• Nusa Tenggara Timur

5.526 Warga Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Ile Lewotolok

Imanuel Lodja | Selasa, 01/12/2020 15:26 WIB
5.526 Warga Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Ile Lewotolok Bantuan kemanusian pertama dari TNI-Polri yang dibawa Kapolda NTT, Irjen Pol Lotharia Latif dan Danrem 161/Wirasakti, Brigjen TNI Samuel Petrus Hehakaya dibagikan kepada warga korban erupsi Gunung Ile Lewotolok, Selasa (1/12)

katantt.com--Sebanyak 5.526 orang warga telah mengungsi di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur pasca erupsi Gunung Ile Lewotolok, Minggu (29/11) lalu.

Ribuan pengungsi ini ditampung pada 13 lokasi masing-masing halaman kantor bupati lama 514 orang, aula Angkara 169 orang, aula BKD 46 orang, los pasar Lamahora 112 orang.

Aula Lewoleba Tengah 286 orang, aula Lewoleba Barat 286 orang, aula Selandoro 1.015 orang, aula Lewoleba Timur 1.042 orang, aula Lewoleba Selatan 467 orang, aula Lewoleba Utara 105 orang, kelurahan Lewoleba 347 orang, Desa Tapulangu, Kecamatan Lebatukan 287 orang dan Parak Walang Ile Ape 456 orang.

Pemkab Lembata sendiri membutuhkan banyak bantuan terutama makanan dan bahan kebutuhan lainnya.

"Pemerintah Kabupaten Lembata membutuhkan bantuan dari semua pihak untuk memenuhi kebutuhan warga pengungsi baik berupa material maupun dukungan moril dan pelayanan kesehatan," kata Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur di Lewoleba, Selasa (1/12).

Hal ini diungkapkan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur saat menerima Kapolda NTT, Irjen Pol Lotharia Latif dan Danrem 161/Wirasakti Brigjen TNI Samuel Petrus Hehakaya dan Kabinda NTT, Brigjen TNI Adrianus Surio Agung Nugroho saat berkunjung ke Lembata.

Eliaser menjelaskan bahwa seluruh tenaga outsourcing perawat yang sudah dirumahkan akan dipanggil kembali guna membantu penanganan Covid-19 dan bencana erupsi Gunung Ile Lewotolok.

Sementara para pengungsi yang berada di posko Tapulangu akan dievakuasi ke Posko utama Kota Lewoleba.

Ia mengharapkan Danlatamal VII/Kupang membantu menyiapkan 1 buah speed AL guna memperlancar evakuasi pasca bencana erupsi.

Eliaser berterima kasih kepada pimpinan TNI dan Polri atas kepedulian dan bantuan yang diberikan serta akan dicatat dan di data secara akurat untuk diberikan kepada pengungsi.

Sementara Sekda Kabupaten Lembata, Paskalis Tapobali menjelaskan bahwa Letusan Gunung Ile Lewotolok tercatat sejak tahun 1660 kemudian tahun 1819 dan 1849.

Pada tanggal 5 dan 6 Oktober 1852 terjadi letusan yang merusak daerah sekitarnya dan muncul kawah baru serta komplek solvatara di sisi timur tenggara.

Letusan Gunung Ile Lewotolok pernah terjadi pada tahun 1864, 1889 dan terjadi pada 1920 dikabarkan penduduk terjadi letusan kecil.

Selain tiu, pada tahun 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok.

Letusan Gunung Ile Lewotolok berupa lontaran lava pijar, abu, serta awan panas disertai hembusan kawah beracun.

Gunung api ini kata Paskalis, sempat mengalami masa krisis gempa pada Januari 2012 dan saat itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status gunung dari normal ke waspada hingga siaga dalam waktu kurang dari 1 bulan.

Status aktivitas vulkanik gunung ditingkatkan dari aktivitas normal ke waspada sejak terhitung pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 20.00 wita.

Saat ini eskalasi Gunung Ile Lewotolok yakni pada tanggal 26 November 2020 status waspada yang terekam gempa tremor tidak menerus pada seismometer.

27 November 2020 status waspada yaitu terjadi erupsi pukul 05.57 wita, aktivitas kegempaan paska erupsi sempar mengelami sedikit penurunan.

Sementara pada 29 November 2020 status siaga yaitu erupsi kedua pukul 09.45 wita.

Selanjutnya kegempaan yang mengindikasikan adanya suplaimagma dari kedalam, kembali meningkat berupa 6 kali gempa vulkanik dalam (VA).

"Tremor menerus kemudian muncul mulai sekitar 15 menit sebelum erupsi terjadi," tandasnya.

Pada pukul 13.00 wita tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok dinaikan dari level 2 waspada menjadi level 3 siaga dan pada tanggal 30 November 2020 kembali terjadi erupsi sekitar pukul 23.20 wita.

 

FOLLOW US