• Nusa Tenggara Timur

Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjang di Kupang

Djemi Amnifu | Selasa, 31/08/2021 17:29 WIB
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjang di Kupang Salah seorang peserta sementara praktek foto produk sederhana untuk pemasaran oleh masyarakat ketika pelatihan pemasaran produk masyarakat melalui media sosial.

katantt.com--Coral Reef Rehabilitation and Management Program–Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) atau dikenal dengan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – Prakarsa Segitiga Karang merupakan program untuk menjaga kelestarian terumbu karang Indonesia sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang mengandalkan laut dalam kehidupan mereka.

Dalam mengimplementasikan program tersebut, Indonesia Climate Change Trust Fund(ICCTF) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebagai
implementing agency, bekerja sama dengan Reef Check Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah spesies (pari manta, hiu karang, dan cetacea) untuk mendukung usaha konservasi dan pengelolaannya di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat.

Sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah spesies (pari manta, hiu karang, dan cetacea), Reef Check Indonesia bersama mitra terkait lainnya, mengembangkan bisnis wisata spesies (pari manta, hiu karang, dan cetacea) berbasis masyarakat yang berkelanjutan (atau yang biasa kami singkat WSBM) di Nusa Tenggara Timur khususnya di Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

WSBM ini selain dapat memberikan dampak langsung ke masyarakat melalui aktivitas pariwisata, juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan wisatawan tentang keberlangsungan hidup spesies pari manta, hiu karang, dan cetacea.

Seperti yang kita ketahui, populasi pari manta, hiu karang, dan cetacea sedang mengalami tekanan global diantaranya oleh kegiatan perikanan dan pariwisata yang terkadang masih dilakukan dengan kurang bertanggung jawab, serta polusi di laut yang terus meningkat.

Oleh karenanya saat ini status perlindungan terhadap cetacea, pari manta dan beberapa jenis hiu telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Pari manta oleh pemerintah Indonesia dilindungi di bawah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 4/2014, menindaklanjuti masuknya pari manta ke kategori daftar redlist-endangered (merah terancam) IUCN di tahun 2013.

Dalam upaya WSBM di Taman Nasional Perairan Laut Sawu, Reef Check Indonesia bersama beberapa mitra terkait lainnya telah melakukan kajian terhadap wilayah-wilayah yang potensial.

Ada beberapa wilayah yang diidentifikasi menjadi habitat penting bagi jenis cetacea, pari manta dan hiu di dalam kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

Berdasarkan hasil konsultasi dengan berbagai pihak dan pengamatan di lapangan, maka pengembangan WSBM di kawasan ini ditentukan di perairan Teluk Kupang sebagai daerah potensial untuk pengembangan wisata melihat lumba–lumba/dolphin watchin sedangkan untuk pari manta berada di Rote.

Selain keberadaan jenis biota laut, dalam kajian juga diidentifikasi berbagai produk untuk penunjang pariwisata. Beberapa diantaranya adalah minyak kelapa, kerajinan tenun, serta berbagai produk panganan yang berasal dari bahan-bahan lokal.

Sebagai penunjang kegiatan pariwisata yang sedang dikembangkan, juga dilakukan peningkatan kapasitas masyarakat untuk industri lokal sebagai penunjangnya. Salah satunya adalah sabun yang berbahan dasar dari minyak kelapa yang melibatkan ibu-ibu di Oeseli, Rote, Nusa Tenggara Timur.

“Pelatihan sabun ini membuka wawasan kami untuk memanfaatkan bahan-bahan yang sudah tersedia di sekitar kita. Apalagi pembuatannya mudah dan menggunakan alat-alat sederhana. Ke depannya, kami berharap ada pihak yang membantu
memasarkannya sehingga sabun dari Oeseli ini bisa dikenal dan digunakan masyarakat luas di Rote maupun luar Rote.” kata salah satu peserta pelatihan pembuatan sabun alami, Sherly Mooy.

