• Nusa Tenggara Timur

DBD di NTT Tembus 1155 Kasus dan Tewaskan 8 Orang

Djemi Amnifu | Rabu, 16/02/2022 08:59 WIB
 DBD di NTT Tembus 1155 Kasus dan Tewaskan 8 Orang ilustrasi_dbd

KATANTT.COM--Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Nusa Tenggara Timur terus mengalami kenaikan di tahun 2022 ini. Sesuai data Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT kasus DBD mencapai 1155 kasus dengan korban meninggal sebanyak 8 orang.

"Hingga kini data periode Januari - 13 Februari 2022, terdapat 8 orang meninggal dunia akibat DBD," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Erlina Salmun, Selasa (15/2/2022).

Erlina Salmun tampil sebagai salah satu narasumber pada pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) dengan tema Langkah-Langkah Mitigasi dan Percepatan Penanganan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Nusa Tenggara Timur di Kupang.

Menurut Erlina, terdapat 1155 kasus dengan persebaran Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 212 kasus, Kota Kupang sebanyak 208 kasus, Sikka sebanyak 156 kasus dan Sumba Barat Daya 104 kasus.

"Yang meninggal dunia 8 orang dengan persebaran masing-masing Kabupeten Nagekeo 1 orang , Sikka 1 orang, Ngada 3 orang, Kota Kupang 1 orang, Sumba Barat Daya 1 orang dan Sumba Tengah 1 orang," jelas Erlina.

Ia menjeaskan, pada musim hujan, angka penyakit demam berdarah melonjak tinggi dan bila tidak dikendalikan dengan baik, maka dapat dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) bagi daerah yang kasus terjangkit atau kematiannya cukup tinggi.

"Diharapkan, semua pihak harus melakukan pencegahan dan pengendalian dengan berkoordinasi lintas sektor juga perlu ada Satgas Penanganan DBD di setiap kabupaten/kota," katanya.

Selain itu jelas Erlina, masyarakat gencar melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk seperti bak mandi dan lain-lain serta dengan 3M Plus.

Ia menambahkan perlu juga menyikapi adanya gigitan nyamuk di luar rumah maka diharapkan di masa pandemi ini tetap dilakukan pemantauan dan pembasmian jentik dan PSN serta ketersediaan sarana dan prasarana di faskes untuk penanganan DBD.

Asisten Administrasi Umum Setda NTT, Semuel Halundaka mewakili Gubernur NTT saat membuka acara ini memberikan apresiasi kepada Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT yang menyelenggarakan Bakohumas tersebut, untuk menggerakan semua pihak bersama-sama mencegah dan menanggulangi demam berdarah yang mengancam kesehatan manusia.

DBD dapat menyerang semua kalangan usia kata dia, tidak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Penyakit ini lebih rentan menyerang anak-anak karena daya tahan tuhuh yang tidak sekuat orang dewasa.

"Penyakit ini juga dikenal juga sebagai penyakit menular berbasis lingkungan, yang artinya ditimbulkan juga oleh faktor lingkungan yang tidak ditata dan diperhatikan kebersihannya," jelas mantan Sekdis Kesehatan, Dukcapil Provinsi NTT tersebut.

Upaya pencegahan jelas Semuel Halundaka, harus dimulai dari individu masing-masing dan setiap rumah tangga. Perbiasakanlah hidup bersih dan tingkatkan pencegahan penyakit dengan baik. "Itu harus jadi budaya hidup kita, bukan hanya untuk terhindar dari DBD tetapi juga dari penyakit lainnya," ujarnya.

Pembicara lainnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang Orson Genes Nawa, menjelaskan salah satu hal utama dalam penanganan DBD adalah kebersihan lingkungan yang harus wajib diperhatikan.

"Harus kita sadari, penyakit ini juga disebabkan kebersihan lingkungan. Nyamuk akan berkembang biak bila ada banyak tumpukan samoah yang dibiarkan apalagi dengan air hujan yang tertampung di sampah-sampah tersebut. Budaya lingkungan bersih harus dimiliki oleh semua orang," jelasnya.

"Kesadaran kita masih kurang untuk kebersihan lingkungan kita. Banyak yang masih buang sampah sembarangan, padahal sudah disiapkan tempatnya. Maka hal-hal seperti ini jangan lagi terjadi sehingga bila lingkungan bersih maka masyarakat juga akan sehat," tambahnya. (sp/biroadpim/setdantt)

FOLLOW US