• Nusa Tenggara Timur

Polisi Wanita Polda NTT Peduli Stunting

Imanuel Lodja | Kamis, 04/03/2021 18:32 WIB
Polisi Wanita Polda NTT Peduli Stunting Wakapolda, Brigjen Pol Drs Ama Kliment Dwikorjanto bersama Pokja Penanganan Stunting Provinsi NTT dipimpin Ir Sarah Leri Mboeik saat sosialiasi staunting kepada Polwan Polda NTT di mapolda NTT.

katantt.com--Masalah kesehatan anak terutama stunting menjadi masalah serius di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Polwan Polda NTT pun peduli pada masalah stunting dengan membekali Polwan di Polda NTT mengenai masalah stunting melalui sosialisasi stunting.

Sosialisasi dilakukan Ketua Pokja Penanganan Stunting Provinsi NTT Ir Sarah Leri Mboeik, dr Willy dari Bid Dokkes Polda NTT, Paulus Koli, SFil MFil dari Dinas sosial NTT serta Iwan Pellokila, S.Sos dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT.

Pakor Polwan NTT AKBP Helen P mengakui kalau sosialisasi ini merupakan wadah pengembangan pengetahuan dan kepedulian Polwan terhadap permasalahan stunting di Indonesia umumnya dan Provinsi NTT khususnya.

Wakapolda, Brigjen Pol Drs Ama Kliment Dwikorjanto mengakui kalau stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekutangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukan bahwa angka stunting di NTT terbesar di Indonesia sebesar 42,6 persen.

Sedangkan angka stunting rata-rata nasional adalah 30,8 persen.

Di sisi lain angka stunting di beberapa desa di NTT masih jauh diatas rata-rata provinsi, bahkan di beberapa desa angka stunting 60-70 persen.

Angka stunting di NTT juga menurun dari 35,4 persen pada 2018 menjadi 30,3 persen pada 2019 dan menurun menjadi 28,2 persen pada tahun 2020.

Terjadi pula penurunan angka stunting pada 16 dari 22 kabupaten/kota di NTT.

Kabupaten Sumba Tengah 12,9 persen, Kabupaten TTU 6,9 persen, Kabupaten Alor 5,4 persen, Kabupaten Rote Ndao 5,4 persen, Kabupaten TTS 4 persen.

Sementara 6 dari 22 kabupaten/kota mengalami kenaikan yakni Kabupaten Sumba Barat 7 persen, Kabupaten Sabu Raijua 4,1 persen, Kabupaten Ngada 3,5 persen, Kabupaten Sumba Barat Daya 2,6 persen, Kabupaten Malaka 1,2 persen dan Kota Kupang 2,1 persen.

Kabupaten TTS menempati posisi tertinggi angka stunting 11,781 persen disusul Kabupaten Kupang 9,207 persen dan Kabupaten TTU 7,456 persen.

"Perlu kerjasama antara pemerintah, pemangku kepentingan dan masyarakat untuk penurunan yang lebih signifikan dan berkelanjutan," ujarnya.

Sosialisasi stunting bagi Polwan merupakan momentum yang sangat penting dalam upaya memberikan pemahaman kepada Polwan tentang stunting dan permasalahan yang akan timbul serta sebagai bentuk kepedulian Polda NTT akan kurangnya postur tubuh pemuda/pemudi Nusa Tenggara Timur dalam menggapai cita-cita.

FOLLOW US