• Nusa Tenggara Timur

Terinspirasi Pengalaman Hidup, Anggota Polres Manggarai Ini Rela Gadai Gaji Demi Bangun Sekolah

Imanuel Lodja | Senin, 05/02/2024 08:38 WIB
Terinspirasi Pengalaman Hidup, Anggota Polres Manggarai Ini Rela Gadai Gaji Demi Bangun Sekolah Paur Min Bagian Operasi Polres Manggarai, Bripka Syamsudin rela menggadaikan gajinya ke sejumlah bank di Ruteng, Kabupaten Manggarai saat mengajar di ruang kelas.

KATANTT.COM--Bripka Syamsudin, Paur Min Bagian Operasi Polres Manggarai rela menggadaikan gajinya ke sejumlah bank di Ruteng, Kabupaten Manggarai. Jika orang lain meminjam uang di perbankan untuk usaha, lain hal nya dengan Bripka Syamsudin.

Ia malah meminjam uang di bank BRI dan BNI Ruteng untuk membangun sekolah gratis bagi anak kurang mampu dan anak yatim piatu.

Langkah ini dilakukan Bintara Polri leting 23 ini semata-mata karena terinspirasi dari kisah kelam masa remajanya mengenyam pendidikan dan perjuangan hidupnya hingga menjadi anggota Polri.

Bripka Syamsudin sendiri menjalani masa kecilnya di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Syamsudin sendiri merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara anak dari pasangan Muhammad Yakub (almarhum) dan Siti Maryam. Mereka terdiri dari tujuh orang pria dan satu orang wanita. Orang tua mereka merupakan petani.

Masa kecil dijalani seperti biasa bersama saudaranya yang lain. Namun baru enam bulan duduk di bangku kelas I SMA, Syamsudin mengalami badai hidup. Sang ayah (Muhammad Yakub) yang merupakan tulang punggung keluarga meninggal dunia dan mereka pun seakan kehilangan harapan.

Syamsudin tidak tega melihat perjuangan hidup ibunya membesarkan dan menyekolahkan mereka apalagi saat itu adik Syamsudin yang paling kecil baru berusia empat tahun.

Syamsudin pun berniat berhenti sekolah dan mencari pekerjaan untuk membiayai lima adiknya yang lain. Namun niat itu ditentang sang ibu. Ibunya memotivasi agar mereka tetap bersekolah, sementara urusan mencari makan dan biaya sekolah dilakukan sepenuhnya oleh sang ibu.

Sang ibu, Siti Maryam berpesan dan minta mereka tetap bersekolah karena tidak ada harta terindah selain pendidikan. Syamsudin pun tetap bersekolah, namun waktu setelah pulang sekolah dimanfaatkan untuk mencari uang guna membantu kebutuhan hidup mereka.

Syamsudin pun kerja serabutan mulai dari menjadi buruh bangunan dan bertani demi menghasilkan uang dan membiayai pendidikannya.

Dalam usia belia 15 tahun, Syamsudin pun rela menjadi buruh kasar dengan upah Rp 15.000. Terkadang Syamsudin membantu mencari pakan ternak untuk tetangga.

Syamsudin berikhtiar untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain dan bertekad membantu sesama. Pasca tamat SMA, Syamsudin pun merantau ke Kota Kupang. Ia pun kost di Kelurahan Naikoten II, Kota Kupang dengan biaya kost Rp 150.000 per bulan.

Untuk membayar uang kost, Syamsudin pun membantu menjaga dagangan pakaian rombengan pedagang asal Pemana dan Makassar di kawasan pasar Inpres Naikoten I Kupang.

Beruntung pemilik pakaian rombengan mengupah Syamsudin dengan makan siang gratis dan uang Rp 5.000 per hari. Upah tersebut cukup untuk membayar kost bulanan.

Syamsudin juga memiliki keterampilan memperbaiki barang elektronik karena pernah mengenyam pendidikan teknik elektro saat masih SMA.

Bermodalkan tang dan obeng, Syamsudin pun memperbaiki barang elektronik milik pedagang di kawasan Pasar Kasih Naikoten I. Upah yang tidak menentu ini ditabung untuk kebutuhan hidup.

