KATANTT.COM--Jalan panjang perjuangan petaka kasus Montara yang mencemari Laut Timor sejak Oktober 2009 silam, belum banyak diketahui publik. Bagaimana suka, duka dan perjuangan yang penuh dengan air mata akan dikisahkan oleh Ketua Yayasan Peduli Timor Barat, Ferdi Tanoni secara berseri.
Tak banyak yang tahu, jika ada banyak korban pencemaran Laut Timor akibat petaka Montara yang telah membantu dalam mengungkap kasus ini. Salah satunya, adalah nelayan asal Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima yang bernama Gab Oma. Meski telah meninggal dunia, Gab Oma merupakan salah satu penolang yang berhasil mendokumentasikan minyak yang tumpah dan mencemari Laut Timor.
Sekitar akhir bulan Oktober 2009, Gab Oma (almarhum) dan rombongan-nya atas permintaan saya, agar tolong kembali lagi ke Laut Timor untuk mengambil video tumpahan Minyak Montara yang maha besar itu.
Gab Oma (almarhum) dkk berangkat ke sana dan mengambil video ini dengan telepon genggam yang mereka miliki sesuai gambar asli sebagaimana yang ada di dalam video yang saya kirim ke semua pihak.
Dengan hasil rekaman video ini, saya ingin bertanya kepada Pemerintah Federal Australia dan PTTEP di Bangkok. Apakah anda masih terus menyangkal kasus tumpahan Minyak Montara di Laut Timor yang telah membunuh lebih dari 100.000 mata pencaharian kami?
"Banyak anak-anak yang putus sekolah. Banyak masyarakat yang terkena penyakit hingga banyak pula yang meninggal dunia. Ditambah lagi dengan kerusakan lingkungan puluhan ribu hektar terumbu karang dan lain nya di Laut Timor dan Laut Sawu hancur," kata Ferdi Tanoni.
Mantan agen imigrasi Australia ini menyebut Pemerintah Australia bahwa apapun yang ingin dilakukan entah itu soal ekonomi-investasi-bantuan dan lain sebagainya silahkan saja. Akan tetapi, jika Australia tidak bertanggungjawab atas kasus tumpahan Minyak Montara ini maka Australia bukanlah negara yang berperi kemanusiaan bahkan sangatlah bengis.
Sedangkan kepada PTTEP di Bangkok, Ferdi Tanoni menegaskan bahwa sekarang harus merundingkan dengan masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk membayar sisa kerugian sosial ekonomi di 11 Kabupaten dan Kota di Nusa Tenggara Timur.
"Kami,terus Berdoa dan mengucap syukur serta terima kasih kami kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta langit dan bumi atas berkat dan anugerah-Nya yang diberikan kepada kami," pungkas Ferdi Tanoni. (bersambung)