• Nusa Tenggara Timur

Wakil Wali Kota Kupang Minta Pemimpin Agama Dukung Penanganan Covid-19 dan Stunting

Semy Andy Pah | Senin, 11/04/2022 18:40 WIB
 Wakil Wali Kota Kupang Minta Pemimpin Agama Dukung Penanganan Covid-19 dan Stunting Wakil Wali Kota Kupang, Hermanus Man didampingi Kepala Badan Kesbangpol Kota Kupang, Noce Nus Loa saat bertemu Wakil Ketua Sinode GMIT, Pdt. Gayus Polin, STh, Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Yusuf Nakmofa, STh dan Wakil Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Elisa Maplani, STh di kantor Sinode GMIT.

KATANTT.COM--Pemimpin  agama di Kota Kupang diminta terlibat aktif dalam upaya mengantisipasi timbulnya klaster baru dan lonjakan kasus Covid-19 pada perayaan Paskah mendatang. Para tokoh agama juga diminta mendukung penuh upaya pencegahan stunting di Kota Kupang.

Wakil Wali Kota Kupang, dr. Hermanus Man menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Perayaan Paskah bagi umat Kristen yang akan dirayakan dalam waktu dekat berpotensi menimbulkan kerumunan warga yang hendak beribadah.

Untuk itu kata Hermanus Man, Pemerintah Kota Kupang meminta kerja sama dan dukungan para pemimpin agama terkait untuk membantu mencegah terjadinya lonjakan kasus covid 19.

Salah satunya adalah dengan cara memperbanyak jadwal ibadah atau misa serta tetap memberlakukan penerapan protokol kesehatan yang ketat di gereja-gereja. Pemkot Kupang juga akan melakukan pendekatan yang sama dengan para pemimpin gereja denominasi yang ada di Kota Kupang.

Pada kesempatan yang sama Hermanus Man minta dukungan para pemimpin agama terkait upaya Pemkot Kupang dalam penanganan stunting.

Menurutnya dalam waktu dekat Pemkot Kupang berencana akan mengundang para pemimpin agama untuk meminta masukan dan saran terkait persyaratan yang akan diberlakukan bagi para calon pengantin, sebagai upaya pencegahan stunting mulai dari hulu.

Gereja dan pemerintah kata dia, perlu bersinergi, agar setiap pasangan calon pengantin yang akan menikah baru bisa diberkati setelah memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan pemerintah, termasuk syarat kesehatan.

Tak lupa, Hermanus Man atas nama Pemerintah Kota Kupang menyampaikan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh para pemimpin agama, sehingga Kota Kupang bisa kembali meraih penghargaan sebagai salah satu kota toleran di Indonesia.

Sementara Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang memastikan siap mendukung upaya pencegahan lonjakan kasus di masa Paskah mendatang.

Menurutnya selama pandemi gereja-gereja Katolik di Kota Kupang terutama yang memiliki umat cukup banyak sudah memperbanyak jadwal misa hingga 6 bahkan 8 kali setiap hari Minggu untuk mengurai penumpukan umat saat ibadah.

Petrus Turang juga menyambut baik rencana kolaborasi antara Pemkot dan gereja untuk penanganan stunting. Kerja sama ini bisa diwujudkan dalam kursus pernikahan yang digelar gereja.

Pemkot Kupang melalui dinas teknis bisa terlibat memberikan edukasi bagi para pasangan calon pengantin tentang bagaimana mencegah stunting. 

Namun Petrus Turang mengingatkan penanganan stunting tidak hanya sekedar syarat kesehatan tetapi juga bagaimana meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga serta memastikan ketersediaan air, listrik, jalan dan sanitasi.

Pemerintah menurutnya perlu mendorong peningkatan pendapatan keluarga lewat pelatihan-pelatihan keterampilan dan koperasi.

Keuskupan Agung Kupang juga menurutnya telah mengimbau semua paroki untuk minta masing-masing kelompok umat basis mendata jumlah anak yang stunting di kelompok mereka, sekaligus bertanggung jawab untuk menangani anak-anak tersebut.

Wakil Ketua Sinode GMIT, Pdt. Gayus Polin, STh, juga menyatakan dukungan kepada Pemkot Kupang dalam upaya pencegahan penyebaran  Covid-19.

Pihaknya akan mengeluarkan penegasan kepada jemaat dan gereja-gereja GMIT untuk memperketat protokol kesehatan selama masa Paskah, supaya tidak terjadi lonjakan.

Sementara itu, Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Yusuf Nakmofa, STh, mengakui terciptanya kerukunan antar umat beragama di Kota Kupang bisa terwujud berkat adanya kemitraan yang baik antara pemerintah dan para pemimpin agama, serta komunikasi antara gereja dan pemerintah yang sangat responsif.

Mengenai penanganan stunting, Pdt. Yusuf yang didampingi Wakil Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Elisa Maplani, STh, mengakui di beberapa wilayah pelayanan GMIT angka stunting masih sangat tinggi.

Karena itu Sinode GMIT dalam sidang tahunan sebelumnya sudah menetapkan program dan anggaran khusus untuk penanganan stunting.

GMIT juga melalui kelas katekisasi dan pembekalan par nikah akan memberikan pencerahan tentang penanganan stunting bagi para pasangan calon pengantin.

FOLLOW US