Syamsudin mulai mengikuti tes TNI dan Polri. Ia 4 kali mengikuti tes dan bisa diterima menjadi siswa di SPN Kupang dan tamat pada tahun 2004 yang lalu.

Tuhan Jawab Doa

Ada pengalaman mengharukan selama mengikuti tes Polri. Ia hanya memiliki satu baju yang dipakai setiap hari. Ia juga tidak memiliki sepatu sehingga selama pelaksanaan tes, ia hanya memakai sandal.

Syamsudin pun harus sarungan setiap hari karena tidak memiliki celana, sehingga kemana-mana, Syamsudin hanya memakai sarung dan baju kaos.

Tuhan rupanya menjawab doa ibu Syamsudin dan doa dari Syamsudin karena selama mengikuti seleksi Polri dan saat tinggal di Kota Kupang, ia bisa bertemu dengan orang baik yang membantunya.

Tamat dari SPN Kupang pada tahun 2004, Syamsudin langsung ditempatkan di Polres Belu. Satu tahun kemudian, secara kebetulan ada tes intel khusus dari Polri dan Syamsudin pun ikut serta dinyatakan lolos.

Kembali dari pendidikan Intelsus Polri, Syamsudin ditempatkan di Polres Manggarai hingga saat ini. Di Manggarai, Syamsudin bertemu dengan Rini Mulyasari yang dipersunting menjadi istrinya.

Karena berbagai keterbatasan, pernikahan ini tanpa acara pesta. Syamsudin dan Rini Mulyasari hanya melakukan ijab kabul dan bersyukur sendiri tanpa pesta karena ketiadaan biaya.

Ketika bertugas di Intelkam Polres Manggarai, Syamsudin mulai menjalin pertemanan dan relasi dengan berbagai pihak.

Saat itu, Syamsudin dan istri yang masih tinggal di rumah kontrakan melihat banyak anak-anak usia sekolah yang putus sekolah dan lebih banyak membantu orang tuanya. Anak putus sekolah terbanyak adalah merupakan warga pendatang karena orang tua mereka fokus pada mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengabaikan pendidikan anak-anak.

Syamsudin yang sudah dikaruniai empat orang anak kemudian berdiskusi dengan istrinya agar bisa membantu sesama. Dalam berbagai keterbatasan hidup, Syamsudin dan Rini Mulyasari bertekad membantu anak-anak di bidang pendidikan.

Dari diskusi panjang ini lah, Syamsudin dan istri bersepakat untuk membangun sekolah bagi anak-anak kurang mampu dan yatim piatu.

Syamsudin pun mengurus perizinan di Kementerian Hukum dan HAM RI serta akta notaris untuk sekolah. Mereka sepakat membentuk dan membangun Raudhatul Athfal (RA) Deen Assalam sebagai lembaga pendidikan Islam untuk anak usia dini.

Sewa Lahan

Pasca mengantongi izin, Syamsudin dipusingkan dengan lahan untuk membangun RA tersebut. Kebetulan di depan rumah mereka ada lahan kosong sehingga Syamsudin dan istri memberanikan diri bertemu dengan pemilik lahan untuk menyewa lahan kosong tersebut.

Syamsudin dan pemilik lahan sepakat soal sewa lahan Rp 2,5 juta per tahun. Urusan lahan beres, kini Syamsudin pusing lagi dengan urusan bangunan sekolah. Syamsudin kemudian mengajukan pinjaman kredit ke BRI Ruteng dan mendapatkan pinjaman Rp 50 juta.

Dengan modal uang pinjaman ini, Syamsudin mulai membangun ruangan untuk RA atau TK, namun masih kurang. Beruntung ia mendapatkan banyak bantuan tenaga dan bahan bangunan dari warga masyarakat. Sejumlah warga yang memiliki sisa bahan bangunan kemudian menyumbangkan kepada Syamsudin untuk kelancaran pembangunan RA tersebut.

Pada tahun 2019, RA Deen Assalam pun bisa dimanfaatkan di lahan sewa yang terletak di RT 13/RW 04, Kelurahan Satar Tacik, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Diatas lahan tersebut berdiri bangunan seluas 11 x 40 meter dengan sejumlah fasilitas. Pada tahun 2019, ada 45 orang anak terdaftar sebagai anak binaan RA tersebut.

