• Nusa Tenggara Timur

Pelaku Pembunuhan Sadis di TTS Alami Gangguan Jiwa

Imanuel Lodja | Rabu, 20/01/2021 10:13 WIB
Pelaku Pembunuhan Sadis di TTS Alami Gangguan Jiwa Jenasah Yohanis dan anaknya Maria saat dievakuasi anggota Polsek Kualin.

 


katantt.com--Ada kisah lain dari kematian Yohanis Sabat,50, dan anak gadisnya, Maria Sabat,14, warga RT 021/RW 010, Desa Nunusunu, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sesuai pengakuan Yosina Seo,52, istri dari Yohanis Sabat/ibu kandung dari Maria Sabat sudah satu tahun berpisah dengan Yohanis dan Maria.

Yohanis Sabat dan Yosina Seo memiliki 7 orang anak Frengki Sabat, Linda Sabat, Hardimas Sabat, Mira Sabat, Maria Sabat, Fina Sabat dan Marsel Sabat.

Yosina tidak tahan dengan KDRT dan penganiayaan yang dialaminya selama ini.

Ia bahkan sering nyaris dibunuh Yohanis Sabat dengan pisau dan parang dan sering mengalami kekerasan.

Sejak tahun 2019 lalu, Yosina memilih minggat ke rumah kakaknya Nius Seo di desa Toineke, Kecamtan Kualin, Kabupaten TTS.

Yosina membawa serta Hardimas Sabat, Fina Sabat dan Marsel Sabat.

Sementara Maria Sabat yang memang dekat dengan Yohanis Sabat memilih tetap tinggal dengan Yohanis Sabat.

Maria bahkan tidak pernah ke rumah pamannya untuk bertemu ibu dan saudaranya yang lain sejak 1 tahun perpisahan orang tuanya.

Sementara Frengki Sabat, Linda Sabat dan Mira Sabat sudah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri.

Yosina Seo pergi dari rumah sejak 14 Februari 2019, karena Yohanis Sabat hendak memukulnya bahkan mengancam dengan sebilah parang dan pisau.

Penyebabnya karena Yohanis Sabat tidak mau memberikan uang PKH Rp 1.150.000 kepada Yosina.

Karena takut, Yosina mengungsi membawa tiga anaknya ke rumah kakaknya di desa lain.

Yosina mengaku takut pulang ke rumah karena Yohanis Sabat berulang kali hendak membunuh Yosina karena masalah uang.

Yosina mendapat kabar meninggalnya Yohanis dan Maria dari anaknya, Hardimas Sabat (17) sehingga ia langsung ke lokasi kejadian.

Ia menemukan suaminya tewas gantung diri dan anaknya, Maria Sabat tewas dibunuh dengan luka di leher dan bersimbah darah.

Yosina mengakui kalau Yohanis memang mengalami gangguan jiwa sehingga sifatnya sering berubah-ubah.

Yohanis juga sering menganiaya Yosina maupun anak-anak mereka dengan tangan kosong maupun benda tajam.

Yosina mengaku kalau suaminya sering mengejarnya dan anak-anak menggunakan parang dan pisau untuk membunuh mereka.

Pasca Yosina pindah ke rumah kakaknya Nius Seo di Desa Toineke, Yohanis Sabat beberapa kali datang mencari Yosina dan hendak menjemput untuk pulang.

Namun Nius Seo enggan melepas Yosina dan anak-anaknya karena Yohanis sering menganiaya Yosina dan anak-anaknya.

Hal yang sama disampaikan Hardimas Seo,17, yang sudah setahun berpisah dengan Yohanis dan memilih ikut ibunya ke rumah pamannya.

Ia mengakui kalau setiap usai konsumsi minuman keras, Yohanis Sabat sering melakukan KDRT terhadap Yosina Seo tanpa alasan.

Hal ini yang menyebabkan Yosina dan beberapa anaknya mencari perlindungan ke rumah Nius Seo.

Maria Sabat sendiri merupakan anak kesayangan Yohanis Sabat sehingga memilih tinggal dengan sang ayah.
Maria tidak mau ikut dengan ibu kandungnya, Yosina Seo.

Sejak berpisah dengan ibu kandung dan saudara-saudaranya, Maria Sabat tidak pernah ketempat ibu kandungnya tinggal maupun ke rumah saudaranya yang lain. Ia hanya bersama ayahnya, Yohanis Sabat.

Hardimas terakhir kali bertemu ayahnya pada bulan Desember 2020 saat ia berkunjung ke rumah ayahnya.

Selama satu tahun Yohanis dan Yosina hidup terpisah, pihak keluarga kedua belah pihak sudah memediasi untuk menyelesaikan masalah KDRT dan penganiayaan serta pengancaman.

Namun ketika Yosina coba kembali ke rumah, sering dianiaya Yohanis apalagi usai Yohanis mengkonsumsi minuman beralkohol.

Karena Yosina sering dianiaya dan mengalami KDRT, keluarga dari kedua belah pihak tidak berani untuk mengembalikan Yosina Seo kepada Yohanis Sabat.

Hardimas sendiri mendapat kabar ayahnya ditemukan tewas gantung diri dari rekannya Fet Teobana di Noemuke sehingga langsung ke lokasi kejadian dan mendapati Yohanis Sabat meninggal gantung diri di pohon asam depan rumah mereka.

Ia menemukan adiknya Maria Sabat sudah meninggal dengan posisi tidur terlungkup didalam rumah tepat diruang tamu dan bersimbah darah.

Ia mengaku tidak tahu apa yang menyebabkan ayah kandung dan adiknya meninggal dengan cara demikian.

Frengki Sabat,25, mengaku kalau kedua orang tuanya sering bertengkar sehingga ibunya minggat meninggalkan Yohanis dan Maria Sabat.

Frengki kaget saat sedang membersihkan kebun dan mendapat kabar dari Nifar Sole soal peristiwa yang terjadi.

Saat datang di lokasi kejadian, sudah banyak warga dan ia melihat jenasah sang ayah masih berada diatas pohon asam dengan posisi leher diikat dengan tali (gantung diri).

 

FOLLOW US