• Nusa Tenggara Timur

Pulang dari Bali, Gadis di Sumba Barat Malah jadi Korban Kawin Tangkap

Imanuel Lodja | Sabtu, 30/07/2022 13:27 WIB
Pulang dari Bali, Gadis di Sumba Barat Malah jadi Korban Kawin Tangkap ilustrasi

KATANTT.COM--Kasus kawin tangkap terjadi lagi di Kabupaten Sumba Barat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Aparat Polres Sumba Barat pun bergerak cepat menangani kasus tindak pidana penculikan, membawa lari perempuan dan atau perampasan kemerdekaan (kawin tangkap) yang sempat viral di media sosial.

Kapolres Sumba Barat, AKBP Anak Agung Gde Anom Wirata, SIK MH melalui Kasat Reskrim Polres Sumba Barat, Iptu Doni Sare, SH, MH, yang dikonfirmasi Sabtu (30/7/2022) membenarkan kejadian ini dan sedang ditangani pihak penyidik Satreskrim Polres Sumba Barat.

Peristiwa ini terjadi di Kampung Galimara, Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, NTT.

Diperoleh informasi kalau aksi penculikan calon pengantin perempuan ini terjadi pada Senin (25/7/2022) lalu sekitar pukul 17.00 wita di Kampung Galimara, Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat.

Korban kasus ini yakni ANg alias Ance (26), warga kampung Galimara, Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat.

Korban diculik oleh Lingu Bolu (29) yang juga warga kampung Kabala Podu, Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, bersama tiga orang lainnya yang masih diselidiki.

Lingu Bolu dan korban masih memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Korban baru tiba di Kabupaten Sumba Barat pada tanggal 14 juli 2022 yang lalu.

Sebelumnya korban bekerja di Bali selama 4 tahun. Sejak tahun 2021, korban menjalin hubungan pacaran dengan Wadda Batte saat mereka sama-sama bekerja di Bali.

Korban pun pulang ke Sumba Barat mengabarkan kepada keluarga kalau ia segera dinikahi Wadda Batte.

Senin (25/7/2022) sesuai janji dari Wadda Batte, korban dan keluarga pun mengundang kerabat dan tetangga menanti kedatangan Wadda Batte dan kerabatnya untuk peminangan dan lamaran sesuai adat Sumba.

Korban bersama keluarga telah menunggu kedatangan Wadda Batte dan keluarganya dengan berbagai persiapan termasuk acara adat.

Namun hingga sore hari Wadda Batte dan keluarganya tak kunjung datang sehingga korban dan keluarga gelisah dan kesal.

Korban berusaha menghubungi Wadda Batte melalui telephone, namun tidak mendapatkan jawaban.

Wadda Batte dinilai ingkar janji sehingga membuat korban dan keluarganya merasa sangat malu karena telah mengundang warga sekitar untuk menanti kedatangan Wadda Batte dan keluarganya.

Satu kerabat korban, Kurri Bili alias Bapa Nando kemudian menawarkan kepada Lingu Bolu agar Lingu Bolu bersedia menggantikan posisi Wadda Batte untuk melamar korban sebagai istrinya.

Hal ini semata-mata dilakukan untuk menutupi malu dan mengangkat harga diri keluarga korban.

Lingu Bolu pun menyanggupi. Sesuai adat dan kebiasaan di Sumba maka Lingu Bolu mengambil seekor kuda milik Kaur Desa, Matius.

Kemudian Lingu Bolu mengikat kuda tersebut di depan rumah korban sebagai tanda hendak melamar korban.

Setelah itu Lingu Bolu langsung masuk ke dalam kamar korban bersama tiga orang pelaku lainnya.

Mereka langsung mengangkat tubuh korban secara paksa dan hendak membawa korban ke rumah Lingu Bolu.

Ngila Ngongo (60), hanya bisa diam menyaksikan anak gadisnya diambil Lingu Bolu dan tiga pria lainnya.