RA ini dikelola 4 orang pengasuh. Kebetulan Rini Mulyasari merupakan sarjana komputer sehingga ia pun menjadi penanggung jawab di sekolah tersebut. Para pengasuh pun digaji secara mandiri.

Syamsudin dan istri pun tidak tega melihat puluhan anak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah dasar pasca tamat dari RA. Kendalanya adalah pada biaya dan lokasi sekolah.

Syamsudin kemudian memikirkan lagi soal sekolah gratis setingkat sekolah dasar bagi anak kurang mampu dan yatim piatu.

Kebetulan saat itu, remunerasi Polri dipindahkan dari BRI ke BNI sehingga Syamsudin memberanikan diri mengajukan kredit di BNI dengan potongan bulanan dari uang remunerasi.
Ia mengajukan pinjaman Rp 100 juta dengan masa potongan selama 5 tahun.

Uang tersebut digunakan untuk panjar membeli lahan untuk kepentingan bangunan sekolah dasar. Setelah mengantongi sertifikat lahan, Syamsudin menggadaikan sertifikat tanah dan rumah ke bank dan mendapat pinjaman Rp 250 juta. uang tersebut dipakai untuk melunasi biaya pembelian lahan dan sisanya untuk pembangunan fisik sekolah dasar.

Syamsudin dan istri kemudian mengajukan izin ke Kementerian Agama RI untuk pembangunan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Deen Assalam sehingga bisa menampung anak RA yang tamat agar bisa mendapatkan pendidikan gratis.

Pasca mengantongi izin, Syamsudin dan istri pun mulai membangun MIS tersebut dan saat ini sudah memiliki 5 ruangan pada bangunan seluas 21 x 20 meter.

Bangunan MIS Deen Assalam ini terletak di RT 16/RW 04, Kelurahan Satar Tacik yang berdekatan dengan lokasi bandara satar Tacik Ruteng-Manggarai.

Syamsudin yang dikonfirmasi, Minggu (4/2/2024) merasa bersyukur karena pada tahun 2023 lalu, MIS Deen Assalam sudah menerima 20 orang siswa kelas I dan mulai menjalani proses belajar mengajar.

MIS dikelola 4 orang guru termasuk kepala sekolah yang merupakan ASN Kementerian Agama. Syamsudin merasa bersyukur karena istrinya Rini Mulyasari bisa memahami keadaan mereka saat ini.

Syamsudin pun saat ini hanya bisa menerima gaji Rp 200.000 per bulan karena gaji dan remunerasi sudah dipotong untuk melunasi pinjaman. Beruntung ia mendapatkan tunjangan jabatan Rp 490.000 sehingga bisa menambah untuk kebutuhan hidup.

Di tengah kesibukan mengelola RA Deen Assalam, sang istri Rini Mulyasari pun membuat aneka kue untuk dijual. sejumlah kegiatan di Polres Manggarai juga ditangani Rini Mulyasari untuk menyediakan kue dan aneka makanan.

Syamsudin dan istrinya pun menggratiskan pendidikan bagi anak-anak RA dan MIS. Kalaupun ada yang mampu dan mau membayar, semuanya dikembalikan kepada orang tua siswa untuk menyumbang sesuai keikhlasan dan kemampuan serta tanpa paksaan. "Rata-rata kami gratiskan terutama bagi anak yatim dan kurang mampu. Kalaupun ada yang memberi maka itu sesuai keikhlasan," ujar Syamsudin.

Bayar Gaji Pengajar

Saat diluar rumah dan saat meninjau aktivitas di sekolah, Syamsudin berusaha enjoy dan bahagia. "Padahal saya juga pikiran soal potongan di bank. tapi saya dan istri sudah berikhtiar untuk ikut menanggung derita orang lain melalui dunia pendidikan," ujar ayah empat orang anak ini.

Syamsudin dan istri pun berusaha sekuat tenaga agar bisa membayar biaya lelah bagi pengajar baik di RA dan MIS serta tetap mengutamakan kualitas pendidikan bagi anak-anak.

"Saya tidak ingin, cerita kelam hidup saya saat sekolah sambil mencari nafkah dirasakan anak-anak di sekolah kami. Kami akan memberi yang terbaik bagi anak kurang mampu dan yatim piatu," tandasnya.

FOLLOW US