• Nusa Tenggara Timur

Pasola di Sumba Barat Tetap Digelar dengan Perketat Protokol Kesehatan

Imanuel Lodja | Jum'at, 15/01/2021 10:15 WIB
Pasola di Sumba Barat Tetap Digelar dengan Perketat Protokol Kesehatan Dua ksatria Sumba sedang bertarung di atas kuda menggunakan tombak dari kayu

katantt.com--Pasola atau permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan menjadi agenda rutin sejumlah daerah di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu (agama lokal masyarakat Sumba).

Namun dalam masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat mulai cemas dan ragu menggelar ritual adat ini.

Menyikapi ini, Jumat (15/1/) digelar Rapat Koordinasi (Rakor) pembatasan pelaksanaan Pasola pada 3 kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2021 di ruang rapat kantor Bupati Sumba Barat.

Rapat dipimpin Bupati Sumba Barat Drs. Agustinus Niga Dapawole dan dihadiri Kapolres Sumba Barat AKBP FX Irwan Arianto, Dandim 1613/Sumba Barat Letkol Czi Irawan Agung Wibowo bersama Rato (tokoh adat) dari tiga kecamatan (Wanukaka, Lamboaya dan Lamboya barat).

Pasola diagendakan berlangsung di 3 kecamatan, yakni kecamatan Wanukaka, Lamboya dan Laboya Barat.

Namun kegiatan Pasola tahun 2021 dipastikan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mengingat saat ini pandemi Covid- 19 masih mengintai.

Bupati Sumba Barat mengakui rapat koordinasi untuk membahas serta mencarikan solusi terbaik terkait pelaksanaan pesta adat pasola tahun 2021 di masa pandemi Covid-19.

AKBP FX Irwan Arianto, SIK MH selaku pimpinan tertinggi di wilayah hukum Polres Sumba Barat memastikan pelaksanaan pasola tahun 2021 tidak sama seperti tahun sebelumnya.

Disampaikan olehnya, bahwa pelaksanaan ritual adat yang merupakan bagian atau rangkaian dari budaya atau adat istiadat boleh tetap dilakukan.

"Tanpa mengurangi esensi pesta adat Pasola, saya berharap atraksi dilakukan secara simbolik dengan tetap membatasi jumlah dan kerumunan massa yang akan menghadiri acara ini," Irwan Arianto.

Ia meminta pengertian semua pihak kalau saat ini semua prihatin dan selalu mematuhi protokol kesehatan.
Ia juga berharap pasola tidak memunculkan kluster baru Covid-19.

Kapolres berharap semua unsur termasuk TNI dan polri, pemerintah dan tokoh adat menjadi corong informasi bagi masyarakat sehingga pelaksanaan pasola 2021 sesuai prosedur kesehatan.

Perlu juga semua pihak memastikan larangan adanya kerumunan massa yang hadir pada pesta adat Pasola Tahun 2021.

Para tokoh adat (rato) pun sepakat akan tetap melakukan pengawalan dan pengamanan selama berlangsungnya pesta adat Pasola Tahun 2021 di kecamatan Wanukaka, Lamboya dan Laboya Barat, Kabupaten Sumba Barat.

Pasola Saat Purnama

Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.

Pelaksanaan pasola di keempat kampung ini dilakukan secara bergiliran, yaitu antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya.

Pasola diawali dengan pelaksanaan adat nyale sebagai upacara rasa syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai.

Adat tersebut dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut (dalam bahasa setempat disebut nyale) keluar di tepi pantai.

Para Rato (pemuka suku) akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, setelah hari mulai terang.

Setelah nyale pertama didapat oleh Rato, nyale dibawa ke majelis para Rato untuk dibuktikan kebenarannya dan diteliti bentuk serta warnanya.

Bila nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil.

Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan didapatkan malapetaka.

Setelah penangkapan nyale baru boleh dilakukan oleh masyarakat.

Tanpa mendapatkan nyale, Pasola tidak dapat dilaksanakan.

Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga dari kedua kelompok yang bertanding, masyarakat umum, dan wisatawan asing maupun lokal.

Setiap kelompok terdiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjatakan tombak yang dibuat dari kayu berujung tumpul dan berdiameter kira-kira 1,5 centimeter.

Walaupun berujung tumpul, permainan ini dapat memakan korban jiwa.

Kalau ada korban dalam pasola, menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.

Ksatria Berkuda Bertarung

Dalam permainan pasola, penonton dapat melihat secara langsung dua kelompok ksatria Sumba yang sedang berhadap-hadapan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil melesetkan lembing ke arah lawan.

Selain itu, para peserta pasola ini juga sangat tangkas menghindari terjangan tongkat yang dilempar oleh lawan.

Derap kaki kuda yang menggemuruh di tanah lapang, suara ringkikan kuda, dan teriakan garang penunggangnya menjadi musik alami yang mengiringi permainan ini.

Pekikan para penonton perempuan yang menyemangati para peserta pasola, menambah suasana menjadi tegang dan menantang.

Pada saat pelaksanaan pasola, darah yang tercucur dianggap berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panen.

Apabila terjadi kematian dalam permainan pasola, maka hal itu menandakan sebelumnya telah terjadi pelanggaran norma adat yang dilakukan oleh warga pada tempat pelaksanaan pasola.

Foto : proses pasola, aksi saling lempar lembing kayu dari ataa kuda yang menjadi tradisi tahunan 3 daerah di Kabupaten Sumba Barat

FOLLOW US