• Nusa Tenggara Timur

Pemprov NTT Fokus Tangani Covid-19 dan Penyakit DBD

Djemi Amnifu | Senin, 21/09/2020 20:21 WIB
 Pemprov NTT Fokus Tangani Covid-19 dan Penyakit DBD Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub NTT, Josef Nae Soi memimpin webinar Strategi Kolaboratif dan Peran Lintas Sektor Pencegahan dan Pengendalian DBD di masa pandemi Covid-19 di Provinsi NTT, di ruang kerja Gubernur NTT, Senin (21/9).

katantt.com--Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur fokus menangani penyebaran Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan. Begitu pula dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang mengakibatkan angka kematian yang cukup tinggi.

Hal ini terungkap dalam webinar Strategi Kolaboratif dan Peran Lintas Sektor Pencegahan dan Pengendalian DBD di masa Pandemi Covid-19 di Provinsi NTT. Webinar ini dipimpin langsung Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub NTT, Josef Nae Soi di ruang kerja Gubernur NTT, Senin (21/9).

“Kami minta untuk semua jajaran, Bupati dan Walikota dan masyarakat untuk serius perhatikan lingkungan kita. Kebersihan ini sangat berkaitan erat dengan kesehatan. Lingkungan yang kotor dan banyak sampah juga bisa menjadi pemicu sarang nyamuk dan sebabkan penyakit demam berdarah,” tegas Viktor Bungtilu Laiskodat.

“Kita secara aktif kelola penanganan penyakit ini bukan saja mengenai kesehatan secara medis melainkan pembenahan dari lingkungan kita. Tidak boleh ada sampah lagi. Kita turun ke lapangan, benahi sampai tingkat RT dan RW. Apalagi memasuki musim hujan yang mana biasanya ada peningkatan kasus demam berdarah,” jelasnya.

Sejauh ini kata VBL--biasa disapa, Pemprov NTT terus meningkatkan upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dan tetap bertanggungjawab dalam mengantisipasi penyakit demam berdarah.

Untuk itu VBL berharap, semua pihak berusaha agar jangan ada lagi kematian yang disebabkan karena demam berdarah dalam hal ini penanganan terhadap orang yang mengalami sakit harus cepat dan tepat.

“Bila demam berdarah ini masih tinggi berarti edukasi pada masyarakat masih rendah. Sosialisasi harus terus dilakukan seperti pola 3M (menguras, menutup dan mengubur Red). selain itu harus bisa memastikan pendistribusian bubuk abate telah sampai kepada masyarakat sebagai langkah pencegahan,” kata VBL.

Ia menambahkan, perlu adanya langkah-langkah antisipasi bila ada masyarakat yang terkena gejalanya seperti demam dan panas tinggi selama beberapa hari maka harus ditangani dengan cepat. Karena biasanya penanganan yang lambat akan membawa dampak yang lebih parah hingga berujung kematian.

VBL menantang perguruan tinggi mulai dari untuk ikut mengambil perang dalam upaya pencegahan wabah Covid-19 dan penyakit DBD.

"Jadi kita bukan diskusi saja dalam webinar ini tetapi harus kerja di lapangan dengan beri sosialisasi kepada masyarakat. Waktu lalu, di Kabupaten Sikka penyakit DBD itu sampai pada KLB (Kejadian Luar Biasa). Ke depan saya mau ke depannya penanganan serius bukan hanya di Sikka tetapi semua kabupaten,` sambung VBL.

Sementara itu, Direktur Politeknik Kesehatan Kupang dr. Kristina mengatakan tindakan kolaboratif rencana Poltekes dengan lintas sektor dan program penanganan dan pencegahan DBD antara lain dengan pemberatasan jentik.

"Kita lakukan pemasangan ovitra pada daerah endemis DBD secara massal dan larvasidasi massal. Kita juga lakukan pemberantasan nyamuk berupa fooging focus dan fooging massal," katanya.

Strategi lainnya kata Kristina, melakukan pemberdayaan massal dengan mengedukasi perilaku masyarakat, pemberdayaan kader masyarakat dengan tindakan 3M, serta penyuluhan cara penggunaan larvasida.*

FOLLOW US