• Nusa Tenggara Timur

Siswi SMA di Kupang Diduga Dibunuh Adalah Sosok Pendiam

Imanuel Lodja | Jum'at, 26/02/2021 12:40 WIB
Siswi SMA di Kupang Diduga Dibunuh Adalah Sosok Pendiam Keluarga meratapi kematian Marsela Bahas, siswi kelas II SMA Negeri Kupang Barat yang diduga dibunuh.

katantt.com--Kematian Marsela Bahas (18), siswi kelas II SMA Negeri Kupang Barat, Kabupaten Kupang menyisakan banyak misteri.

Warga RT 09/RW 05, Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang ini ditemukan tewas pada Kamis (25/2) pagi di kebun yang jarak nya sekitar 100 meter di belakang rumahnya.

Ketua RT 09 Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Maxen Sollu yang ditemui di rumah duka di Tanaloko, Kelurahan Oenesu mengakui kalau lokasi penemuan korban sangat rapi.

"Tidak ada semak yang patah. Tidak ada juga bekas injakan kaki pada rumput padahal sejak Rabu hingga Kamis sedang hujan deras," tandasnya.

Ia mengaku kalau saat diberitahu warga soal penemuan jenasah korban, ia sempat melihat kalau celana korban melorot dan baju korban tersingkap.

"Ada luka di tangan dan rusuk kanan. Mungkin korban memberikan perlawanan," tandasnya.

Sebelum kejadian, korban juga dipastikan membawa handphone jenis samsung.

Namun pasca hilang hingga ditemukan meninggal handphone korban hilang dan nomor handphone sudah tidak aktif lagi.

Sosok Pendiam

Maxen Sollu, para kerabat dan tetangga korban yang ditemui di rumah duka mengakui kalau dalam kesehariannya korban adalah sosok pendiam dan kurang pergaulan (kuper).

"Anaknya (korban) jarang keluar rumah, pendiam dan jarang bergaul. Setiap hari kerjanya hanya pikul air, memasak dan sesekali ikut kegiatan gereja. Tidak pernah keluar rumah untuk jalan-jalan," ujar Maxen yang juga Ketua RT 09.

Korban yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dari Yonatan Bahas dan Fransina Bahas ini juga jarang bergaul dengan tetangga.

"Di lingkungan sini, dia hanya sesekali berkunjung ke 2 rumah. Ke rumah pamannya di Manulai pun jarang. Hanya sesekali saat ke gereja dan dia lanjut ke rumah paman dan itu pun tidak lebih dari satu jam," urai Maxen Sollu.

Demikian pula kalau ke sekolah, korban sangat jarang berbaur dengan rekannya. "Ke dan dari sekolah selalu sendiri. Tidak pernah bersama kawan yang lain," tambah Maxen.

Kedua orang tua korban pun dikenal pendiam.

"Ayah dan ibu korban juga pendiam. Kita tanya dulu baru mereka menjawab. Selagi kita tidak tanya maka mereka hanya diam," ujarnya.

Sehari-hari orang tua korban sibuk di kebun sejak pagi hingga petang. Malam pun mereka lebih banyak tinggal dalam rumah dan jarang berkumpul dengan tetangga.

Maxen juga menepis dugaan kalau korban dihabisi pacar atau orang yang mendendam karena selama ini korban dan keluarganya jarang bergaul dengan orang lain.

Jasad korban ditemukan penuh luka tergeletak tak bernyawa di semak-semak kebun miliknya.

Korban tinggal bersama orangtuanya di Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT.

Rabu (24/2), pukul 13.00 Wib, korban, menggembalakan ternak sapi milik mereka. Namun sampai pukul 16.00 Wib korban belum juga pulang. Sang ayah pun cemas.

Hingga malam tak ketemu, ketua RT dan sejumlah warga sekitar pun turut membantunya melakukan pencarian.

Namun hingga pukul 23.00 wita, korban tak juga ditemukan. Pencarian pun dihentikan apalagi malam itu cuaca hujan cukup lebat.

Pencarian dilakukan pada pagi hari dan sekitar pukul 09.30 wita, saat hujan reda, Yakob Pong (50) dan Niko Okto Takene (50) tetangga korban, kaget menemukan sesosok mayat dalam semak rerumputan.

 

FOLLOW US