KATANTT.COM--PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur atau Bank NTT sukses bertransformasi menjadi Bank Devisa. Kesuksesan ini tentu menjadi sebuah catatan sejarah karena terjadi di era kepemimpinan Harry Alexander Riwu, sebagai Direktur Utama Bank NTT.
Pencapaian ini pun sekaligus mewujudkan mimpi besar Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub NTT, Josef Nae Soi yang ingin menjadikan Bank NTT sebagai Bank Devisa pada tahun 2023.
Tak hanya sampai di situ. Transformasi Bank NTT menjadi Bank Devisa ini sekaligus menjadi kado terindah di pengujung masa kepemimpinan Gubernur, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub NTT, Josef Nae Soi yang berakhir nesok, tanggal 5 September 2023.
Launching Bank NTT menjadi Bank Devisa dilakukan oleh Wagub NTT, Josef Nae Soi sekaligus menjadi moment untuk berpamitan dan meyampaikan permintaan atas kesalahan selama lima tahun memimpin Provinsi NTT bersama Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, di lantai 5 Kantor Pusat Bank NTT, Senin (4/9/2023).
Transformasi Bank NTT sebagai Bank Devisa setelah memperoleh izin sebagai Bank Devisa dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Bank Devisa dan telah dilauncing oleh Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi pagi tadi, Senin (4/9/23) di Kanror Pusat Bank NTT lantai lima.
Bank NTT hari ini sudah resmi jadi sebagai bank devisa sesuai dengan Surat OJK Nomor SR-23/KR.081/2023 tanggal 1 September 2023. Dalam penegasan dari OJK yang mengizinkan Bank NTT untuk sudah bisa mulai melakukan kegiatan usaha dalam Valuta Asing (Valas) sebagai PT BPD Nusa Tenggara Timur.
Ini adalah satu kebanggaan besar tidak saja bagi seluruh direksi dan komisaris, karyawan dan karyawati serta para pemegang saham, namun juga seluruh masyarakat NTT, semua boleh menjadi saksi sejarah, Bank NTT kini bertransformasi menjadi Bank Devisa.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mensupport hingga Bank NTT sudah mencatatkan sejarah besar bagi bank kebanggaan milik masyarakat NTT yang kini berstatus Bank Devisa.
Alex Riwu kaho, demikian akrab disapa--berkeyakinan bahwa Bank NTT yang kini berstatus menjadi Bank Devisa membuka peluang-peluang potensial yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Dengan sejumlah potensi itu meliputi potensi dari Stakeholder Bank NTT, termasuk pemerintah daerah dan program-programnya, pemegang saham, nasabah, dan masyarakat NTT," katanya.
Orang nomor satu di Bank NTT meligat potensi bisnis dalam valuta asing, seperti ekspor dan impor, juga ada potensi bisnis layanan remittance dari Pekerja Migran Indonesia dan Diaspora NTT di luar negeri.
Menurut Alex Riwu Kaho, dengan ada tahapan-tahapan proses yang telah dilalui dalam perjalanan meningkatkan status Bank NTT menjadi Bank Devisa dalam kurun waktu sekitar 2 (dua) tahun, yakni sesuai Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SE OJK) Nomor 33/SEOJK.03/2017, yang ditetapkan pada tanggal 7 Juli 2017, tentang persyaratan pembentukan Bank Devisa.
"Untuk itu Bank NTT juga harus memenuhi beberapa ketentuan, termasuk mempertahankan tingkat kesehatan Bank NTT pada peringkat komposit 2 selama 18 bulan terakhir sejak Juni 2021. Dan pada 30 Juni 2023 kemarin berhasil mencatatkan Modal Inti sebesar Rp 2.159.730.959.721.00 serta memenuhi Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dengan persyaratan minimum 10% dan Bank NTT telah mencapai 23.73% KPMM pada tanggal 30 Juni 2023," jelasnya.
Selain pemenuhan persyaratan yang sudah disebutkan jelas Alex Riwu Kaho, manajemen Bank NTT juga telah melakukan persiapan lainnya untuk izin dan kesiapan berkegiatan dalam valuta asing sebagai Bank Devisa, seperti mempersiapkan struktur organisasi, mempersiapkan sumber daya manusia, menyelenggarakan infrastruktur teknologi informasi.
"Tapi tidak hanya itu melainkan persiapan lain yang dilakukan seperti menerapkan Anti Pencucian Uang (APU PPT) yang mencakup kegiatan dalam valuta asing serta membangun hubungan dengan koresponden bank seperti BNI Cabang New York dan BRI Cabang New York, serta memiliki Bank Mandiri," ungkapnya.