• Nusa Tenggara Timur

Utamakan Kearifan Lokal, Tos Kenegaraan di NTT Gunakan Air Nira dari Lontar

Semy Andy Pah | Kamis, 18/08/2022 06:59 WIB
Utamakan Kearifan Lokal, Tos Kenegaraan di NTT Gunakan Air Nira dari Lontar Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat melakukan tos kenegaraan menggunakan haik berisi air nira (tuak manis Red) saat acara launching Lopo Tuak Manis Kolhua yang digagas Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi NTT, Rabu (17/8/2022).

KATANTT.COM--Tos kenegaraan menjadi bagian kegiatan yang dilakukan usai upacara penurunan bendera pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Biasanya, tos kenegaraan digelar menggunakan cangkir yang telah diisi dengan minuman bermerk untuk para pejabat.
Namun tahun 2022 ini, tos kenegaraan di NTT sedikit berbeda.

Istri Gubernur NTT yang juga ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat memprakarsai perayaan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ia menginginkan agar tos kenegaraan menggunakan tuak manis, minuman tradisional dari pohon lontar.

Menurut Julie, wadah yang selama ini menggunakan gelas atau cangkir diganti menggunakan haik (wadah air nira) yang juga terbuat dari daun lontar.

Keinginan kuat Julie ini didasari spirit pemerintah provinsi NTT yang ingin menjadikan pariwisata sebagai `prime mover` pembangunan.

Oleh karenanya, berbagai kearifan lokal termasuk minuman tradisional seperti tuak dan haik sebagai wadah perlu mendapat tempat tempat istimewa dalam berbagai momentum.

Saat menghadiri acara launching Lopo Tuak Manis Kolhua, Rabu (17/8/2022) yang digagas Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi NTT, Julie menyaksikan langsung proses pengambilan tuak manis dari pohon lontar oleh Marthinus Rondo, atau yang disapa To`o Tinus.

Pria paruh baya asal Kabupaten Rote Ndao itu dengan lincahnya memanjat pohon lontar, mengambil tuak untuk dibagikan kepada para undangan yang hadir, termasuk Julie.

Julie menambahkan, sebagai Ketua Dekranasda NTT, selalu ingin mempromosikan berbagai potensi yang ada untuk membantu masyarakat, melalui program Pemerintah Provinsi NTT, khususnya di bidang pariwisata. Apalagi banyak sekali atraksi budaya di NTT yang bisa dijual.

Menurutnya, setiap perayaan 17 Agustus di berbagai daerah selalu identik dengan perlombaan panjat pinang. Kalau bisa di NTT nantinya tidak perlu lagi panjat pinang, tapi panjat pohon tuak atau lontar.

"Jadi kalau panjat pohon tuak bukan saja menunjang pariwisata, tetapi para pemanjat pohon tuak juga bisa mendapat rezeki. Karena hasilnya bisa pagi dan sore," jelas anggota Komisi IV DPR RI ini.

Dengan kearifan lokal yang ada, Julie kemudian menggagas agar tos kenegaraan di tingkat Provinsi NTT menggunakan `haik` yang diisi tuak manis. Karena jika ini dilakukan, maka akan lebih menarik dan pastinya lebih memberikan makna yang positif.

"Pasti lebih keren kalau minum tuak pakai `haik` dalam tos kenegaraan," kata Julie.

Dia juga mengapresiasi BPSDMD NTT yang ikut memberi andil terhadap upaya pengembangan pariwisata, dengan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan kantor. Bahkan, Julie juga mendorong pengembangan agrowisata di lingkungan BPSDMD NTT.

"Kalau bisa ada festival memanjat pohon tuak di sini (lingkungan kantor BPSDMD NTT). Nanti akan saya undang para pelaku wisata dan influencer untuk datang ke sini, sekaligus ikut menyaksikan atraksi budaya memanjat pohon tuak," tutup Julie Sutrisno Laiskodat.

FOLLOW US