• Bisnis

Susahnya Mencari Sinyal di Desa Letbaun, Berjarak 20 Kilometer dari Kota Kupang

Djemi Amnifu | Selasa, 19/04/2022 15:06 WIB
 Susahnya Mencari Sinyal di Desa Letbaun, Berjarak 20 Kilometer dari Kota Kupang ilustrasi-susah_sinyal

KATANTT.COM--Pulau Semau adalah sebuah pulau kecil yang terletak di bagian barat pulau Timor. Dari Kota Kupang, pulau ini terlihat jelas hanya berjarak sekitar 20 kilometer.  Pulau ini terdiri atas dua pemerintahan kecamatan ini terpisah oleh Selat Semau.

Pulau Semau sendiri termasuk Pemerintahan Kabupaten Kupang. Kurangnya perhatian dan sentuhan pembangunan sempat memunculkan wacana  pulau ini masuk dalam wilayah Kota Kupang.

Desa Letbaun yang berada di wilayah Kecamatan Semau Selatan menjadi bukti,  sentuhan pembangunan masih minim di desa ini.

Untuk sampai ke desa ini dari Kota Kupang, harus menyeberangi laut dengan waktu tempuh sekitar 20 menit menggunakan kapal ferry atau spead boat. Kondisi jalan di desa itu juga sangat memprihatinkan masih berbatu. Pulau Semau yang lebih dikenal dengan Nusa Bungtilu adalah kampungnya  Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat.

Baru dua bulan terakhir ini, masyarakat Desa Letbaun mendapat layanan komunikasi lewat jaringan Telkomsel. Itu pun masih dalam tahap uji coba sehingga sinyal kadang-kadang hilang sehingga warga di desa ini belum merasakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya.

Namun mereka tetap berterima kasih kepada pemerintah karena 76 tahun Indonesia merdeka, mereka akhirnya menikmati jaringan Telkomsel.  "Terima kasih kepada pemerintah melalui Menkominfo, bapak Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Kominfo NTT dan semua yang terkait sehingga setelah 76 tahun Indonesia merdeka, masyarakat Letbaun bisa nikmati sinyal," ujar Kepala Desa Letbaun, Charlens Bising kepada media ini, Kamis (7/4/2022).

Satu tower Telekomunikasi setinggi sekitar 15 meter berdiri tegak persisidi depan Kantor Desa Letbaun. Tower ini dibangun Kementerian Komunikasi dan Informasi sejak 2021 lalu. Rutinitas masyarakat mencari sinyal masih tetap berlanjut di desa ini.

“Mereka harus berjalan sampai lima kilometer atau ke desa tetangga  untuk mendapat lokasi sinyal yang pas. Di titik itu, mereka bisa mendapat sinyal dari tower di Lasiana (Kota Kupang),” ujar Carlens.

Kadang, ada warga yang naik ke atas pohon untuk mendapat sinyal yang jelas. Ada pula yang handphonenya digantung di atas pohon namun hotspot dihidupkan sehingga bisa terkoneksi ke hanphone yang lain.

Karena tidak ada sinyal internet di kantor desa maka sistem perangkat desa sangat terganggu untuk pendataan secara daring. Selama ini, jika ada pekerjaan yang membutuhkan akses internet, perangkat desa harus mencari tempat yang ada sinyal.

Karena itu, mereka masih tetap  melakukan pendataan masih menggunakan sistem pencatatan atau manual. Hal ini, jelas sangat menghambat kinerja perangkat desa. Ketika banyak desa lain sudah beralih ke daring, Desa Letbaun masih melakukan pencatatan secara manual.

"Bahkan untuk akses internet seluler hanya satu jenis kartu yang mendapatkan sinyal. Tidak ada jenis kartu lain, dan ini merata di beberapa desa sekitar Letbaun," imbuhnya.

Dengan adanya jaringan Telkomsel ini, tentu akan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat desa setempat dalam berkomunikasi.  Namun hal lain, seperti  siswa belajar online semenjak pandemi Covid-19 dan pemerintah memberlakukan PPKM.

Kondisi Desa Letbaun yang berada persis di depan Kota Kupang terpisah Selat Semau menjadi salah satu bukti betapa belum semua desa terjangkau telekomunikasi. Jangan untuk mengakses layanan perbankan, untuk berkomunikasi antar  warga di luar daerah pun masih sulit.

“Sebaran sinyal telepon seluler belum menjangkau semua wilayah di Nusa Tenggara Timur,” kata Kepala OJK Provinsi NTT, Robert HP Sianipar kepada media ini, Jumat (1/4/2022).

Data BPS NTT, menunjukkan kondisi jaringan telekomunikasi dan listrik di NTT dalam 3 tahun terakhir terus menunjukkan perbaikan setidaknya tercermin dari beberapa indikator yaitu jumlah pelanggan listrik, daya listrik terpasang, jumlah menara BTS, dan sebaran sinyal telepon seluler.

Di  NTT, sebanyak 589 desa tidak ada sinyal internet, 742 desa terjangkau 2G/EDGE/GPTS dan 1518 desa terlayani 3G/H/H+ serta 313 desa terlayani 4G/LTE.

Sementara data BPS NTT, persentase penduduk NTT yang memiliki telepon seluler dan tingkat penggunaan internet dalam 5 tahun terakhir terus meningkat. Namun, terdapat kesenjangan yang cukup lebar terkait kepemilikan telepon seluler dan penggunaan internet di NTT.  

Liputan ini merupakan hasil Fellowship yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama Commonwealth Bank dan dimentori oleh Hasudungan Sirait. ***

FOLLOW US