkan, anak pertamanya itu, menderita penyakit jantung bocor sejak usia satu bulan. Saat itu, ibunya dan tetangga membawa ke dokter anak untuk pemeriksaan, tetapi dianjurkan untuk dirujuk ke Rumah Sakit Umum Prof WZ Johannes Kupang guna penanganan medis lanjutan karena ada indikasi jantung bermasalah.

"Hasil observasi medis dan USG di rumah sakit menyebutkan ada kebocoran di bagian batang jantung dan ada kelainan di bagian pembuluh darah," ungkap Daniel dengan wajah sedih.

Daniel menyebut, posisi pembuluh darah sebenarnya di bagian kanan tapi ini malah berada di bagian kiri. "Menurut dokter harus di operasi. Waktu itu kita tidak berani operasi karena mengingat dia masih kecil dan masalah biaya dan harus dirujuk ke Jakarta," ungkap Daniel.

Masalah biaya inilah membuat Daniel Mboli memutuskan untuk berobat di rumah saat penyakit kambuh. Eky pun hanya diberikan obat penenang yang dibeli dari apotek.

Daniel mengisahkan berjalannya waktu sejak SD, SMP, hingga SMA sering bolak-balik rumah sakit. Terakhir kali kata dia, pada 2 November 2022 lalu, detak jantung sangat cepat sekali dan bernapas sangat terganggu sehingga diantarkan ke rumah sakit untuk ditangani, seperti pemeriksaan sampel darah di laboraturium, dan radiologi.
"Waktu itu perawatan inap selama satu minggu baru disuruh pulang untuk kontrol jalan jadi diberi surat kontrol,"ujarnya.

Vonis dokter, lanjut Daniel, menyebutkan ada cairan di jantung sehingga menyebabkan detak jantung tidak beraturan dan harus diberikan obat melalui suntikan dan minum.

"Dokter sarankan untuk operasi di Jakarta karena semakin besar maka detak jantung semakin keras. Dan ini betul, baru-baru kita keluar dari rumah sakit, sampai hari ini juga masih merasa detak tidak beraturan namun keluarga kami tidak sanggup biaya operasi ke Jakarta," ucap Daniel sembari terdiam lama.

Daniel menyebutkan selama perawatan masuk keluar rumah sakit, hanya mengandalkan BPJS kesehatan berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga itu membantu meringankan dalam pembiayaan perawatan. "Terkadang obat yang di luar tanggungan BPJS, kita beli di apotek pakai uang pribadi setiap tablet berkisar Rp 45.000,"ungkapnya.

Apabila kambuh, kata Daniel, detak jantung tidak beraturan, kondisi sangat lemas, sering kelelahan, dan napas terengah-engah dan hanya bisa tertolong dengan obat dan perbanyak minum air putih sehingga kembali normal.
Daniel pun berharap, ada pihak yang bisa membantu membiayai operasi anaknya di Jakarta.

"Kami hanya bisa berdoa semoga ada uluran tangan dari pihak-pihak agar membantu dalam hal biaya operasi di Jakarta,"ujarnya.

FOLLOW US