Sementara Karolina M Jala (56), ibu korban sempat menangis histeris dan pingsan menyaksikan anak gadisnya dibopong 4 pemuda ke atas kendaraan.

Lingu Bolu dan tiga rekannya mengangkat dan membawa korban ke luar dari dalam rumah korbandengan cara dibopong dan menaikkan korban diatas mobil pick up.

Selanjutnya korban dibawa ke rumah Lingu Bolu di Kampung Kabala Poddu, Kabupaten Sumba Barat.

Saat dibawa oleh pelaku, korban sempat berteriak dan menangis karena merasa malu dan sakit hati dengan Wadda Batte yang tidak menepati janjinya dan membuat malu keluarga korban.

Saat itu korban sempat melakukan perlawanan karena merasa dilema dan tidak bisa mengendalikan diri terhadap
situasi yang sedang dialaminya.

Akibatnya, korban mengalami beberapa luka kecet di pergelangan tangan kiri, punggung tangan kanan, dan memar di kaki kanan akibat genggaman dari para pelaku saat membopong korban untuk naik diatas mobil pick up.

Ketika tiba di rumah pelaku Lingu Bolu, korban dinaikkan ke atas rumah.

Sesuai budaya Sumba, saat korban tiba di rumah Lingu Bolu, korban diberikan 1 batang parang oleh Lingu Bolu sebagai tanda lamaran kepada korban.

Saat itu korban menerimanya dengan terpaksa. Pada malam hari, korban menginap di rumah pelaku Lingu Bolu dan tidur bersama Peda Mauritta (tante dari Lingu Bolu).

Selama berada di dalam rumah pelaku, korban tetap diperlakukan secara baik. Diperoleh informsi bahwa pelaku dan korban merupakan sepupu kandung. (dalam adat Sumba merupakan anak om kandung).

Pelaku Lingu Bolu mengaku melakukan hal tersebut karena berniat untuk mengangkat kembali harkat dan martabat korban, yang merupakan saudara sepupunya.

Hal itu dilakukan dengan cara mengambil/membawa korban untuk dijadikan sebagai istri, namun di lakukan dengan cara yang salah dan bertentangan dengan undang-undang.

Kasus ini menjadi viral karena saat kejadian, ada warga masyarakat yang merekam video peristiwa tersebut.
Video ini kemudian diunggah oleh seseorang di akun Youtube nya dan kini telah viral.

Korban ANg sendiri mengaku bahwa pada awalnya, korban tidak ingin dipersunting oleh pelaku Lingu Bolu.

Namun korban merasa sakit hati dengan Wadda Batte sehingga korban terpaksa menerima pinangan dari Lingu Bolu.

Namun prosesi pinangan tersebut dilakukan dengan cara membawa korban secara paksa, sehingga korban mengalami peristiwa kekerasan.

Korban yang tidak menyangka akan dibawa paksa oleh pelaku cs merasa sangat tertekan.

Ayah korban Ngila Ngongo mengaku kalau saat pelaku masuk ke kamar dan membawa korban secara paksa, ia juga berada di dalam kamar bersama korban, namun tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa melihat anaknya dibawa oleh para pelaku.

Karolina M Jala, ibu kandung korban mengaku pada saat kejadian sedang bersama korban di dalam kamar.

Saat para pelaku membawa korban secara paksa, Karina sempat histeris dan kemudian pingsan.

Sedangkan Lingu Bolu menjelaskan bahwa dirinya melakukan perbuatan tersebut karena mendapat support dari keluarga korban.

Ia beralasan langkah ini dilakukan untuk menutup malu serta mengangkat harga diri keluarga korban.

namun ia menyadari bahwa perbuatan tersebut dilakukan tanpa persetujuan korban dan dilakukan dengan cara kekerasan sehingga menimbulkan trauma dan tekanan bagi korban.

Saat itu pelaku langsung membawa korban ke rumah pelaku dengan menggunakan mobil Pick Up dengan maksud untuk menjadikan korban sebagai istrinya.

FOLLOW US