Selain pelatihan pembuatan sabun, masyarakat juga diberikan pengetahuan tentang pengemasan produk dan dasar-dasar pemasaran melalui media sosial selama periode Juli-Agustus 2021. Berbagai pelatihan yang diberikan ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi pelaku industri lokal untuk memasarkan produknya melalui media sosial.

Pelatihan ini juga turut melibatkan BKKPN Kupang dan Disparekraf NTT sebagai pemateri.

“Kegiatan yang dilakukan Reef Check Indonesia di Laut Sawu sangat berkaitan dengan upaya pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif yang sedang Disparekraf NTT kerjakan. Kerja kolaboratif ini menjadi kiat sukses untuk mencapai keberhasilan,” terang Johny Rohi dari Disparekraf NTT.

Imam Fauzi selaku Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang menyampaikan bahwa BKKPN Kupang sebagai Pengelola KKPN TNP Laut Sawu sangat mendukung pelaksanaan pengembangan program WSBM yang dilaksanakan oleh Reef Check melalui program COREMAP-CTI.

“Program ini sejalan dengan tujuan pengelolaan kawasan, yaitu selain melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap biota laut dilindungi serta ekosistem penting pesisir, pengelola juga perlu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan melalui pemanfaatan kawasan yang ramah lingkungan, salah satunya yaitu pengembangan wisata spesies berbasis masyarakat ini.” terang Imam Fauzi, Kepala Balai BKKPN Kupang.

Lebih lanjut beliau menjelaskan harapannya agar masyarakat pesisir sebagai subyek pengembangan program ini tidak berhenti pada pelaksanaan kegiatan eventual saja namun juga berperan aktif untuk melanjutkannya secara mandiri agar program pengembangan WSBM dapat berjalan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi lebih bagi masyarakat pesisir.

Antusiasme tinggi ditunjukan oleh para peserta selama pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dengan tingginya jumlah foto dan video yang dihasilkan serta postingan di sosial media peserta pelatihan. Reef Check Indonesia beserta mitra dan para pelatih/pendamping telah memilih beberapa hasil karya teknis dan pemasaran terbaik.

Mereka adalah:
- Kelompok Sabun – Rote
1. Syantie (dengan total 73 like)
https://web.facebook.com/profile.php?id=100009716658064
2. Darlina Littik (dengan total 53 like)
https://web.facebook.com/100015251289253/posts/1211425832709115/?
_rdc=1&_rdr
3. Sherly Mooy (dengan total 52 like)
https://web.facebook.com/100013924451229/posts/1181117432362394/?_
rdc=1&_rdr
- Kelompok Wisata – Rote
1. Erzsa Sula (dengan total 193 like)
https://www.instagram.com/reel/CSJNSHupbf4/?utm_medium=copy_link
2. Andrew Z Penna (dengan total 57 like)
https://www.instagram.com/p/CSQrKzdARK8/?utm_medium=copy_link
3. Zardak (dengan total 47 like)
https://www.instagram.com/p/CSG1rINF0c0/?utm_medium=copy_link
- Kelompok Dolphin – Kupang
1. Cessy Anakay (dengan total 343 like)
https://www.instagram.com/cessyanakay/
2. Renno Tanamal (dengan total 298 like)
https://www.instagram.com/p/CSRSTx0FD6P/
3. Viki Dollok (dengan total 124 like)
https://www.instagram.com/p/CSNBnScphi4/

Reef Check Indonesia

Reef Check Indonesia adalah lembaga swadaya masyarakat yang didedikasikan untuk memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara terpadu.

Reef Check sendiri lahir dari inisiatif konservasi pada tahun 1997, dimana para sukarelawan terlibat aktif dalam
pemantauan terumbu karang Indonesia. RCI didirikan pada tahun 2005 dan merupakan bagian dari Reef Check International, jaringan konservasi terumbu karang terbesar, yang menjangkau lebih dari 90 negara di dunia.

FOLLOW US