"Sementara ini para siswa diliburkan. Tadi pagi memang mereka masuk sekolah, tetapi karena cuaca tidak memungkinkan sehingga kami liburkan sampai hari Rabu (12/2/2025)," ujar Camat Amfoang Tengah, Marsyuner Prayudin Bureni, Senin (10/2/2025).
Kebijakan tersebut sudah dilaporkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Kupang, Eliazer Teuf.
Disdikbud Kabupaten Kupang akan mengecek langsung kondisi sekolah tersebut karena pada satu gedung itu terdapat dua ruangan yang roboh. Sedangkan satu ruangannya retak-retak. Selain itu, atap bangunan itu juga roboh. "Kami sedang menunggu Pak Kadis untuk bersama-sama melihat langsung kondisi bangunan sekolah yang rusak," jelasnya.
Camat juga mengatakan ada 31 Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya terdampak longsor di Kampung Sonan, Dusun 1, Desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Tengah.
Para warga juga sudah dievakuasi dari tempat pengungsian semula ke Gereja GMIT Pos Pelayanan Bioba Baru. Jumlah jiwa yang terdata hingga Minggu (9/2/2025) malam ada 74 orang dan 20 unit rumah rusak.
Camat pun ke lokasi longsor untuk mencari warga yang masih bertahan di kebun maupun rumahnya supaya diamankan ke satu titik posko pengungsian.
BPBD, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Dinas Sosial, Dispenda Kabupaten Kupang, Polsek Amfoang Selatan, serta beberapa pimpinan Gereja GMIT sudah melakukan penanggulanan kebutuhan para korban.
"Dinas Sosial, PMD dan BPBD sudah turun ke lokasi kemarin untuk mengevakuasi para korban hingga pukul 22.00 Wita baru selesai," ungkap Marsyuner.
Akses jalan menuju pemukiman warga yang terdampak juga tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun enam karena tertimbun lonngsor. Hal itu menyulitkan petugas untuk melakukan evakuasi.
"Medan ke sana sangat sulit. Sehingga kami mengevakuasi warga dengan berjalan kaki menyusuri hutan sejauh 5 kilometer," ujar camat Marsyuner.
Ia menegaskan bangunan maupun fasilitas lainnya di sekitaran Observatorium Nasional Timau, tidak terdampak longsor karena lokasinya masih jauh dari Kampung Sonan.