• Nusa Tenggara Timur

Pasca Ruang Kelas Diobrak-abrik OTK, Siswa di Kupang Mulai Ujian

Imanuel Lodja | Selasa, 21/09/2021 10:19 WIB
 Pasca Ruang Kelas Diobrak-abrik OTK, Siswa di Kupang Mulai Ujian Sejumlah orang tua dan siswa terpaksa pulang karena ruang kelas dalam keadaan rusak parah hingga kegiatan belajar mengajar diliburkan.

katantt.com--Ratusan siswa SD dan SMP Satu Atap Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang mulai beraktifitas pasca 5 ruang kelas diobrak-abrik sejumlah orang tak dikenal (OTK).

Senin (20/9/2021), para siswa mulai melakukan aktivitas tatap muka dan mengikuti ujian tengah semester.

Ujian digelar setelah pada sabtu (18/9/2021) lalu, pihak Polsek Kupang Tengah membuka garis polisi dan mengijinkan sekolah membersihkan dan merapikan ruangan kelas yang sempat hancur dirusaki OTK.

"Polisi sudah ijinkan kami bersihkan ruangan sehingga sekarang anak-anak bisa ikut ujian sekolah," ujar kepala sekolah Feredich Hetmina, SPd yang dikonfirmasi Senin (20/9/2021).

Ratusan siswa ini terpaksa diliburkan. Keputusan ini terpaksa diambil pihak sekolah karena isi ruang kelas masih berantakan dan masih adanya garis polisi yang dipasang sejak Jumat (17/9/2021) malam.

Kepala sekolah Feredich Hetmina, SPd mendapatkan kabar soal ini pada Kamis (16/9/2021) malam.

"Tapi karena ada acara pemakaman kerabat yang meninggal dilanjutkan dengan acara keluarga maka saya baru bisa ke sekolah pada malam hari setelah ada kerabat rekan guru yang memberitahu saya," ujarnya, Sabtu (18/9/2021).

Saat datang, ia memeriksa sejumlah ruangan kelas dan melihat kondisi ruangan yang berantakan.

Kepala sekolah menelepon bhabinkamtibmas, namun karena sudah malam maka pihaknya pulang dan meminta penjaga sekolah untuk mengontrol lingkungan sekolah.

Kepala sekolah mengaku sudah diperiksa penyidik Polsek Kupang Tengah sejak Jumat (17/9/2021) hingga Sabtu (18/9/2021) subuh sekitar pukul 03.30 wita.

Pada Sabtu (18/9/2021), kepala sekolah langsung menggelar rapat dengan para guru.

Ia pun mengambil kebijakan meliburkan siswa padahal proses pembelajaran tatap muka terbatas baru digelar satu pekan ini.

"Ada 5 ruangan kelas yang berantakan yakni ruangan kelas I, II, III, VII dan IX. Kami terpaksa pulangkan anak-anak karena tidak bisa menggelar pembelajaran tatap muka terbatas dengan kondisi seperti ini," ujarnya.

Ia juga membantah soal adanya persoalan internal di sekolah sebagai pemicu kejadian ini.

"Dugaan hutang foto copy dan buku sudah kami lunasi. Saya sudah bayar hutang foto copy dan bendahara sudah bayar biaya buku," ujarnya.

Ia juga menegaskan kalau dana BOS pun dikelola atas sepengetahuan komite sekolah.

"Pencairan dana dan pertanggungjawaban atas sepengetahuan ketua komite sekolah, Lewi Riwu Rohi yang juga mantan kepala sekolah," ujarnya.

Sekretaris Desa Kuaklao, Simson Yunedi Tanu yang rumahnya tidak jauh dari sekolah tersebut menjelaskan, saat kejadian kampung mereka sepi ditinggal warga mengikuti ibadah pemakaman di kampung tetangga.

Menurut Simson, anak-anak menceritakan bahwa saat itu mereka melihat sebuah mobil parkir di depan sekolah.

Setelah itu dua orang turun memakai pakaian serba hitam serta bertopeng dan menanyakan kepada anak-anak, apakah benar yang mereka tuju SD GMIT Oehani.

Setelah mendapat jawaban yang benar, kedua orang tersebut berjalan masuk ke dalam sekolah, lalu merusak fasilitas di dalam kelas yang hingga saat ini, warga mengaku belum mengetahui motif dari kejadian ini.

"Kejadian sekitar jam 2 lewat atau jam 3 lewat. Kami pulang dari ibadah pemakaman baru anak-anak cerita. Katanya dua orang pake topeng dan masuk kasi rusak meja kursi di dalam kelas, anak-anak hanya dengar bunyi dari luar," jelasnya, Sabtu (18/9/2021).

Menurut Simson, saat kejadian seluruh siswa sudah pulang ke rumah masing-masing karena pemberlakuan sekolah tatap muka terbatas. Sebelum kejadian ada juga kegiatan dari sebuah LSM di sekolah tersebut, namun telah selesai.
"Tetangga yang dekat sekolah waktu itu tidak ikutan ibadah pemakaman di desa sebelah jadi dia dengar, ada yang banting-banting barang dalam sekolah. Tapi dia berpikir bahwa itu mungkin anak-anak yang sedang bermain di kompleks sekolah," ungkapnya melalui sambungan telepon whatsapp.

Simson mengaku, sebagai masyarakat yang langsung berdekatan dengan sekolah tidak ingin ada polemik sehingga dekati kepala sekolah, lalu menelpon babinsa dan bhabinkamtibmas untuk berkoordinasi, lalu melaporkan kejadian ini ke Polsek Kupang Tengah untuk ditangani.

Yang menjadi kekuatiran Simson dan warga lainnya adalah saling curiga antar mereka, jika ini tidak cepat ditangani oleh kepolisian. Bahkan dia menilai kejadian ini merupakan salah satu bentuk teror terhadap mereka.

"Kami berharap polisi menangani persoalan ini sehingga menjadi terang, jangan sampai ada dari pihak sekolah sendiri yang bermasalah dengan pihak luar, atau seperti apa kami kurang tahu juga. Tapi ini kan salah karena mereka merusak fasilitas umum, apalagi fasilitas pendidikan," pungkasnya.

FOLLOW US