KATANTT.COM--Gunung
Lewotobi Laki-laki kembali meletus pada Sabtu )1/3/2025). Kali ini letusan menyemburkan abu vulkani setinggi 2 kilometer. Gunung yang berada di
Flores Timur itu meletus pada pukul 08.21 Wita.
Letusan Gunung
Lewotobi Laki-laki dikonfirmasi Kepala Pos Pengamatan
Gunung Api (PPGA)
Lewotobi Laki-laki, Herman Josef dalam laporan tertulis pada Sabtu siang.
"Telah terjadi erupsi G.
Lewotobi Laki-laki, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 01 Maret 2025 pukul 08:12 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 2.000 m di atas puncak (± 3.584 m di atas permukaan laut)," kata Herman dalam keterangan tertulis.
Herman menyebut erupsi tersebut secara visual terekam di seismogram dengan aplitudo maksimum 5,9 milimeter dengan durasi sekitar tiga menit dua detik.
"
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 5.9 mm dan durasi ± 3 menit 2 detik," jelas Herman yang berada di PPGA dari Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang.
Dari pengamatan visul juga terlihat kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut.
Gunung
Lewotobi Laki-laki yang memiliki tinggi 1.584 meter diatas permukaan laut itu saat ini masih berstatus siaga atau level III.
Pada status siaga, PPGA
Lewotobi mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di radius lima kilometer dari pusat erupsi dan sektoral Barat Daya - Utara - Timur Laut pada radius enam kilometer.
"Masyarakat di sekitar G.
Lewotobi Laki-laki dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 5 Km dari pusat erupsi G.
Lewotobi Laki-laki dan sektoral Barat Daya - Utara - Timur Laut sejauh 6 Km," imbaunya.
Herman minta agar masyarakt tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya dan tetap tenang serta mengikuti arahan dari PPGA dan Pemerintah Daerah.
"Masyarakat di sekitar G.
Lewotobi Laki-laki mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak G.
Lewotobi Laki-laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokengjaya, Boru, Nawakote," kata Herman.
Disampaikan, Masyarakat yang terdampak hujan abu untuk tetap memakai masker atau penutup hidung dan mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.