• Nusa Tenggara Timur

Gara-gara Karcis, Empat Remaja di TTU Dianiaya hingga Babak Belur

Imanuel Lodja | Sabtu, 23/09/2023 07:51 WIB
Gara-gara Karcis, Empat Remaja di TTU Dianiaya hingga Babak Belur ilustrasi

KATANTT.COM--Empat orang remaja asal Peboko, Kelurahan Kefamenanu Utara, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), dianiaya sejumlah pemuda hingga babak belur. Para korban yakni Yakobus Heka, Wilko Kofi, Robertus Kefi dan Alberto Heka.

Keempat korban dianiaya sejumlah warga Fatuteke, Kelurahan Kefamenanu Selatan, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU saat mengikuti karnaval budaya dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Kefamenanu ke-101, Kamis (21/9/2023) malam.

Korban Wilko Kofi mengalami luka dan tulang tangan kiri patah. Sedangkan Yakobus Heka menderita luka di sekujur tubuh hingga wajah, Robertus Kefi menderita cedera serius di bagian leher dan kepala, serta Alberto Heka, mengalami memar di sekujur tubuh dan cedera di bagian perut.

Kasus itu sudah dilaporkan ke Kepolisian Resor TTU, dengan nomor laporan: LP/B/314/IX/2023/SPKT/Polres TTU/Polda NTT. "Kejadiannya Kamis malam dan kita sudah laporkan ke Polres tadi subuh pukul 04.00 Wita," kata orangtua para korban, Gildus Sena, Sabtu (23/9/2023).

Ia menjelaskan, kejadian itu bermula ketika acara pawai karnaval budaya. Korban pun ikut dalam karnaval itu dengan menyewa satu unit mobil yang membawa soundsistem. Para korban bersama warga lainnya, masuk dalam peserta karnaval dari Kelurahan Kefamenanu Utara dengan nomor peserta 101.

Mereka berjalan kaki dari lapangan depan rumah jabatan Bupati TTU menuju lapangan depan kantor Bupati TTU yang menjadi arena pameran pembangunan, sejauh dua kilometer. Saat tiba di dekat area pameran, mereka diminta uang karcis masuk oleh para pemuda Fatuteke yang berjaga. Untuk sepeda motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000.

"Karena kami adalah peserta, maka seharusnya tidak bayar, tetapi mereka paksa bayar dengan alasan untuk Pemda," ungkap Gildus.

Padahal para peserta karnaval lainnya tidak membayar karcis masuk, sehingga bagi Gildus ada diskriminasi.
"Para peserta karnaval lain tidak bayar. Hanya dari Peboko yang mereka minta bayar. Sehingga sempat terjadi keributan," ungkap Gildus.

Karena ada keributan antara pemuda Peboko dan pemuda Fatuteke, mobil pengangkut soundsistem tidak diperbolehkan masuk dan hanya berada di simpang Rumah Makan Padang. Usai mengikuti kegiatan pameran, para peserta karnaval dari Kefamenanu Utara pulang.

Namun mereka dihadang warga Fatuteke. Mereka kemudian melempar mobil dan para peserta dengan batu. Empat remaja ini pun babak belur dianiaya dan disiksa secara sadis.

Salah satu korban Roberto Heka yang sempat lari menyelamatkan diri masuk ke rumah pribadi Bupati TTU di dekat area pameran, ditarik paksa keluar dan dianiaya di tengah jalan menggunakan tangan dan kayu hingga tak sadarkan diri.

Beruntung, sejumlah warga lainnya datang melerai dan membawa para korban ke kantor polisi. "Para korban sudah divisum. Mereka sekarang sakit dan tidak bisa tidur karena babak belur dianiaya," ungkap Gildus.

Ia berharap, polisi segera menangkap para pelaku dan memroses hukum hingga tuntas. "Bukti video penganiayaan sudah jelas. Dan nama-nama pelaku juga diketahui oleh para korban," katanya.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor TTU Inspektur Polisi Satu (Iptu) Djoni Boro yang dihubungi Sabtu (23/9/2023), membenarkan laporan itu. Ia menyebut, para korban sudah diperiksa dan dimintai keterangannya.
Pihaknya juga sudah mengantongi nama-nama para pelaku penganiaya.

"Karena kemarin penutupan pameran, maka kami pengamanan arus balik balas dendam. Untuk nama tersangka sudah ada. Kami akan tangkap para pelaku," kata Djoni Boro.

FOLLOW US