• Nusa Tenggara Timur

GMIT Jangan "Anak Tirikan" Jemaat di Daerah Terpencil

Djemi Amnifu | Senin, 03/08/2020 21:23 WIB
GMIT Jangan "Anak Tirikan" Jemaat di Daerah Terpencil Penanggung Jemaat Eklesia Desa Fatumnasi Klasis Mollo Utara, Elvis Humbuwula Dima (ketiga kiri) dan jemaat lainnya foto bersama Keluarga Besar Amnifu yang tergabung dalam Squad Amkebo usai kebaktian Minggu (2/8).

kataNTT--Majelis Sinode (MS) Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) diminta jangan menganaktirikan jemaat yang berada di daerah terpencil. Justru MS GMIT harus lebih memperhatikan jemaat yang berada di daerah terpencil seperti Jemaat Eklesia Klasis Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). "Kita minta Sinode GMIT untuk bisa memperhatikan nasib jemaat yang berada did aerah terpencil dengan segera menempatkan pelayan (pendeta) di sini. Kita sudah susah payah mekar dan bangun gereja sejak 2015 namun sampai saat ini belum ada pendeta yang ditempatkan di sini," kata Penanggung Jemaat Eklesia Desa Fatumnasi Klasis Mollo Utara, Elvis Humbuwula Dima, Minggu (2/8).

Sejak awal mekar dari Jemaat Ebenhaezer Fatumnasi pada tahun 2015 silam jelas Elvis, Jemaat Eklesia hanya berjumlah
28 kepala keluarga (KK) dengan jumlah jemaat sebanyak 50 jiwa lebih. Namun sejak saat ini jumlah jemaat terus bertambah menjadi 55 KK dengan 183 jiwa.

Pemekaran jemaat ini kata Elvis yang asli Sumba ini agar lebih mendekatkan pelayanan kepada jemaat yang berada di lereng kaki Gunung Mutis. Selama ini, jemaat harus berjalan kaki menempuh jarak 9-10 kilometer hanya untuk berbakti
atau mendapat pelayanan sakramen perjamuan kudud maupun perkawinan.

Karena itu kata Elvis, jemaat kemudian bersepakat mendirikan gereja sendiri yang representatif untuk mendapatkan pelayanan keagamaan. Lokasi Jemaat Eklesia berada persis di pintu masuk cagar alam Gunung Mutis di Desa Fatumnasi Kecamatan Fatumnasi.

Dengan kerja keras dan semangat yang tinggi dari jemaat lanjut Elvis, Jemaat Eklesia berhasil mendirikan sebuah gereja permanen dengan ukuran 8 x 20 meter persegi. Meski sudah berdiri megah namun jemaat masih memilih untuk berbakti di gereja darurat yang lama.

"Sebelum diresmikan, kami masih tetap berbakti di sini supaya gereja yang baru cepat kami selesaikan. Pekerjaan masih tersisa menara, plafon dan lantai. Kami percaya Tuhan akan menolong kami sehingga tahun depan gedung gereja yang baru sudah bisa diresmikan," kata Elvis yang mengaku penuh suka duka selama bersama Jemaat Eklesia.

Hal senada dikatakan anggota Badan Pertimbangan dan Pengawasan Pelayanan Jemaat (BP3J) Eklesia, Alfred Bait bahwa bukan hanya Jemaat Eklesia yang belum punya pendeta. Ada empat jemaat lainnya di Klasis Mollo Utara yang juga belum memiliki pendeta yakni Jemaat Yagar Sahaduta Kelipetun, Efata Punuf, Silo Tailkuti dan Jemaat Ebenhaezer.

"Khusus pelayanan sakramen di Jemaat Eklesia dan empat jemaat lainnya harus dilakukan langsung oleh Ketua Klasis Mollo Utara, Pendeta Imanuel Snae, STh. Karena itu, kami harus menunggu giliran dan waktu dari Bapak pendeta," kata Alfred bait.

Jemaat Eklesia kata Alfred, sudah mengusulkan ke MS GMIT sejak 2016 lalu, untuk penempatan pelayanan (pendeta) di jemaat tersebut. Sayangnya, hingga kini belum ada jawaban dari MS GMIT karena sampai kini belum ada pendeta yang ditempatkan di jemaat tersebut.

"Ada banyak pendeta di jemaat yang berada di dalam Kota Kupang tetapi kasihan kami di daerah terpencil tidak ada pendeta sama sekali. Kami tidak tahu, sampai kapan baru Jemaat Eklesia punya pendeta sendiri. Apakah karena 99 persen jemaat di sini petani jadi belum perlu dikasih pendeta,` kata Alfred lagi.

Ia berharap MS CMIT bisa menjawab kerinduan Jemaat Eklesia Fatumnasi untuk memiliki pelayanan sendiri saat gedung gereja baru diresmikan. Apalagi topografi Fatumnasi yang berbukit dengan infrastruktur jalan yang belum memadai menambah panjang penantian jemaat Eklesia. (joy)

FOLLOW US