• Nasional

Pertamina Bilang, Pandemi Covid-19 Bikin Usahanya Rugi Rp11,13 Triliun

Asrul | Selasa, 00/00/0000 00:00 WIB
Pertamina Bilang, Pandemi Covid-19 Bikin Usahanya Rugi Rp11,13 Triliun Armada distribusi Migas PT Pertamina (Persero)

Katantt.com - PT Pertamina (Persero) mengaku pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab kerugian yang menimpa perseroan sebesar US$767,92 juta atau sekira Rp11,13 triliun (nilai kurs Rp14.500 per US$) pada semester-I tahun ini.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini mengatakan, setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan kinerja keuangan perseroan anjlok drastis hingga merugi belasan triliun, salah satunya akibat pandemi virus Covid-19 terjadi.

Salah satunya adalah penjualan BBM dan avtur  perseroan yang turun sangat drastis. Emma memberikan contoh pada Desember 2019 penjualan pertamina mencapai 7,8 ribu KL, namun kemudian berangsur turun di Januari 2020 menjadi 7,5 ribu KL.

Selanjutnya pada Februari 2020 turun kembali menjadi 7,1 ribu KL. Disusul lagi bulan Maret 2020 saat pandemi Covid-19 mulai menyebar ke berbagai daerah menjadi 7 ribu KL dan April 2020 6 ribu KL. Begitu juga dengan seterusnya yaitu Mei 2020 6,21 ribu KL dan Juni 2020 6,64 ribu KL.

"Gejala ini tidak pernah terjadi pada masa krisis terdahulu, di masa pandemi Covid-19 signifikan sekali. Sehingga revenue kita terdampak berapapun crude price sangat rendah. Karena demand tidak ada, maka tidak berdampak berdampak ke revenue kita," kata Emma saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (31/8/2020).

Menurut Emma, selain menurunnya penjualan BBM, pukulan kedua adalah fluktuasi nilai tukar rupiah. Meski pada awal tahun rupiah masih berada dilevel Rp13.900 per USD, namun menginjak bulan Maret rupiah terus melemah dan dollar terus menguat hingga mencapai Rp16.000 per USD. Akibat perbedaan kurs yang sangat tajam tersebut perseroan jadi merugi.

"Kita sangat terdampak sekali, karena buku kita dalam dolar AS, sementara revenue kita dalam rupiah. Kita belanja crude dengan dolar AS, sehingga sangat terdampak sekali. Ini yang menyebabkan secara buku kita mengalami rugi selisih kurs yang sangat tajam," ujar dia. 

Emma melanjutkan, faktor ketiga adalah turunnya harga minyak mentah Indonesia atau ICP yang menjadi acuan Pertamina. Penurunan harga justru membuat Pertamina memiliki tambahan beban, sebab yang terjadi justru adanya tumpukan stok BBM karena turunnya konsumsi BBM jenis tertentu.

"Seperti di April dan Mei itu Avtur kita stoknya bisa sampai 400 hari, dari sisi solar juga sama. Itu jadi memakan inventory cost. Sementara revenue tidak ada. Jadi kita nggak enjoy dengan penurunan ICP," ujar Emma.

Selain itu, menurutnya beberapa kilang Pertamina juga masih mengkonsumsi crude dengan harga yang masih mahal lantaran adanya jeda sekitar 2-3 bulan ke belakang. Akibatnya harga jualnya menjadi sangat rendah, padahal harga belinya mahal. 
"Kalau kita lihat 6 April ICP-nya US$21 per barel, namun kilang kita konsumsi crude price yang hargnya US$57 per barel. Jadi harga pokoknya masih mahal, tapi harga jualnya sudah rendah. Karena harga jualnya mengikuti ICP terkini," kata Emma. 

Kerugian Pertamina tahun ini bisa saja bertambah lebih besar dari periode semester petama tahun ini. Hal ini mengingat beberapa daerah masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar.

FOLLOW US